Budidaya Kakao

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 59

KAKAO

(Theobroma cacao)

KAKAO
(THEOBROMA CACAO
L.)
PENDAHULUAN
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan
salah satu komoditas perdagangan yang
sangat penting untuk meningkatkan
pendapatan negara, penghasilan
pengusaha, dan petani.
Tanaman kakao di Indonesia saat ini
sebagian besar diusahakan oleh para
petani dalam bentuk perkebunan rakyat.
Tanaman kakao dapat berbunga dan
berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat
menjadi sumber pendapatan harian atau

lanjutan

Dalam budidaya tanaman kakao


memerlukan naungan.
Indonesia yang terletak antara 6o LU
11o LS merupakan daerah yang sesuai
untuk tanaman kakao.
Untuk pengembangan tanaman kakao
hendaknya tetap mempertimbangkan
kesesuaian lahannya.
Persiapan lahan dan naungan,
perbaikan tanaman, serta penggunaan
tanaman yang bernilai ekonomis
sebagai penaung merupakan hal yang

Persyaratan tumbuh tanaman


kakao

A. Iklim
. Garis

lintang 10oLS -10o LU.


. Tinggi tempat 0 600 m di atas
permukaan laut.
. Curah hujan 1500 2500 mm/th.
. Bulan kering (curah hujan < 60
mm/bulan), kurang dari 3 bulan.
. Suhu maksimum 30 32oC, minimum
18 21oC.
. Tidak ada angin kencang terus
menerus, kecepatan angin maksimum

B. Tanah

Kemiringan tanah kurang dari 45%


Kedalaman tanah efektif lebih dari 150 cm.
Tekstur tanah terdiri atas 50% pasir, 10-20%
debu, 30-40% lempung atau lempung
pasiran.
Sifat kimia tanah (terutama pada lapisan 030 cm):
- kadar bahan organik > 3,5% atau kadar C
> 2%.
- Nisbah C/N 10 12.
- pH (H2O) 4,0 8,5, optimum 6,0 7,0.
- Kadar unsur hara minimum: N 0,28%, P 32
ppm,
K tertukar 0,50 me/100 g, Ca tertukar 5,3
me/100 g, Mg

C. Penilaian kelas lahan

Berdasarkan tolok ukur iklim dan lahan.


Penentuan kelas lahan didasarkan atas
faktor yang menentukan level yang paling
rendah.
Lahan untuk kakao disarankan dari kelas
S1 (sesuai), S2 (cukup sesuai) atau
minimal S3 (kurang sesuai atau marginal).
Makin rendah kelas lahan produktivitas
yang dapat diharapkan makin rendah atau
kebutuhan masukan (input) makin
banyak.

BAHAN TANAMAN

KLON ICS 13
KLON ICS 60
GC 7
HIBRIDA
UIT 1
Pa 300
RCC 70
RCC 71

* RCC 72
* RCC 73

PERBANYAKAN GENERATIF

Benih diperoleh dari produsen yang sudah


mendapat SK Menteri Pertanian. Sampai
dengan tahun 1997 d Indonesia ada 15
produsen benih, tetapi beberapa dicabut
sementara ijinnya, karena terserang hama
penggerek buah kakao (PBK).
Benih yang sudah diterima harus segera
dikecambahkan.
Perhitungan benih per 1 ha sbb.:

Bibit yang harus disiapkan :


Jarak tanam 3 x 3 m = 1.111 pohon
Persediaan sulaman 20% = 222 pohon
Jumlah = 1.333 pohon atau 1300 pohon
(dibulatkan)
b. Jarak tanam 4 x 2 m = 1250 pohon
Persediaan sulaman 20% = 250pohon
Jumlah
= 1500 pohon.
a.

Kebutuhan Benih per 1 ha

Daya kecambah = 90%


Jumlah kecambah yang dapat
dipindah = 95%
Jumlah bibit yang dapat ditanam =
80%
Jadi kebutuhan benih = 100/90 x
100/95 x 100/80 x Y = 1,46 Y
Y = jumlah bibit kakao yang
dibutuhkan.
Untuk jarak tanam 3 x 3 m = 1,46 x
1300 butir = 1`.898 butir.
Untuk jarak tanam 4 x 2 m = 1.46 x

PERKECAMBAHA BENIH

Benih yg diterima segera dikecambahkan


sebab benih kakao tidak mempunyai
masa dormansi.
Pendederan selama 12 hari.
Setelah berlangsung 4 hari, benih yg
sudah berkecambah mulai dipindah ke
kantong plastik. Pemindahan selanjutnya
dilakukan setiap hari.
Kriteria benih yg dapat dipindah adalah
panjang radikula 1-2 cm dan umur
kurang dari 12 hari.

Medium karung goni

Lapisan medium dari bawah ke atas adalah tanah,


batu merah satu lapis, karung goni rangkap, karung
goni tipis untuk munutup benih kakao.
Bedengan dibuat membujur utara selatan, diberi
atap dan daun kelapa atau daun tebu, tinggi atap
sebelah timur 1,5 m, barat 1,2 m.
Karung goni dicelupkan ke dalam larutan fungisida,
misal Dithine M-45 0,2%.
Benih dihamparkan di atas karung, jarak antar
benih 2 x 3 cm, sehingga untuk karung goni ukuran
100 x 72 cm memuat 1200 benih.
Benih ditutp karung goni tipis yg telah dicelup
dalam fungisida, kemudian disiram air setiap hari.

Medium Pasir dalam Bedengan

Lapisan medium dari bawah ke atas


adalah tanah, batu kerikil tebal 10 cm,
lapiosan pasir halus 20 cm.
Bedengan mebujur utara selatan, diberi
atap dari daun kelapa atau daun tebu,
tinggi atap sebelah timur 1,5 m, barat 1,2
m.
Benih dikecambahkan dalam medium
pasir, bagian calon akar menghadap ke
bawah, jarak antar benih 2,5 x 4 cm atau
sekitar 1000 benih/m2. Selanjutnya benih
ditutup dengan potongan rumput kering

PEMBIBITAN
Syarat Lokasi
Dekat sumber air dan mudah
diawasi.
Tempatnya datar, tetapi drainase
baik.
Terlindung dari angin kencang dan
penyinaran matahari langsung.
Terlindung dari hewan hama.
Dekat lokasi penanaman.

Persiapan Bahan

Medium pembibitan t.a. tanah lapis olah,


pasir dan pupuk kandang.
Medium diayak, ukuran ayakan 0.5 x 0.5 cm,
kemudian medium dicampur rata dengan
perbandingan (v/v) 1 : 1 : 1.
Kantong plastik (polibag) transparan atau
hitam, ukuran 20 x 30 cm, tebal 0,08 mm,
diberi lubang drainase sebanyak 18
lubang/kantong, diameter lubang 1 cm.
Bedengan pembibitan dibuat di bawah
naungan alami dari tanaman lamtoro,
Gliricidia sp., kelapa dll., dan naungan
buatan (atap yg dibuat dari daun kelapa atau
daun tebu. Tinggi atap bedengan sebelah
timur 1,5 m, barat 1,2 m. Atap bedengan
juga dapat untuk massal, tinggi atap sekitar

Penanaman Kecambah

Kantong plastik diatur di bawah


atap, jarak antar kantong 15 x 15
cm atau
15 x 30 cm.
Pindah kecambah umur 4 12 hari,
panjang radikula 1 2 cm.
Kecambah umur lebih dari 12 hari
tidak dipakai.
Penanaman kecambah, tanah kiri
kanan hipokotil ditekan dengan
tangan agar kecambah tidak goyah.

Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan tiap hari atau sesuai


kondisi cuaca.
Pemupuikan dilakukan tiap 2 minggu dg Urea
2 g/bibit. Pupuk ditebarkan dalam alur di
sekeliling bibit, ditutup tanah dan disiram.
Pengendalian hama, penyakit, dan gulma
dilakukan secara manual atau kimiawi. Hama
yg sering menyerang bibit adalah ulat kilan
(Hyposidra talaka), belalang dan bekicat.
Penyakit yg sering menyerang Phytophthora
palmivora dan Fusarium sp.
Pembukaan atap, dilakukan bertahap seiring
dg umur bibit. Dua minggu sebelum dipindah
ke kebun, naungan buatan telah dibongkar.

Kriteria Bibit Siap Dipindah ke


Kebun

Umur 3 5 bulan.
Tinggi 40 60 cm.
Jumlah daun minimum 12 lembar.
Diameter batang 0,7 1 cm.

PENANAMAN

Bibit kakao ditanam apabila pohon penaung telah


berfungsi baik, dg kriteria intensitas cahaya yg
diteruskan penaung 30-50% dari cahaya langsung.
Penanaman pd awal musim hujan.
Untuk penanaman masal, jumlah tenaga kerja yg
harus disiapkan oleh pengawas mendasarkan pd
luas areal, prestasi kerja dan waktu tersedia.
Contoh: Luas areal 100 ha = 110.000 bibit, prestasi
kerja per orang 50 bibit, waktu tersediaq utk
tanaman 25 hari, maka tenaga yg diperlukan per
hari = 110.000/(50x25) = 88 orang.
Alat yg harus disiapkan adalah cangkul, pisau besar
yg tajam, keranjang (alast angkut) utk mengangkut
dan mengecer bibit.
Pada waktu mengangkut, mengecer dan menanam

lanjutan

Bagian dasar kantong plastik selebar 1-2 cm


dipotong.
Kantong plastik dimasukkan ke dalam lubang yg
digali sukuran volume tanah dalam kntong plastik,
isikan tanah hingga kantong plastik berdiri tegak.
Salah satu sisi kantong plastik di sayat dari bawah
ke atas, tanah dipadatkan dg tangan.
Kantong plastik ditarik ke atas kemudian tanah
dipadatkan dg kaki.
Pada wakltu memadatkan tanah dg kakidiwaktu
menanam dihindari pecahnya tanah kantong plastik.
Bibit yg sudah diangkut dan diecer harus selesai
ditanam hari itu juga.
Bibit yg mati atau kerdilsegera disulam, dilakukan
sampai umur 1 tahun.

Kelapa

Pengelolaan tanaman kelapa dg melakukan siwingan


(cincingan) pelepah, apabila penaungannya terlalu
berat terutama pada musim hujan.
Tingkat penaungan yg baik utk kakao adalah apabila
70-80% intnsitas cahaya malahan diteruskan oleh
tajuk pohon penaung.
Apabila tanaman kelapa sudah sangat tinggi
(berumur lebih 40 tahun) maka per;u penambahan
penaung, misalnya lamtoro.
Pemupukan tanaman belum menghasilkan
menggunakan urea 100 g, TSP 200 g, MSP 420 g,
kieserit 210 g, dan boron 10 g masing-masing per
pohon per tahun utk kelapa hibrida. Selanjutnya utk
kelapa dg dosis pupuk setengahnya.
Pemupukan tanaman menghasilkan urea 100 g, rock
fosfat v750 g, MOP 1000 g, kieserit 400 g, masing-

Pinang

Untuk memperoleh hasil yg tinggi,


tanaman pinang perlu dipupuk dg N 100
g, P2O5 40 g dan K2O 140 g , masingmasing per hektar per tahun. Pupuk
diberikan dua kali setahun, dibenamkan
ke dalam tanah pada alur 75 cm dari
batang.
Perbaikan parit-parit drainase terutama
pd musim hujansebab tanaman ini tidak
toleran genangan.
Pengolahan tanah ringan menjelang
musim kemarau di bagian piringan
tanaman. Karena perakaran

Jadwal pangkasan pelindung


Uraian
TM II

TBM I

TBM II

1. Penaung Tetap
- Gliricidia &
Lamtoro
50%

topping 50%

- Kelapa
siwing
- Pinang
-

siwing
-

TBM II

TM I

topping 50%

topping 50%

siwing

siwing

topping

2. Penaung Sementara
- Pisang
mengatur jumlah anakan dan pangkas
daun-daun kering
- M. macrophylla

pangkas

pangkas

PEMELIHARAAN TANAMAN
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Penyulaman
Penyiangan gulma
Pemangkasan
Pemupukan
Penyiraman
Penyerbukan buatan
Rehabilitasi tanaman dewasa
Pengendalian hama dan penyakit

Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman
Untuk menjaga agar jarak tanam yang ditentukan
dapat tetap dipertahankan maka tindakan
penyulaman perlu dilakukan.
Penyulaman dapat dilakukan sampai dengan umur
10 tahun.
b. Penyiangan gulma
Tujuan penyiangan gulma utk mencegah persaingan
dalam penyerapan air, dan unsur hara, utk
mencegah hama dan penyakit serta gulma yg
merambat pada tanaman kakao. Pengendalian
gulma dilakukan dg membabat tumbuhan
pengganggu ekitar 50 cm dari pangkal batang atau
dengan herbisida sebanyak 1,5-2,0 l/ha yg dicampur
dg 500-600 liter air. Penyiangan yg paling aman
a.

c. Pemangkasan
Tanaman Asal Perbanyakan Generatif
Pangkas bentuk dilakukan pd tanaman belum
menghasilkan (TBM). Tujuannya utk membentuk
kerangka tanaman yg kuat dan seimbang. Cabangcabang primer dr jorket dipelihara tiga yg tumbuh
kuat dan seimbang. Cabang-cabang sekunder diatur
yg tumbuhnya seimbang ke segala arah.
Pangkasan pemeliharaan dan produksi, dilakukan
pd tanaman menghasilkan (TM). Tujuannya utk
mempertahankan kerangka yg sudah terbentuk.
Cabang yg dipangkas cabang sakit, cabang balik,
cabang terlindung atau cabang yg melindungi,
cabang yg masuk jauh ke dalam tajuk tanaman di
sebelahnya. Frekuenai pangkasan 6-8 kali per
tahun. Tunas air dibuang 2-4 minggu sekali.
Pangkasan pemendekan tajuk. Tujuannya
membatasi tinggi tajuk tanaman, maksimum 3,5 4

lanjuttan

Alat pangkas berupa gunting, arit


bergalah (antel) dan gergaji harus tajam.
Luka potongan cabang bergaris tengah
lebih dari 2-5 cm ditutup ter atau penutup
luka lainnya.
Pangkasan tidak dibenarkan pada saat
tanaman berbunga lebat atau ketika
sebagian besar buah masih pentil
(panjang kurang dari 10 cm).
Pangkasan pemeliharaan bertujuan
membuat indeks luas daun (ILD) dalam
kondisi optimum yaitu 3,7 s.d. 5.7.

Tanaman Asal Perbanyakan Vegetatif

Bahan tanaman dari tunas plagiotrop


menghasilkan percabangan dekat
permukaan tanah.
Pangkasan bentuk dilakukan setelah
tanamam rimbun biasanya setelah berumur
1 tahun.
Pangkasan bentuk dilakukan dg memilih
semua cabang besar yg kuat, arah
pertumbuhannya membentuk huruf V.
Pangkasan selanjutnya dg mengatur cabangcabang sekunder, diusahakan arah
pertumbuhannya merata, seimbang dan
tidak saling menutup.

d. Pemupukan

Jenis dan dosis yg tepat mendasarkan pd faktor


tanaman dan faktor lingkungan.
Jenis pupuk yg lazim adalah Urea (46 N), ZA (21%
N), TSP (46% P2O5), KCl (60% K2O), Kieserit (27%
MgO), dan Dolomit (19% MgO).
Dosis tentatif utk tanaman kakao yg penaungnya
baik, hujannya cukup, sifat fisika dan kimianya baik
adalah sebagai berikut:
Umur/fase
Satuan
Urea
TSP
KCl
Kis
Bibit
g/bibit
5
5
4
4
0 1 th
g/ph/th
25
25
20
20
1 2 th
id
45
45
35
40

lanjutan

Untuk tanah yg kekurangan unsur belerang (S),


Urea dpt diganti dg ZA dg dosis 2,2 kali dosis Urea,
atau KCl diganti dg ZK dg dosis 1,2 kali dosis KCl.
Pada tanah masam dan kadar Ca rendah pupuk
Kieserit dpt diganti dg Dolomit dg dosis 1,5 kali
dosis Kieserit.
Gejala

Pemupukan
(untuk tanaman dewasa)
* ukuran daun normal
Urea 220 g/ph/th
* bentuk daun normal
SP 36 280 g/ph/th
* warna daun hijau, tanpa
KCl 170 g/ph/th
klorosis maupun nekrosis Kieserit 120 g/ph/th

e. Penyiraman
Pemberian air pd tanaman kakao perlu dilakuakan
kalau tanamasn memang membutuhkan.
Penyiranaman tanaman kakao yg tumbuh dg
kondisiu tanah yg baik dan berpohon pelindung
tidak perlu banyak memerlukan air. Air yang
berlebihan menyebabkan kondisi tanah menjadi
sangat lembab. Penyiraman pohohn kakao
dilakukan pd tanaman muda terutama tanamn yg
tidak diberi pohon pelindung.
f. Penyerbukan Buatan
Dari bunga yg muncul hanya 5% yg akan menjadi
buah. Peningkatan persentase pembuahan dapat
dilakukan dg penyerbukan buatan. Bagian bunga yg
mekasr digosok dg bunga jantan yg telah dipetik
sebelumnya, kemudian bunga ditutup dg sungkup.

g. Rehabilitasi Tanaman Dewasa

Tanaman dewasa yg produktivitasnya mulai


menurun tidak ditebang untuk diganti tanaman
baru, tetapi direhabilitasi dg cara okulasi tanaman
dewasa dan sambung samping tanaman dewasa.
Cara yg kedua lebih unggul karena peremajaanm
dapat dilakukan dalam waktu yg lebih singkat,
murah dan lebih cepat berproduksi. Entres diambil
dari kebun entres atau produksi yg telah diseleksi,
berupa cabang yg berwarna hijau, hijau kecoklatan,
diameter 0,75-1,5 cm dan panjang 40-50 cm.
Sambungan dapat dibuka setelah 3-4 minggu.

h. Pengendalian hama dan penyakit


(1) Hama
(a) Penggerek cabang (Zeuzera coffeae)
Bagian yg diserang cabang berdiameter 3-5 cm.

(b) Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis sp.)


Bagian yg diserang buah dan daun muda, kuncup
bunga.
Gejala: bercak kakaso kehitaman berbentuk cekung
berukuran 3-4 mm.
Pengendalian: membuang bagian yg terserang.
Predator belalang sembah, kepik predator. Selain
itu digunakan insektisida Baytroid 50 EC, Lannat 25
WP, Sumithion 50 EC, Leboycid 50 EC, Orthene 75
SP.
(c) Penggerek buah kakao (Canopomorpha cramerella
atau Cocoa mot)
Bagian yang diserang adalah buah kakao.
Gejala: daging buah busuk .
Pengendalian: membuang dan mengubur buah sisa
panen dg serempak menutupi buah dg kantong
plastik dg lubang di bagian bawah.

Gejala: Timbul tunas yg tumbuh tidak normal


(bengkok). Selain itu terlihat pertumbuhan
bunga dan calon buah tidak normal.
Pengendalian: digunakan insektisida berbahan
aktif monokrotofas, fosfamidon, karbaril.
(e)Ulat kantong ( Clania sp., Mahasena sp.)
Bagian yg diserang adalah daun dan tunas.
Gejala: Tanaman gundul dan adanya mati pucuk.
Pengendalian: dg parasit Exoresta
uadreimaculata dan Tricholyga psychidarum.
Selain itu digunakan insektisida racun perut,
Dipterex dan Thuricide.
(f) Kutu jengkal (Hyposidra talaca)
Bagian yg diserang adalah daun (muda dan tua).
Gejala: habisnya helaian daun, tinggal tulang
daun saja.
Pengendalian: digunakan insektisida Ambush 2

2. Penyakit
(a) Busuk buah hitam
Penyebab: Phytophtora palmivora. Bagian yg
diserang adalah buah.
Gejala: bercak kakao di titik pertemuan tangkai
buah dan buah atau ujung buah.
Gejala pada serangan berat adalah buah diliputi
miselium abu-abu keputihan.
Pengendalian: buah yg sakit diambil, mengurangi
kelembaban kebun dg cara pemangkasan. Selain
itu digunakan insektiosida dg pupuk aktif Cu:
Cuprapit 0,3% atau insektisida pupuk aktif
Mankozeb; Dithane M-45 dan Manzate 200 0,3%
dg interval 2minggu.

(b) Kanker batang


Penyebab: Phytophtora palmivora. Bagian yg
diserang adalah batang.
Gejala: Bercak basah berwarna tua pd kulit
batang atau cabang, keluarnya cairan dari
batang atau cabang yg akan mengering dan
mengeras.
Pengendalian: Buah yg sakit diambil,
mengurangi lelembaban kebun dg cara
pemangkasan. Selain itu digunakan fungisida dg
pupuk aktif Cu: Cuprapit 0,3% atau Cobox 0,3%.
Atau fungisida pupuk aktif Mankozeb; Dithane
M-45 dan Manzatew 200 0,3% dg interval 2
minggu. Keroklah bagian yg sakit dan diolesi dg
ter/fungisida.
(c) Busuk buah diplodia
Penyebab: Botrydiplodia theobramae (jamur).
Bagian yg diserang buah.

Pengendalian: cegah timbulnya luka, buah yg sakit


dibuang. Kemudian gunakan fungisida dg pupuk aktif
Cu: Vitigran Blue, Trimiltox Forte, Cupravit OB pada
konsentrasi 0,3%.
(d) Vascular Steak Dieback (VSD)
Penyebab: Oncobasidium sp. (jamur). Bagian yg
diserang adalah daun, ranting/cabang.
Gejala: bintik-bintik kecil hijau pd daun terinfeksi dan
terbentuk tiga bintik kecoklatan, kulit ranting/cabang
kasar, pucuk mati (dieback). Pengendalian:
digunakan bibit bebas VSD, perhetikan sanitasi
tanaman, kurangi kelembaban, tingkatkan intensitas
cahaya matahari dan perbaiki drainase dan
pemupukan.
(e) Bercak daun, mati ranting dan busuk buah
Penyebab: Colletorichum sp. (jamur). Bagian yg
diserang daun, ranting, buah.

Pengendalian: peningkatan sanitasi, memotong


anting dan buah yg terserang, pemupukan
berimbang dan perbaikan drainase. Ke mudian
digunakan fungisida sistemik Karbendazim 0,5%
dg interval 10 hari.
(f) Buisuk buah monilia
Penyebab: Monilia roreri (jamur). Bagian yg
diserang buah muda.
Gejala: benjolan dan warna belang pd buah
berukuran 8-10 cm, penumpukan lendir di dalam
rongga buah, dinding buah mengeras.
Pengendalian: menurunkan kelembabab udara
dan tanah, membuang buah rusak. Kemudian
digunakan fungisida dengan pupuk aktif Cu:
Cobox 0,3%, Cupravit 0,3% selama 3-4 minggu.
(g) Penyakit akar

Gejala: Daun menguning dan layu, pada


leher akar atau pangkal batang terdapat
miselium.
Pengendalian: pembuatan parit isolasi di
sekitar tanaman terserang, pemusnahan
tanaman sakit. Kemudian dioleskan
fungisida pada permukaan akar yang
lapisan miseliumnya telah dibuang.
Fungisida dengan pupuk aktif PNCB:
Fomac 2, Ingro Pasta, Shell Collar
Protectant, Calixin Cp.

PENGELOLAAN POHON
PENAUNG
I. PENAUNG
SEMENTARA
Moghania
macrophylla
Disiwing pada saat tanam bibit kakao.
Dipotong pd jarak 10 cm dari permukaan tanah
setelah tanaman kakao berumur 2 tahun dan 3
tahun
Pemotongan setahun sekali pd musi hujan.
]Didongkel setelah tanaman kakao berumur 4
tahun.
Tanaman Pisang
Jumlah anakan dibatasi maksimum 2 anak per
rumpun. Anakan yg tidak dikehendaki dipotong,
ditugal tengahnya dan disiram minyak tanah 2-5
ml/anakan.
Daun-daun yg kering selalu dibersihkan sebulan
sekali.
Pisang dipupuk Urea, TSP, KCl berturut-turut 300 g,

II. PENAUNG TETAP


Lamtoro dan Gliricidia sp.

Lamtoro dan Gliricidia sp. Sebagai penaung tetap


kakao semula ditanam dg jarak 3x3 m atau 4x4 m.
Populasi dikurangi secara bertahap dan sistematis.
Pada saat kakao berumur 4 tahun populasi penaung
didongkel sebanyak 25% dan pada umur 5 tahun
didongkel lagi sebanyal 25%.
Populasi akhir dipertahankan sebanyak 500-600
pohon/ha pd daerah bertipe curah hujan C-D dan
200-300 pohon/ha pd daerah bertipe curah hujan AB (Schmidt dan Fergusson).
Dari populasi akhir tsb sebanyak 50% populasi
ditokok pd awal musim hujan secara berselang
seling, 50% sisanya ditokok pada musim hujan
tahun berikutnya.
Penokokan dilakukan pd jarak 1 m di atas tajuk
kakao.

Kelapa

Pengelolaan tanaman kelapa dg melakukan siwingan


(cincingan) pelepah, apabila penaungannya terlalu
berat terutama pada musim hujan.
Tingkat penaungan yg baik utk kakao adalah apabila
70-80% intnsitas cahaya malahan diteruskan oleh
tajuk pohon penaung.
Apabila tanaman kelapa sudah sangat tinggi
(berumur lebih 40 tahun) maka per;u penambahan
penaung, misalnya lamtoro.
Pemupukan tanaman belum menghasilkan
menggunakan urea 100 g, TSP 200 g, MSP 420 g,
kieserit 210 g, dan boron 10 g masing-masing per
pohon per tahun utk kelapa hibrida. Selanjutnya utk
kelapa dg dosis pupuk setengahnya.
Pemupukan tanaman menghasilkan urea 100 g, rock
fosfat v750 g, MOP 1000 g, kieserit 400 g, masing-

Pinang

Untuk memperoleh hasil yg tinggi,


tanaman pinang perlu dipupuk dg N 100
g, P2O5 40 g dan K2O 140 g , masingmasing per hektar per tahun. Pupuk
diberikan dua kali setahun, dibenamkan
ke dalam tanah pada alur 75 cm dari
batang.
Perbaikan parit-parit drainase terutama
pd musim hujansebab tanaman ini tidak
toleran genangan.
Pengolahan tanah ringan menjelang
musim kemarau di bagian piringan
tanaman. Karena perakaran

Jadwal pangkasan pelindung


Uraian
TM II

TBM I

TBM II

1. Penaung Tetap
- Gliricidia &
Lamtoro
50%

topping 50%

- Kelapa
siwing
- Pinang
-

siwing
-

TBM II

TM I

topping 50%

topping 50%

siwing

siwing

topping

2. Penaung Sementara
- Pisang
mengatur jumlah anakan dan pangkas
daun-daun kering
- M. macrophylla

pangkas

pangkas

PANEN
1. Ciri dan Umur Panen
Buah kakao dapat dipanen apabila telah tampak
perubahan warna kulit dan setelah fase
pembuahan sampai menjadi buah dan matang
usia 5 bulan. Cir i-ciri buah akan dipanen adalah
warna kuning pada alur buah, dan punggung alur
buah, warna kuning pada seluruh permukaan
buah, dan warna kuning tua pada seluruh
permukaan buah.
Kakao masak di pohon dicirikan dg perubahan
warna buah :
a) warna buah sebelum masak hijau, setelah
masak alur buah menjadi kuning.
b) warna buah sebelum masak merah tua, warna

lanjutan

Buah akan masak pada waktu 5,5 bulan (di


dataran rendah) atau 6 bulan (di dataran
tinggi) setelah penyerbukan. Pemetikan buah
dilakukan pada buah yg tepat masak. Kadar
gula kurang masak rendah sehingga hasil
fermentasi kurang baik, sebaliknya pada buah
yg terlalu masak, biji seringkali telah
berkecambah , pulp mengering dan aroma
berkurang.
2. Cara penen
Untuk memanen kakao digunakan pisau
tajam. Bila letak buah tinggi, pisau disambung
dg bambu. Cara pemetikannya, jangan sampai
melukai batang yg ditumbuhi buah. Pemetikan
kakao hendaknya hanya dilakukan dg
memotong tangkai buah tepat di
cabang/batang yg ditumbuhi buah. Hal

lanjutan

kepadatan cukup tinggi dipanen dg sistem 6/7


artinya buah di areal tersebut dipetik 6 hari
dalam 7 hari. Jika kepadatan buah matang
rendah, dipanen dengan sisten 7/14.
Panen dilakukan 7-14 hari sekali. Selama
panen jangan melukai batag/cabang yg
ditumbuhi buah karena bunga tidak dapat
tumbuh lagi di tempat tersebut pada periode
berbunga selanjutnya. Tanaman kakao
mencapai produksi maksimal pada umur 5-13
tahun. Produksi per hektar dalam satu tahun
adalah 1.000 kg biji kakao kering.
3. Pasca Panen
Pemetikan Buah.
Buah kakao yg sudah nampak masak di pohon
selanjutnya dipetik dg menggunakan pisau
atau gunting tanaman yg tajam. Secara umum
jumlah biji dalam setiap buah kakao berkisar
antara 20-60 biji, tergantung pd besar
kecilnya buah kakao yg terbentuk. Di

lanjutan

faktor lingkungan yg mendukung pertumbuhan dan


perkembangan tanaman kakao yg ditanam. Makin
besar tingkat kesesuaian lahan maka akan semakin
besar pula produktivitas tanaman yg dibudidayakan.
Untuk menentukan tingkat kematangan buah
dapat dilihat berdasarkan dari perubahan warna
kulit buah kakao. Apabila alur pada kulit buah
kakao sudah berwarna kuning, maka tingkat
kematangannya adalah C, sedang jika alur dan
punggung buah kakao telah berubah warna menjadi
kuning, dimasukan dalam tingkatan kematanag B.
Apabila seluruh permukaan buah sudah berwarna
kuning atau kuning tua, maka tingkat
kematangannya masuk pada tingkat kematangan A
dan A+. Petani secara umum atau kebanyakan akan
memanen buah kakao jika tingkat kematangannya
sekurang-kurangnya sudah pada tingkat

lanjutan

menunggu untuk dilakukan proses selanjutnya yaitu


pemecahan kulit buah. Kegiatan tersebut dikenal dg
pemeraman buah.
Pemecahan Buah
Buah kakao hasil panen yg sudah terkumpul
selanjutnya dipecahkan dg alat pemukul yg terbuat
dari kayu. Buah tersebut dipukul punggungnya dg
arah miring. Bila kulit buah kakao telah pecah atau
terbagi dua, kulit bagian ujung dibuang dan
selanjutnya dilakukan penarikan biji plasentanya
keluar dari kulit buahnya. Biji yg telah dikeluarkan
selanjutnya ditempatkan pada tempat yg telah
disediakan / ditempatkan di atas lembaran plastik
atau di dalam keranjang bambu. Biji kakao yg masih
basah ini secara umum sudah dapat dijual langsung
ke pasar, tetapi kalau penjualan ke pasar dalam
kondisi seperti ini dikenal dg penjualan biji basah

lanjutan

Fermentasi
Fermentasi yg dilakukan pada biji kakao yg telah
dikeluarkan dari kulit buahnya dimaksudkan utk
mematikan lembaga biji agar tidak dapat tumuh
serta utk menumbuhkan aroma yg khas coklat.
Fermentasi dilakukan di dalam suatu wadah/kotak
kayu dg tebal tumpukan biji kakao tidak boleh lebih
dari 42 cm. Fermentasi dilakukan secara sempurna
kalau pelaksanaannya selama waktu 5 hari dan pd
hari kedua harus dilakukan pengadukan/pembalikan.
Selanjutnya biji yg telah diaduk-aduk /dibalik ysb
dibiarkan pd tempat fermentasi sampai pd hari ke-5.
Atau biji kakao basah diperam (difermentasi) selama
6 hari di dalam kotak kayu tebal yg dilapisi
aluminium dan bagian bawahnya diberi lubanglubang kecil dg cara sebagai berikut
a. Biji ditumpuk di dlm kotak dg tinggi tumpukan

lanjutan

Selama proses fermentasi berlangsung, sebagian air


yg terkandung dalam biji akan berkurang dan
aroma seperti asam cuka akan keluar selama proses
fermentasi. Biji yg sudah selesai dalam p[roses
fermentasi selanjutnya diangin-anginkan sebentar
atau direndam dan dicuci sebelum dilakukan
pengeringan.
Perendaman dan Pencucian
Setelah biji kakao selesai dalam proses fermentasi
selanjutnya dilakukan perendaman maupun
pencucian walau ada pula yg tidak melakukan
perlakuan ini. Perendaman yg dilakukan pada biji
kakao yg telah mengalami proses permentasi
mempunyai pengaruh terhadap proses pengeringan
dan rendemen. Karena selama proses perendaman
berlangsung, sebagian kulit biji kakao akan terlarut
sehingga kulit bijinya akan menjadi lebih tipis dan

lanjutan

rangi rasa asam pada biji. Bila kulit biji masih ada
sisa-sisa pulp, biji mudah menyerap air dari udara
sehingga mudah terserang jamur dan juga
memperlambat proses pengeringan.
Pengeringan
Pengeringan pada biji kakao yg telah direndam dan
dicuci dimaksudkan untuk menurunkan kadar air biji
dari sekitar 60% sampai pada kondisi dimana
kandungan air dalam biji minimum sehinggqa tidak
dapat terjadi penurunan kualitas biji, juga biji tidak
mudah ditumbuhi oleh cendawan. Pengeringan yg
terbaik dilakukan dg menggunakan pengering sinar
matahari. Umumnya untuk mengeringkan biji kakao
untuk mencapai kadar air sekitar 7-8% diperlukan
waktu antara 2-3 hari, sangat tergantung pada
kondisi cuaca saat dilaklukan pngeringan. Jika cuaca
tidak memungkinkan untuk dilakuakn pengeringan

lanjutan

a. Mutui A: dalam 100 gram biji terdapat 90100butir biji.


b. Mutu B: dalam100 gram biji terdapat 100-110
butir biji.
c. Mutu C: dalam 100 gram biji terdapat 110-120
butir biji.
Biji-biji kakao yang sudah kering dapat dimasukkan
dalam karung goni. Tiap goni diisi 60 kg biji kakao
kering. Kemudian karung yg berisi biji kakao kering
tersebut disimpan dalam gudang yg bersih, kering
dan berventilasi baik. Bii kakao tersebut sudah
segera bisa dijual dan diangkut dg menggunakan
truk dan sebagainya. Penyimpanan di gudang
sebaiknya tidak lebih dari 6 bulan, dan setiap tiga
bulan harus diperiksa untuk melihat ada tidaknya
jamur atau hama yg menyerang biji kakao. Untuk
menjaga agar produk yg disimpan tetap terjaga
kualitasnya maka perlu dilakukan pengemasan yaitu

lanjutan

b. Pemberian merek: nama barang, jenis mutu,


identitas penjual, buatan Indonesia, berat bersih,
nomor karung, identitas pembeli,
pelabuhan/tempat/negara tujuan.
7. Kualitas Produk
Kualitas produk kakao perlu mendapat perhatian
untuk itu ada beberapa kriteria penentuan standar
produksi yg meliputi syarat mutu, pengambilan
contoh, cara uji, penandaan dan pengemasan.
Standar mutu kakao di Indonesia tercamtum di
dalam Standar Nasional SNI 01-2323-1995.
Secara umum klasifikasi dan standar mutu untuk
produk kakao adalah sebagai berikut :
* Klasifikasi berdasarkan jenis tanaman :
a. Jenis mulia (Fine Cocoa/F)
b. Jenis lindak (Bulk Cocoa)

lanjutan

* Klasifikasi menurut jenis mutunya, biji klakao


dapat digolongkan:
a. Mutu I
b. Mutu II
Standar mutu lain adalah diklasifikasikan menurut
berat bijinya yg dinyatakan dalam jumlah biji/100
gram contoh biji kakao diklasifikasikan dalam 5
golongan, yaitu AA, A, B, C, dan S.
Berbeda lagi apabila dilihat berdasarkan syarat
mutu, dinyatakan dalam 2 pernyataan, yaitu syarat
umum dan syarat khusus.
Syarat mutu umum adalah :
a. Kadar air maksimal 7%
b. Biji berbau asap dan atau abnormal dan atau
berbau asin tidak ada
c. Serangga hidup: tidak ada

lanjutan

Sedangkan rincian syarat mutu khusus dapat


dilihat pada Standar Nasional Indonesia No. 012323-1995 atau standar biji kakao berdasarkan
Asosiasi Kakao Indonesia (1990) seperti yg
disajikan pada tabael 1 di bawahh ini.
Tabel 1. Syarat khusus Kualitas Biji Kakao

8. Pengelolaan Limbah
Kulit kakao pada pertanaman kakao umumnya
cukup banyak dan hal ini merupakan salah satu
jenis limbah pada perkebunan kakao, kalau tidak
ditangani secara baik-baik maka makin hari akan
semakin menumpuk dan akan menimbulkan
permasalahan di lingkungan tersebut.
Kulit kakao merupakan salah satu limbah
pengolahan biji kakao. Kulit trsebut umumnya
dibuang begitu saja sebagai sampah yg sering
mengganggu masyarakat sekitar. Kalau dicermati
dg baik, sebenarnya limbah kulit kakao tersebut
masih mempunyai nilai yg cukup tinggi yaitu kalau
diolah dengan baik akan dapat menghasilkan
pektin, dimana sampai saat ini kita masih selalu
mengimpornya.
Limbah dari perkebunan kakao masih ada lagi yg

Perbaikan :
Mengapa perkebunan kakao dan kopi di Indonesia
masih kalah jauh dengan di tempat lain?
Perkebunan kakao dan kopi di indonesia masih kalah
dengan yang di luar karena ada kemungkinan
teknologi yang diluar lebih canggih daripada di dalam
negeri, dan bisa juga teknologi yang diterapkan di
luar tidak dapat diterapkan di indonesia sehingga kita
kalah dalam produktivitas.
Apa penyebab produktivitas rendah?
Penyebab produktivitas rendah salah satu
penyebabnya diakibatkan oleh serangan hama dan
penyakit bisa juga dari faktor lingkungan/ faktor
abiotik, tidak adanya perawatan.

Jika tanaman kakao sudah tua dan produktivitasnya pada


tanaman kakao rendah apa yang harus dilakukan ?
maka tanaman tersebut perlu dilakukan peremajaan yaitu
pamangkasan tanaman kakao 40 cm dari permukaan tanah.
Fungsi tanaman pelindung untuk tanaman kopi?
Fungsi tanaman pelindung pada tanaman kopi adalah untuk
mengurangi penguapan air tanah, mengurangi intensitas cahaya
matahari dan memperpanjang umur tanaman.
Berapa ketinggian tempat yang ideal bagi tanaman kakao?
Ketinggian tempat ideal pada tanaman kakao yaitu <800m dari
permukaan laut.

Anda mungkin juga menyukai