Abses Bartholin Dextra

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

P4A0 WANITA 42 TAHUN

DENGAN ABSES BARTHOLIN


DEXTRA

PENYAJI: Ni Wayan Siska A, S. Ked


PEMBIMBING: dr. Fonda Octarianingsih Shariff, Sp.OG
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S
Med.Rec/Reg : 055549
Umur : 42 tahun
Tanggal lahir : 15 Maret 1973
Pendidikan : SMA

Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga

Suku bangsa : Indonesia


Agama : Islam

MRS : 19 November 2015 (Pukul 15.15 WIB)

Ruang/Kamar : Lantai 3 / 2303

Alamat : Jalan Karya Bakti Sinar Harapan, Rajabasa


ANAMNESIS
Benjolan di bibir
kemaluan sebelah
kanan

Satu hari SMRS os datang ke Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSPBA dengan
keluhan terdapat benjolan di bibir kemaluan sebelah kanan sejak 1 tahun yang lalu.
Benjolan dirasakan mengganggu aktivitas seperti berjalan dan melakukan hubungan
seksual tetapi rasa nyeri disangkal. Os mengaku benjolan membesar secara
bertahap dalam jangka waktu yang lama. Awalnya benjolan hanya berukuran
sebesar telur puyuh kemudian bertahap membesar hingga sekarang sampai
berukuran sebesar telur ayam. Tahun 2009 os mengaku sudah terdapat benjolan
berukuran kecil di daerah kemaluan dan terasa nyeri. Saat melahirkan anak ke
empatnya di bidan, os mengatakan bidan telah mengeluarkan isi cairan dalam
benjolan. Tetapi benjolan masih ada dan 1 tahun terakhir benjolan dirasakan
semakin membesar tetapi sudah tidak terasa nyeri. Os juga mengeluh sering
keputihan. Demam, nyeri saat melakukan hubungan seksual, pengeluaran cairan
dan darah dari benjolan disangkal. Riwayat trauma sebelumnya juga disangkal.
Riwayat Menikah 1 kali, umur 23 tahun,
Perkawinan selama 25 tahun

Menarche usia 15 tahun, lama 5-7 hari,


Riwayat siklus haid 28 hari, teratur, dismenorrhoe
Reproduksi (+), flour albus (+)

Riwayat
Kontrasepsi KB implan sejak tahun 1999

Anak I (1992), aterm, spontan, laki-laki, 2800


Riwayat gram, sehat
Anak II (1996), aterm, spontan, laki-laki, 3200
Kehamilan gram, sehat
Terdahulu Anak III (1999), aterm, spontan, laki-laki, 4200
gram, sehat
(P4A0) Anak IV (2009), aterm, spontan, perempuan,
3500 gram, sehat
RPD (-)
RPK (-)
Kebiasaan Merokok (-), alkohol dan
penggunaan obat-obatan tertentu
disangkal. Os mengaku sering
mengganti celana dalam jika sudah
merasa lembab tetapi tidak pernah
menggunakan sabun pembersih untuk
membersihkan daerah kemaluannya.
Gizi/Sosioekonomi cukup
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Berat badan : 49 kg
Tinggi badan : 155 cm
Tekanan darah : 100/80 mmHg
Nadi : 72 x/menit, reguler, lemah
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 36,3C
Status Generalis
Kepala
Bentuk kepala : Normosefali, tidak ada deformitas
Rambut : Warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Wajah : Simetris, deformitas (-)

Mata : Kelopak edema (-), konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor, sclera ikterik (-/-),
RCL (+/+), RCTL (+/+)
Telinga : Normotia, deformitas (-), nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan mastoid (-),
sekret (-)
Hidung : Pernapasan cuping hidung (-), sekret (-), septum deviasi (-), mukosa

hiperemis (-)
Bibir : Simetris (+), sianosis (-), mukosa lembab
Mulut : Tonsil tenang T1-T1, faring tidak hiperemis, uvula ditengah, oral higiene baik
Leher
Bentuk : Simetris, normal
KGB : Tidak teraba membesar

Trakhea : Lurus di tengah


Kelenjar tiroid : Tidak teraba membesar
Thoraks
Paruparu

Inspeksi: Gerakan dada simetris saat inspirasi dan ekspirasi


Palpasi : Gerakan dada simetris, vokal fremitus simetris,
krepitasi (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis, tidak ada tanda
radang
Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga V, 2 cm sebelah medial
garis mid clavicularis sinistra
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Soepel, tidak tampak tanda
radang, defans muskuler (-/-),
nyeri tekan (-/-), nyeri lepas
(-/-), bising usus (+)
Genitalia : Tampak benjolan pada labia
mayora dextra
Ekstermitas : Akral hangat pada ujung jari
tangan dan kaki, varises (-),
edema (-/-), refleks fisiologis (+/
+), refleks patologis (-/-)
Status Lokalis

Pemeriksaan Obstetri : TFU tidak teraba


Pemeriksaan Ginekologi :
Pemeriksaan luar : Terdapat benjolan pada 1/3
luar permukaan lateral dinding vagina kanan pada
posisi jam 8 dengan ukuran 4x4x3 cm atau
sebesar telur ayam di labia mayora kanan,
berbentuk bulat, permukaan rata dan licin,
berbatas tegas, nyeri tekan (-), konsistensi lunak,
hiperemis (+), discharge (+), perdarahan (-), flour
albus (+), pus yang keluar (-)
Pemeriksaan dalam : Tidak dilakukan
DIAGNOSIS KERJA

P4A0 wanita 42 tahun dengan


Abses Bartholin Dextra
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Laboratorium (Hasil keluar tanggal 19 November 2015)

Hemoglobin : 12,9 gr%


Eritrosit : 4,2 ul
Hematokrit : 39%
Leukosit : 5.500 ul
Trombosit : 191.000 ul
Hitung jenis : 0/0/0/71/22/7
MCH : 31 pg
MCV : 92 fl
MCHC : 33 g/dl
BT : 3
CT :13
TERAPI
Informed consent
Rencana Marsupialisasi
Observasi tanda-tanda vital
IVFD RL gtt XX/mnt
Injeksi Celocid 750 gr (pre op), skin test
Pasang kateter urin
Puasa dari pukul 07.00 WIB
Cek Lab: DL, CT, BT
PROGNOSIS

Dubia ad bonam
FOLLOW UP

Tgl/Jam Pemeriksaan Terapi


20-11-2015 S : Benjolan sebesar telur ayam sejak 1 tahun yang lalu di IVFD RL gtt XX/ menit

Pkl 06.30 WIB bibir kemaluan sebelah kanan, benjolan dirasakan Injeksi Celocid 750 gr

mengganggu aktivitas (skin test)

O : KU baik, CM, TD: 100/80 mmHg, HR: 72 x/menit, RR: Pasang kateter urin

22 x/menit, T : 36,3OC Puasa dari pukul 07.00

A : P4A0 wanita 42 tahun dengan Abses Bartholin Dextra WIB

Rencana Marsupialisasi

pukul 16.00 WIB


POST OP
Tgl/Jam Pemeriksaan Terapi
20-11-2015 Pkl 19.00 S : Nyeri luka post op Observasi TTV

WIB O : KU baik, CM, TD: 100/80mmHg, RR: 21x/menit, Diet Biasa

HR: 80 x/menit, T: 36,5OC IVFD RL gtt XX/menit

A : Post Marsupialisasi a/i Abses Bartholin Dextra Injeksi Celocid 3x750 mg

Pronalges supp 3x1

21-11-2015 S : Tidak ada keluhan Observasi TTV

Pkl 06.41 WIB O : KU baik, CM, TD: 110/70, RR: 20 x/menit, HR: IVFD RL gtt XX/menit

62 x/menit,T :35,8OC Injeksi Celocid 3x750 mg

A : Post Marsupialisasi a/i Abses Bartholin Dextra Pronalges supp 3x1

Rencana aff infus dan kateter pukul 17.00 WIB

21-11-2015 Pkl 17.30 S : tidak ada keluhan Cefadroxil tab 3x500 mg

WIB O :KU baik, CM, TD : 110/70, RR: 22x/menit, HR: Asam mefenamat tab 3x500 mg

81 x/menit,T :36OC Inbion tab 1x1

A : Post Marsupialisasi a/i Abses Bartholin Dextra Pasien acc pulang


Laporan Marsupialisasi
PERMASALAHAN

1) Apakah diagnosis pasien ini sudah tepat?


Dan bagaimana pemeriksaan penunjang
pada kasus ini?

2) Apakah penatalaksanaan pasien ini


sudah tepat?
ANALISIS KASUS
1. Diagnosis kasus anamnesis &
pemeriksaan fisik kanan
Benjolan di bibir kemaluan
Mengganggu saat aktivitas
Rasa nyeri, panas, dan gatal disangkal.
Sering keputihan
Anamne
Pernah mengeluhkan hal yang sama
sis
tetapi dengan ukuran benjolan yang
lebih kecil yaitu sebesar telur puyuh
dan terasa nyeri
BenjolanRiwayat trauma
di dinding (-) kanan,
vagina
posisi jam 8 dari introitus vagina,
ukuran 4x4x3 cm, permukaan licin,
Pemeriksa
bentuk bulat, konsistensi lunak,
an Fisik
mobile, dan tanda peradangan seperti
discharge (+), hiperemis (+), nyeri
tekan (-)
Pemeriksaan penunjang
Pada kasus hanya dilakukan pemeriksaan
darah dan didapatkan hasil normal.
Seharusnya pada pasien dengan abses
bartholin dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang berupa:
Kultur mikroorganisme penyebab abses dari
pus yang keluar dari kelenjar bartholin.
Biopsi untuk kecurigaan keganasan karena
usia >40 tahun
2. Penatalaksanaan

Pada pasien dianjurkan untuk dilakukan


marsupialisasi karena jika terus dibiarkan dapat
menimbulkan gejala dan komplikasi lebih lanjut
seperti nyeri, infeksi, demam, dispareunia, dan
bahkan dapat menjadi keganasan.
Pada pasien ini tidak dilakukan eksisi pada kelenjar
bartholin karena pasien mengaku masih aktif
dalam berhubungan seksual. Jika kelenjar bartholin
tersebut di eksisi maka menyebabkan dispareunia.
KESIMPULAN
Diagnosis kasus ini sudah tepat, karena benjolan pada bibir
kemaluan kanan yang dikeluhkan pasien disertai dengan tanda-
tanda peradangan yang berarti bahwa kista bartholin telah
terinfeksi dan berubah menjadi abses kelenjar bartholin.

Pemilihan penatalaksaan dengan tindakan marsupialisasi pada


kasus ini cukup tepat karena pada kasus abses bartholin perlu
dilakukan tindakan untuk mengeluarkan cairan eksudat dan pus
yang terdapat dalam kista. Dengan marsupialisasi dapat dibuat
saluran baru sehingga tidak terjadi sumbatan pada saluran
kelenjar bartholin.

Selain itu os mengatakan masih aktif dalam berhubungan


seksual sehingga tidak dilakukan eksisi/ekstirpasi. Karena jika
dilakukan ekstirpasi, maka kelenjar bartholin tidak akan
mengeluarkan sekret sehingga dapat menyebabkan
dispareunia.

Anda mungkin juga menyukai