Laporan Kasus CF Intertrochanter Femur Sinistra

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 53

Oleh

Suciyanti (0080840092)

Pembimbing:
dr. Ira Nong, Sp.OT

SMF BEDAH RSUD JAYAPURA


UNIVERSITAS CENDERAWASIH
FAKULTAS KEDOKTERAN
JAYAPURA
1
2017
Klasifikasi fraktur ada dua jenis yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka.
Fraktur tertutup tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar. Fraktur terbuka hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Bentuk-bentuk perpatahan :
1. transfersal,
2. oblique,
3. spiral,
4. kompresi atau crush,
5. comminuted dan
6. greenstick.
Fraktur dapat terjadi akibat trauma, stress berulang dan adanya
keabnormalan dari tulang.

2
Trauma terjadinya kematian diantara umur 1-44
tahun di seluruh dunia. Trauma yang menyebabkan
fraktur trauma langsung dan trauma tidak
langsung. Insiden fraktur femur sebesar 1-2
kejadian pada per 10.000 jiwa penduduk setiap
tahunnya. Kebanyakan usia produktif: 25 65 tahun,
>laki-laki terutama usia 30 tahun.

3
Sedangkan pada orang tua, perempuan > laki-laki
yang berhubungan dengan meningkatnya insiden
osteoporosis yang terkait dengan hormon pada
menopause.

4
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.KT
No.DM : 424975
Umur : 59 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : KP
Alamat : Lani Jaya
Pekerjaan : IRT
Tanggal masuk RS : 12 Mei 2017

5
Keluhan Utama : Nyeri pada pinggang sebelah kiri

KeluhanTambahan : pasien rujukan dari puskesmas sentani


dengan diagnosa fraktur neck femur sinistra dan dislokasi caput
femur sinistra. Pasien mengeluh nyeri pada pinggang sebelah kiri
setelah tanggal 28 april mengaku jatuh dari tangga rumah
panggung saat listrik Pdam, pasien mengaku jatuh kesebelah kiri,
pinggang dan sisi bagian kiri tubuh pasien terbentur ke tanah,
kepala tidak terbentur. Setelah terjatuh pasien mengaku sulit
berjalan karena rasa nyeri pada pinggang kiri. Gerakan kaki kiri
terbatas (hanya bisa ditekuk pada persendian lutut) sedangkan
gerakan kaki kanan normal. Sensibilitas tungkai / bagian bawah baik
(nyeri dan sentuh). Bab (baik), Bak (baik) pempers.
6
Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengaku tidak pernah mengalami
keluhan serupa
Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama dengan pasien.

7
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit, regular
Suhu : 36,6 C
Pernapasan : 20 x/menit

8
Kepala/leher : Mata : Edema palpebra -/-, conjungtiva anemis +/+, sclera
ikterik -/-, secret -/-,

Hidung : Jejas -/-, sekret -/-, fungsi pembau tidak dilakukan


pemeriksaan
Telinga : Sekret (-), fungsi pendengaran : normal
\ : KGB (-)
Leher
Thoraks :
Pulmo : Inspkesi : Simetris,ikut gerak napas, retraksi dinding dada (-),
jejas (-)
Palpasi : Vocal fremitus (dekstra sama dengan sinistra)

Perkusi : Sonor pada paru kanan dan kiri


Auskultasi : Suara napas vesikuler (dekstra sama dengan
sinistra), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Cor : Inspeksi : Iktus koordis tidak tampak


Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga ke V, 2cm ke lateral
linea mid clavicula sinistra, tidak melebar.

Perkusi : Batas Jantung dalam batas normal


Auskultasi : BJ I/II regular, gallop (-), mur-mur (-)

Abdomen : Inspeksi : Tampak datar


Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hati/limpa tidak teraba

Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, tremor (-), edema dan nyeri tekan (+) ekstremitas inferior 9
REGIO FEMUR SINISTRA
Look
Deformitas (+) Rotasi, pemendekan (+),Jejas (-),
hematom(-), warna kulit tampak sama dengan
daerah kulit sekitar, Oedem(-)
Feel
Kalor(-), Nyeri tekan(+), Oedem (-), sensibilitas (+),
Pulsasi a.poplitea (+), a.dorsalis pedis (+), CRT <2
Move
Sulit dinilai karena nyeri

10
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium Tanggal 11 mei 2017 (saat pasien
tiba di IGD)
Pemeriksaan Hasil
Lekosit 5,77 103/mm3
Trombosit 353 103/mm3
Hematokrit 22,3 %
Darah Lengkap Hemoglobin 5,6 g/dl
MCV 65,8 fL
MCH 16,5 pg
MCHC 25,1 g/dL
DDR Negatif
CT/BT 800 / 300
AST 23,2 U/L
ALT 17,7 U/L
BUN 12,2 mg/dL
CREA 0,62 mg/dL
Kimia Lengkap
TP 6,7 g/dL
ALB 3,3 g/dL
GDS 78 mg/dL
Globulin 3,4 g/dL
11
RADIOLOGI
Tanggal 04 April 2017 dan 12 Mei 2017 :
Foto AP pelvis

12
Pasien seorang perempuan umur 59 thn dengan rujukan dari
puskesmas sentani dengan diagnosa fraktur neck femur sinistra dan
dislokasi caput femur sinistra. Pasien mengeluh nyeri pada pinggang
sebelah kiri setelah tanggal 28 april mengaku jatuh dari tangga rumah
panggung saat listrik padam, pasien mengaku jatuh kesebalah kiri,
pinggang dan sisi sisi bagian kiri tubuh pasien terbentur ke tanah,
kepala tidak terbentur. Setelah terjatuh pasien mengaku sulit berjalan
karena rasa nyeri pada pinggang kiri. Gerakan kaki kiri terbatas (
hanya bisa ditekuk pada persendian lutut) sedangkan gerakan kaki
kanan normal. Sensibilitas tungkai/ bagian bawah baik (nyeri dan
sentuh). Bab(baik), bak (baik) pempers. Dari pemeriksaan fisik status
generalis didapatkan kongjungtiva anemis (+/+).

13
Pada pemeriksaan fisik lokalis regio femur sinistra, ditemukan
Look: Deformitas (+) Rotasi, pemendekaan (+), jejas (-),
hematom(-), warna kulit tampak sama dengan daerah kulit
sekitar, Oedem(-). Feel: Kalor(-), Nyeri tekan(+), Oedem (-),
sensibilitas (+) baik, Pulsasi a.poplitea (+), a.dorsalis pedis (+),
CRT <2. Moov: ROM sulit dinilai karena nyeri. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 5,6 g/dl, Leukosit
577, trombosit 353.000, CT/BT 800/300. Pada pemeriksaan
radiologi foto xray AP/Lateral didapatkan adanya gambaran
fraktur intertrochanter sinistra.

14
DIAGNOSA KERJA
Closed Fraktur Intertrocanter Femur Sinistra

15
Pasang skintraksi beban 3 kg

IVFD RL 16 tpm makro

Inj. Antrain 3 x 1 amp (iv)

Ranitidine 2 x 50 mg (iv)

Cek DL, CT/BT, HbSAg, Ur/Cr, SgOT, SgPT, GDS, Elektrolit

EKG

X-Ray Thoraks Ap

Co. Interna

Co.Kulit

Co. Sp.Anestesi

Rencana ORIF
16
Laporan Operasi (Tanggal 22-05-2017)

17
18
19
Diagnosis Post Operatif
Closed Fraktur Intertrocahanter Femur Sinistra

Penatalaksanaan post operatif


Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital

Xray kontrol femur sinistra Ap/Lateral

Inj. Cefotaxim 3x1 gr (IV)

Inj. Ranitidin 3x1 amp(IV)

Inj. Metamizole 3x1 amp(IV)

Inj. Metronidazol 3x500 mg (IV)

Inj. Netilmicin Sulfate (Hypobach) 2x300mg (IV)

20
Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

21
22
Femur, tulang terpanjang dan terberat dalam
tubuh
Meneruskan berat tubuh dari os coxae
kepada tibia .
Caput femoris menganjurkan ke arah
craniomedial dan agak ke ventral sewaktu
bersendi dengan acetabulum.
Ujung proximal femur terdiri dari sebuah
caput femoris, dan 2 trochanter (trochanter
mayor dan trochanter minor)

23
Caput femoris dan collum femoris membentuk sudut (1150-
1400) terhadap poros panjang corpus femoris.
Ujung distal femur, berakhir menjadi 2 condylus, yaitu
epicondylus medialis dan epicondylus lateralis.

24
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang
femur , sering diikuti oleh kerusakan jaringan lunak dengan
berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan
persarafan
Definisi fraktur intertrochanter femur adalah terputusnya
kontinuitas tulang area diantara trochanter mayor dan
trochanter minor yg bersft ekstrakapsular

25
26
Berdasarkan klasifikasi Kyle (1994), fraktur intertrochanter dibagi
menjadi:

Tipe I: Fraktur yang terdiri atas fraktur intertrochanter stabil yang


tidak bergeser tanpa adanya fraktur komunitif.

Tipe II: Fraktur menggambarkan dalam keadaan stabil, terdapat


fraktur komunitif yang minimal dan terlihat fraktur bergeser.
Dengan melakukan reduksi dapat membantu. Fraktur yang stabil
bukan masalah dan dapat ditangani denan fiksasi yang baik.

Tipe III: Fraktur intertrochanter yang merupakan masalah dengan


adanya fraktur komunitif yang besar pada daerah posteromedial.

Tipe IV: Fraktur yang jarang dan terdiri atas fraktur intertrochanter
dengan bagian subtrochanter.

27
Fraktur disebabkan oleh kekuatan otot yang tiba-tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran,
penekukan, pemuntiran, atau penarikan.

Trauma
Trauma langsung: tulang dapat patah pada tempat yang terkena
jaringan lunak juga pasti rusak.
Trauma tak langsung: Tulang dapat mengalami fraktur pada
tempat yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu

Retak dapat terjadi pada tulang, seperti halnya pada logam dan

Kompresi benda lain, akibat tekanan berulang ulang.

28
Fraktur dapat terjadi karena tekanan
yang normal apabila tulang itu lemah
atau apabila tulang itu sangat rapuh
Patologik

29
Anamnesis
Biasanya terdapat riwayat cedera (bagaimana proses cederanya),
diikuti dengan ketidakmampuan menggunakan tungkai yang
mengalami cedera. Setelah jatuh tidak dapat berdiri, kaki lebih
pendek dan lebih berotasi keluar dibandingkan pada fraktur
collum (karena fraktur bersifat ekstrakapsular) dan pasien tidak
dapat mengangkat kakinya.

30
Tanda tanda lokal

a. Look :Pembengkakan, memar dan deformitas


(penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi,
pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang
penting adalah apakah kulit itu utuh kalau kulit
robek dan luka.
b. Feel :Terdapat nyeri tekan setempat,
memeriksa bagian distal dari fraktur untuk
merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera
pembuluh darah adalah keadaan darurat yang
memerlukan pembedahan.
c. Movement :Krepitus dan gerakan abnormal dapat
ditemukan, tetapi lebih penting untuk menanyakan
apakah pasien dapat menggerakan sendi sendi
dibagian distal cedera.

31
Pemeriksaan radiologi pada panggul meliputi
foto polos pelvis secara anteroposterior (AP)
dan area yang terkena cedera, dan dapat pula
foto panggul secara lateral view. Pada beberapa
kasus, CT scan mungkin diperlukan .

32
Penyembuhan dari fraktur dipengaruhi oleh beberapa faktor
lokal dan faktor sistemik, adapun faktor lokal:

Lokasi fraktur
Jenis tulang yang mengalami fraktur
Reposisi anatomis dan immobilasi yang stabil
Adanya kontak antar fragmen
Ada tidaknya infeksi
Tingkatan dari fraktur

Adapun faktor sistemik adalah :


Keadaan umum pasien
Umur
Malnutrisi
Penyakit sistemik.

33
Inflamatory Soft callus Hard Callus Remodelling

34
Hematoma
Nekrosis permukaan garis fraktur
Vasodilatasi /hiperemis
Deposit platelet dan jaringan fibrin
Pembentukan kapiler
Pembentukan New Cell
Terbentuk hubungan dari fibrin dan
fibrin kolagen.
Resorpsi tulang mati oleh osteoclast.
Terdapat pembentukan fibroblast,
chondroblast, dan osteoblast yang
selanjutnya menghasilkan kolagen,
cartilage dan osteoid.

35
FASE SOFT CALLUS

3 Minggu
Terbentuk kartilago dan basis
tulang
Soft callus terdiri jaringan
fibrosa, kartilago, matriks
tulang, fibroblas, kondroblas,
osteoblas.
Mineralisasi kolagen tipe 1
untuk pembentukan Hard
Callus
Nyeri dan bengkak menurun.

36
3-4 bulan
Kartilago hyalin yang
telah dimineralisasi
diresorpsi oleh osteoclast
dan sel osteo progenitor
yang kemudiannya
diferensiasi menjadi
osteoblas dan matriks
tulang.
Callus tulang terbentuk
di periosteal dan
endosteal tulang . 37
Beberapa bulan hingga
tahun
Terjadi pada fraktur
yang solid union
Terbentuk Canal
Medulary dan Woven Bone
yang pelan-pelan menjadi
Lamellar Bone.

38
1.Komplikasi dini pada fraktur
a. Tulang : infeksi
b.Jaringan lunak
Lepuh dan luka akibat gips
Otot dan tendon robek
Cedera vaskular (termasuk sindroma kompartemen)
Cedera saraf
Cedera visceral
c. Sendi
Hemartrosis dan infeksi
Cedera ligament
Algodistrofi

39
2. Komplikasi lanjut pada fraktur
a. Tulang
Nekrosis avaskular
Penyatuan lambat dan non-union
Mal-union
b. Jaringan lunak
Ulkus dekubitus
Miositis osifikans
Tendinitis dan rupture tendon
Tekanan dan terjepitnya saraf
Kontraktur volkmann
c. Sendi
Ketidakstabilan
Kekakuan

40
1.Terapi konservatif
Proteksi
Immobilisasi saja tanpa reposisi
Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips
Traksi
2.Terapi operatif

Open Reduction Internal Fixation (ORIF)

41
Pengukuran panjang tungkai memiliki 3 cara, yaitu :
a. Appearance Leg Length
Mengukur panjang tungkai dari pusat (umbilicus) ke mata kaki
bagian dalam (Malleolus Medial) kiri dan kanan
b. True Leg Length
Mengukur panjang kaki sebenarnya dari SIAS (Spina Iliaca
Anterior Superior) ke mata kaki bagian dalam (Malleolus lateral )
kiri dan kanan.
c. Greater Trochanter-Medial Malleolus Legth
Mengukur panjang tungkai sebenarnya dari trochanter major ke
mata kaki bagian dalam (malleolus lateral) kiri dan kanan.

42
43
Pada kasus diatas didapatkan seorang wanita umur 59 tahun
mengalami fraktur tertutup pada intertrochanter femur
sinistra. Pasien tersebut mengeluh nyeri pada pinggang
sebelah kiri setelah tanggal 28 april mengaku jatuh dari
tangga rumah panggung saat listrik padam, pasien mengaku
mengaku jatuh kesebalah kiri, pinggang dan sisi sisi bagian
kiri tubuh pasien terbentur ke tanah, kepala tidak terbentur.
Setelah terjatuh pasien mengaku sulit berjalan karena rasa
nyeri pada pinggang kiri. Gerakan kaki kiri terbatas ( hanya
bisa ditekuk pada persendian lutut) sedangkan gerakan kaki
kanan normal. Sensibilitas tungkai/ bagian bawah baik (nyeri
dan sentuh). 44
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang,
sering diikuti oleh kerusakan jaringan lunak dengan
berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah,
otot dan persarafan. Fraktur dapat terjadi akibat
trauma, stress berulang dan adanya keabnormalan dari
tulang akibat keadaan patologis. Fraktur dapat terjadi
bahkan dengan tekanan normal jika tulang menjadi
lemah akibat perubahan struktur dan apabila tulang itu
sangat rapuh (seperti pada osteoporosis, osteogenesis
imperfecta, penyakit Paget) atau akibat lesi yang lisis
(kista tulang, metastasis).

45
Fraktur intertrochanter femur adalah terputusnya kontinuitas
tulang pada area di antara trochanter mayor dan trochanter
minor yang bersifat ekstrakapsular (terjadi diluar sendi dan
kapsul). Fraktur trokanterik terjadi bila penderita jatuh
dengan trauma langsung pada trokanter mayor atau pada
trauma yang bersifat memuntir.

46
Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering
berhubungan dengan olah raga, pekerjaan atau luka yang
disebabkan oleh kendaraan bermotor. Mobilisasi yang
lebih banyak dilakukan oleh laki-laki menjadi penyebab
tingginya resiko fraktur. Sedangkan pada orang tua,
perempuan lebih sering mengalami fraktur dari pada laki-
laki yang berhubungan dengan meningkatnya insiden
osteoporosis yang terkait dengan hormon pada
menopause. Pada kasus diatas didapatkan pasien
perempuan dengan umur 59 tahun.

47
Berdasarkan ada atau tidaknya hubungan fraktur
dengan dunia luar di bagi menjadi fraktur tertutup
yaitu fraktur yang tidak mempunyai hubungan
dengan dunia luar sedangkan fraktur terbuka yaitu
fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia
luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak. Pada
kasus diatas merupakan jenis fraktur tertutup karena
tidak didapatkan adanya hubungan fraktur dengan
dunia luar yang dilihat dari tidak adanya luka di
daerah yang mengalami fraktur.

48
Berdasarkan Kyle (1994), fraktur intertrochanter dibagi
menjadi 4 tipe. Pada gambaran xray foto regio femur sinistra
dan pelvis, dapat dikatakan jenis fraktur intertrochanter
yang terjadi adalah tipe II. Tipe II dimana Fraktur
menggambarkan dalam keadaan stabil, terdapat fraktur
komunitif yang minimal dan terlihat fraktur bergeser.
Dengan melakukan reduksi dapat membantu. Fraktur yang
stabil bukan masalah dan dapat ditangani dengan fiksasi
yang baik. Pemeriksaan radiologi pada panggul meliputi foto
polos pelvis secara anteroposterior (AP) dan area yang
terkena cedera, dan dapat pula foto panggul secara lateral
view.
49
50
Dapat dilakukan tindakan pembedahan dengan menggunakan sliding
screw dengan plat dan intermedullary nail. Tindakan ini dapat
dilakukan pada fraktur intertrochanter tipe fraktur oblik reverse Jika
closed reduction gagal dapat dilakukan open reduction dan manipulasi
dari fragmen. Pada fraktur fragmen posteromedial yang besar dapat
dibutuhkan fiksasi tambahan. Tambahan bone grafts dapat
mempercepat penyatuan dari korteks medial. Setelah post operatif,
latihan dapat dimulai sehari setelah operasi dan pasien dapat berdiri
dan dapat mengangkat sebagian beban jika memungkinkan.

51
Pasien dengan fraktur intertrochanter femur mempunyai resiko
menderita penyakit tromboemboli dan mempunyai resiko kematian,
sama halnya pada fraktur colum femur. Selain itu resiko osteonekrosis
dan non-union minimal, karena suplai darah yang baik pada regio
femur. Pada pasien ini terlambat dilakukan operasi diakibatkan oleh
perbaikan keadaan umum pasien, ketersediaan alat dan perbaikan
tempat operasi, sehingga terjadi ketertundaaan operasi.

52
53

Anda mungkin juga menyukai