Imunodefisiensi
Imunodefisiensi
Imunodefisiensi
Rentan infeksi
Penurunan atau
ketiadaan respon
imun normal
Cacat
Reaktivasi infeksi
perkembangan &
laten
fungsi sistem imun
Peningkatan
beberapa kasus Rentan infeksi
kanker
Abbas Dorland
Manifestasi Klinis
Infeksi, rekuren, kronis dengan ciri :
Sebab tidak biasa
Flora normal
Mikroba lingkungan
1. DEFISIENSI KOMPLEMEN
menimbulkan infeksi bakteri yang rekuren dan
penyakit autoimun
1.1 DEFISIENSI KOMPLEMEN KONGENITAL
Defisiensi inhibitor Berhubungan dengan angioedem herediter
esterase C1 Akibatnya : aktivitas C1 yang tidak dapat di
kontrol produksi kitin permeabilitas
kapiler.
Defisiensi C2 dan C4 Menimbulkan penyakit serupa LES karena
gagal eliminasi kompleks imun
Defisiensi C3 Berhubungan dengan infeksi mikroba piogenik
Fragmen C5 tidak diproduksi
Rx berat fatal
Defisiensi C5 Rentan infeksi bakteri yang berhubungan
dengan gangguan kemotaksis
3. DEFISIENSI SEL NK
A. DEFISIENSI KONGENITAL
Pada penderita osteoporosis
Kadar IgG & IgA
B. DEFISIENSI DIDAPAT
Akibat imunosupsresi / radiasi
DEFISIENSI IMUN NONSPESIFIK
A. DEFISIENSI KUANTITATIF
Karena penurunan produksi atau peningkatan
destruksi
B. DEFISIENSI DIDAPAT
Pengaruhi fungsi fagosit kemotaksis,
menelan/memakan, dan membunuh mikroba
intraselular
4.2.1 Chronic Granulomatous Disease
Defek netrofil ketidakmampuan membentuk peroksid
hidrogen atau metabolit oksigen toksik lainnya.
4.2.2 Defisiensi Glucose-6-phosphate
dehydrogenase
Mempunyai gambaran klinik seperti CGD. Diduga akibat
defisiensi generasi NADPH. Dalam keadaan normal,
fagositosis akan mengaktifkan oksidase NADPH yang
diperlukan untuk pembentukan peroksidase yang berguna
untuk membunuh kuman intraselular.
Bare lymphocyte Defek ekspresi MHC II, defisiensi Defek fc transkripsi yg atur ekspresi gen MHC II
syndrome CD4TC; defek CMI & T (CIITA, RFXANK, RFX5, RFXAP)
dependent humoral immunity
Defisiensi MHC I Mutasi TAP1 (transporter associated w/ antigen
MHC I; CD8TC
processing), TAP2, tapasin
B. Defek signal sel T
Proximal TCR defek CMI & T dependent Mutasi gen CD3, CD45
signaling defects humoral immunity
Wiskott-Aldrich Defek aktivasi sel T & mobilitas Mutasi defek TCR dependent actin-
syndrome limfosit cytoskletal rearrangement
C. Familial hemophagocytic lymphohistiocytoses
X-linked Unctrl EBV induced B cell prolif; Mutasi SAP (SLAM associated protein)
lymphoproliferative Unctrl aktivasi makrofag & CTL;
syndrome Defek fx CTL & NKC
Perforin deficiencies Unctrl aktivasi makrofag & CTL; Mutasi perforin
Defek fx CTL & NKC
Granule fusion Unctrl aktivasi makrofag & CTL; Defek cytotoxic granule exocytosis; mutasi
defects Defek fx CTL & NKC RAB27A, MUNC13-4 (LYST@Chediak-Higashi)
DEFISIENSI IMUN SPESIFIK
Pendekatan yg dilakukan:
Imunisasi Pasif: tu agammaglobulinemia
Transplantasi SSTL: treatment of choice berbagai congenital
immuno deficiency, tu SCID dengan defisiensi ADA, Wiskott-
Aldrich syndrome, bare lymphocyte syndrome, LAD
(Leukocyte Adhesion Deficiencies)
Terapi penggantian enzim: untuk defisiensi ADA & PNP,
namun biasanya hanya untuk jangka pendek
Terapi penggantian gen dengan stem sel yang memperbarui
diri: masih dalam pengembangan
DEFISIENSI IMUN SPESIFIK
A. KEHAMILAN
Peningkatan aktivitas sel Ts atau oleh efek supresif faktor
humoral yang dibentuk trofoblas untuk kelangsungan
hidup fetus
B. USIA TAHUN PERTAMA
Neonatus jumlah sel T yang tinggi, tapi masih naive
tidak memberikan respon yang adekuat terhadap antigen.
C.USIA LANJUT
Rentan terkena infeksi terjadi atrofi timus, fungsi timus
menurun. Jumlah sel T memori meningkat tapi makin sulit
berkembang
DEFISIENSI IMUN SPESIFIK
A. MALNUTRISI
B. INFEKSI
C. OBAT, TRAUMA, TINDAKAN KATETERISASI DAN BEDAH
D. PENYINARAN
E. PENYAKIT BERAT
F. KEHILANGAN IMUNOGLOBULIN / LEUKOSIT
G. STRES
H. AGAMAGLOBULINEMIA DENGAN TIMOMA
I. AIDS
Defisiensi Imun Spesifik Sekunder
Defisiensi Imun Spesifik Sekunder
Defisiensi Imun Spesifik Sekunder
Faktor faktor yang menimbulkan defisiensi
imun sekunder
Pemeriksaan untuk imunodefisiensi
Pemeriksaan darah tepi
Hb
Leukosit total
Hitung jenis leukosit (presentasi)
Morfologi limfosit
Hitung trombosit
Pemeriksaan imunoglobulin kuantitatif (IgG, IgA, IgM, IgE)
Kadar antiodi terhadap imunisasi sebelumnya (fungsi IgG)
Titer antibodi tetanus, difteri
Titer antibodi H. influenzae
Penilaian komplemen (komplemen hemolisis total = CH50)
Evaluasi infeksi (LED atau CRP, kultur, dan pencitraan yang
sesuai)
Komplikasi imunodefisiensi
Perkembangan penyakit
Penyakit yang hilang timbul
Peningkatan resiko terkena kanker atau tumor
tertentu
Infeksi oportunistik
LO 2
Struktur HIV
Struktur virus HIV-1
terdiri atas 2 untaian
RNA yang identik dan
berhubungan dengan
p17 dan p24 berupa inti
polipeptida.
Semua komponen
diselubungi envelop
membran fosfolipid dari
sel pejamu.
Tumors :
Lymphomas
Kaposis sarcoma
Cervical sarcoma
Encephalopathy
Wasting syndrome
Clinic Manifestation
Diarrhea that persists Mouth disorders
Excessive sweating, night Gingivitis
sweats Oral hairy leukoplakia of
Fatigue that persists tongue, caused by a viral
Fever that persists infection
General feeling of discomfort, Oral thrush
illness, or lack of well-being Pain, loss of sensation, and
Herpes zoster infections that inability to control muscles
keep coming back (peripheral neuropathy)
Joint pain Skin disorders
Swollen lymph glands Fungal infection of the skin
Weight loss or nails
Molluscum contagiosum
Seborrheic dermatitis
TRANSMISSION OF HIV
Patogenesis
AIDS
Pengelompokkan infeksi dan kondisi
penderita HIV
STADIUM INFEKSI & KONDISI
Persistent Generalized
Lymphadenopathy ada limfadenopati
(PGL)
Penderita HIV
simptomatik : gejala
AIDS-related complex
kelelahan, demam &
(ARC)
kerusakan sistem imun
simptomatik : ancaman
jiwa karena infeksi
Full blown AIDS
oportunistik & sarkoma
Kaposi
Kayser, Medical Microbiology 2005 Thieme
HIV/AIDS (CDC)
PCR.
The most important application of the polymerase chain reaction today is to
determine the so-called viral load, whereby a commercially available
quantitative RT-PCR (reverse transcriptase PCR) is used to determine the
number of viral RNA molecules per ml of blood, taking into account the added
standard amounts of HIV RNA (quantification standard). This test provides a
prognostic estimate of how great the risk of progression to AIDS is
(manifestation of an AIDS-defining disease). It can also be used to monitor the
success of therapy with RT and protease inhibitors.
Therapy HIV
Three classes of substances are available for HIV therapy:
Nucleosidic (or nucleotidic) reverse transcriptase
inhibitors (NRTI) (for example: azidothymidine, AZT;
lamivudine, 3TC; didanosine, ddI, etc.). These are
nucleoside analogs that bind to the active center of the
enzyme are integrated in the DNA strands, resulting in
chain termination.
Nonnucleosidic reverse transcriptase inhibitors
(NNRTI) (for example: efavirenz, EFV; nevirapine, NVP,
etc.). This class of substances also inhibits the
production of viral cDNA by reverse transcriptase, but
does not prevent viral production by infected cells.
Protease inhibitors (PI) (for example: indinavir, IDV;
ritonavir, RTV; saquinavir, SQV, etc.): PIs inhibit viral
protease and thus viral maturation.
Therapy HIV
HIV
.
HIV : sperm = 90-160x10-9m: 2.5-3.5x10-6m
Precautions for Healthcare Staff Kayser, Medical Microbiology 2005 Thieme
HIV
All personnel in medical professions should know that
HIV is not highly contagious and that precautions, as
they apply to hepatitis B, are considered sufficient:
Wear protective gloves in all situations involving possible
contact with blood.
If blood droplets could be spattered or sprayed, masks and
goggles should also be worn.
If exposure has occurred despite precautions (accidental
injection, stab wound, contamination of a wound or mucosa
with material containing HIV), immediate commencement of a
combination therapy with one PI and two NRTIs for two to
four weeks is indicated in addition to a thorough wound toilet
and disinfection.
Kesimpulan
Dari pemeriksaan lab, yaitu : ELISA dan
Western Blot (+), maka disimpulkan wanita
muda ini terinfeksi HIV, yang diperkirakan
berasal dari pasangan seksnya
Saran
Melakukan terapi HIV
Mengubah gaya hidup (bergonta-ganti
pasangan seksual dan merokok)
Daftar Pustaka
Henrys Clinical Diagnosis & Management by Laboratory Methods
21st ed. McPherson RA, Pincus MR. Saunders Elsevier:
Philadelphia. 2007. pp 945-960
Cellular and Molecular Immunology 6th ed. Abbas AK, Lichtman AH.
Chapter 20: Congenital & Acquired Immunodeficiencies. Saunders
Elsevier: Philadelphia. 2009. pp.173-197
Harrisons Principles of Internal Medicine 15th ed,
Medical Microbiology. Kayser F, Bienz K, Eckert J, Zinkernagel R.
Part 4: Virology. Chapter 7: General virology. Chapter 8: Viruses as
Human Pathogen. Thieme Stuttgard: New York. 2005
Imunologi dasar. Bratawijaya KG, Rengganis I. 8th ed. Jakarta :
FKUI ; 2009.