Luka Bakar
Luka Bakar
Luka Bakar
Tatalaksana penanganan
luka bakar di ruang
perawatan intensif harus
bersifat holistik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi Kulit5
2.1.1. Epidermis 2.1.3. Jaringan Penyambung
atau Jaringan Ikat
Bawah Kulit (Hipodermis)
2.1.2. Dermis
2.2. Vulnus Combutio (Luka Bakar)
2.2.1 Definisi
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas
seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.1
2.2.2. Etiologi
Paparan api
- Flame
- Benda panas (kontak)
Scalds (air panas)
Uap panas
Gas panas
Aliran listrik
Zat kimia (asam atau basa)
Radiasi
Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.
2.2.3. Klasifikasi
Derajat Luka Bakar
Derajat I
Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak
jaringan untuk dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I
biasanya sembuh dalam 5-7 hari dan dapat sembuh secara sempurna.
Luka biasanya tampak sebagai eritema dan timbul dengan keluhan
nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi dan atau
hipersensitivitas lokal. Contoh luka bakar derajat I adalah sunburn.
Derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-
ujung saraf sensorik teriritasi.
Dibedakan atas 2 (dua) bagian
- Derajat II dangkal/superficial (IIA)
- Derajat II dalam / deep (IIB)
Derajat III
Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam
sampai mencapai jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit
mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel. Tidak dijumpai
bullae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai
berwarna hitam kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan
dermis yang dikenal sebagai esker. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang
sensasi karena ujung ujung sensorik rusak. Penyembuhan terjadi
lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.
Berat dan Luas Luka Bakar
Ada beberapa metode cepat untuk menentukan luas luka
bakar, yaitu:
Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar
pasien. Luas telapak tangan individu mewakili 1% luas
permukaan tubuh. Luas luka bakar hanya dihitung pada pasien
dengan derajat luka II atau III.
Rumus 9 atau rule of nine
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif
permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif
permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas
permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10
untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.
Bila luka bakar yang terjadi luas (>40%) dapat menyebabkan hilangnya
cairan intravaskular berlebihan sehingga dapat menyebabkan syok
hipovolemik maupun distributif. Selain itu, akibat luka bakar adalah
syok karena kaget dan kesakitan.Pembuluh kapiler yang terkena suhu
tinggi rusak sel darah yang di dalamnya ikut rusak sehingga dapat
terjadi animea.
2.2.6. Prognosis
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada
dalam dan luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak
awal hingga penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang
terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita juga turut
menentukan kecepatan penyembuhan.
2.2.7. Komplikasi
Syok hipovolemik 1,6
Edema Laring
Sistemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), Multi-
system Organ Dysfunction Syndrome (MODS),dan Sepsis
Kontraktur
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. IDENTITAS PASIEN
Tanggal Masuk : 16 Juli 2013 Pukul. 14.00 WIB
Nama Pasien: Satya Afra Rizky
Umur : 9 bulan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Tanjung Sari II Lrg. Tanjung Mas, Kelurahan
Bukit Sangkat, Kota Palembang
Riwayat Imunisasi
Menurut ibu pasien imunisasi anaknya lengkap
3.3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
DIAGNOSIS
Vulnus combutio grade I & II seluas 20 % e.c air panas
RENCANA TERAPI
Wound Toilet + Perawatan luka
Cuci NaCl
Pemberian burnazin cream
Dibalut dengan kassa steril
Observasi Keadaan Umum dan tanda vital
Perbaikan KU : (BB : 10,9 kg)
4 x BB x % luka bakar= 4 x 11 x 20 = 880 cc / 24 jam
Pasang IVFD RL ( 880 cc/24 jam)
8 jam I gtt XIII x/menit ( 440 cc)
16 jam selanjutnya gtt VI x/menit ( 440 cc)
Inj. Cefotaxime 2 x 500 mg (skin test)
Paracetamol syrup 3x1 cth
Pemeriksaan Laboratorium
Masuk Rumah Sakit
HASIL LABORATORIUM
Darah Rutin
Hb : 8,8 g/dL
Leukosit : 8800 /ul
Trombosit : 437.000 /ul
Hematokrit : 30 %
Hitung Jenis
- Basofil : 0 %
- Eosinofil : 2 %
- Batang : 2 %
- Segmen : 27 %
- Limfosit : 64 %
- Monosit : 5 %
3.1 FOLLOW UP
Tanggal 17 Juli 2013, pukul 07.00 WIB
S : Ibu os mengatakan anak menjadi rewel dan susah tidur, demam pada
malam hari, BAK lebih sering
O : KU : tampak sakit sedang
Sensorium: compos mentis
Tanggal 18 Juli 2013, pukul 07.30 WIB
Vital Sign :
S : Ibu os mengatakan anak menjadi rewel dan susah tidur, demam pada
Nadi : 130 x/menit
malam hari, BAK lebih sering
RR : 44 x/menit
O : KU : tampak sakit sedang
Suhu : 36,4 C
Sensorium: compos mentis
A : Vulnus combutio grade I & II seluas 20 % e.c air panas
Vital Sign :
P :
Nadi : 124 x/menit
- Observasi keadaan umum dan tanda vital
RR : 40 x/menit
- IVFD RL gtt VI x/menit
Suhu : 36,5 C
- Inj. Cefotaxime 2x500 mg
A : Vulnus combutio grade I & II seluas 20 % e.c air panas
- Paracetamol syrup (saat demam)
P :
- Perawatan luka : Cuci NaCl, pemberian burazin cream, dibalut
- Observasi keadaan umum dan tanda vital
dengan kassa steril
- IVFD RL gtt VI x/menit
- Inj. Cefotaxime 2x500 mg
- Perawatan luka : Cuci NaCl, pemberian burazin cream, dibalut
dengan kassa steril
- Paracetamol syrup (saat demam)
Tanggal 19 Juli 2013, pukul 07.00 WIB
S : Ibu os mengatakan anak menjadi rewel dan susah tidur, BAK lebih
sering
O : KU : tampak sakit sedang
Sensorium: compos mentis
Vital Sign :
Nadi : 130 x/menit
Tanggal 20 Juli 2013, pukul 07.00 WIB
RR : 40 x/menit
S : Ibu os mengatakan anak menjadi rewel dan susah tidur, demam pada
Suhu : 36,4 C
malam hari, BAK lebih sering
A : Vulnus combutio grade I & II seluas 20 % e.c air panas
O : KU : tampak sakit sedang
P :
Sensorium: compos mentis
- Observasi keadaan umum dan tanda vital
Vital Sign :
- IVFD RL gtt VI x/menit
Nadi : 130 x/menit
- Inj. Cefotaxime 2x500 mg
RR : 40 x/menit
- Perawatan luka : Cuci NaCl, pemberian burazin cream, dibalut
Suhu : 36,4 C
dengan kassa steril
A : Vulnus combutio grade I & II seluas 20 % e.c air panas
P :
- Observasi keadaan umum dan tanda vital
- IVFD RL gtt VI x/menit
- Inj. Cefotaxime 2x500 mg
- Perawatan luka : Cuci NaCl, pemberian burazin cream, dibalut
dengan kassa steril
- Rencana Pulang
BAB IV
PEMBAHASAN
Satya, usia 9 bulan datang dengan keluhan kulit wajah, kedua lengan,
dan badan melepuh karena tersiram air panas sejak delapan jam
sebelum masuk rumah sakit. Kulit yang melepuh diakibatkan tersiram
air panas yang tumpah dari termos ketika sedang tertidur. Air panas
tepat mengenai kedua lengan dan badan pasien, serta sedikit pada dagu
di wajah. Menurut ibu pasien setelah tersiram, kulitnya langsung
melepuh dan berisi cairan terkecuali di bagian dagu yang tampak
memerah. Tidak ada keluhan sesak nafas, pingsan, muntah, demam.
Anak menjadi mudah haus karena banyak minum dan BAK lebih sering
dari biasanya.
Pasien datang masih dalam fase akut luka bakar. Maka perlu
diperhatikan ABCD (Airway, Breathing, Circulation, Disability) dari
pasien. Dari pemeriksaan umum tidak ditemukan adanya sumbatan
pernafasan. Hal ini dapat menyingkirkan adanya cedera inhalasi.
Pernapasan normal dan tidak ada eskar melingkar yang dapat
menghalangi pergerakan pernapasan. Frekuensi nadi yang meningkat
yaitu 130x/menit. Hal ini dapat menunjukkan adanya gangguan pada
sistem kardiovaskular akibat terjadinya hipovolemik yang diakibatkan
penguapan berlebih dan keluarnya cairan intravaskular.
Pada tubuh ditemukan luka bakar di dagu pada wajah
(1%),badan 13%, lengan kanan (3%), lengan kiri (3%). Luas luka
ditentukan menurut diagram rules of nine dari Wallace. Total
luas luka bakar mencapai 20% dengan kedalaman derajat II
dan derajat I pada wajah.
Luka bakar pada pasien ini digolongkan derajat II sebab
kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis yang
terlihat dari reaksi inflamasi akut dan proses eksudasi,
ditemukan bula, dasar luka berwarna merah atau pucat dan
nyeri akibat iritasi ujung saraf sensorik. Luka bakar pada wajah
pasien tdigolongkan dalam derajat I sebab pada luka bakar
derajat I kelainannya hanya berupa eritema, kulit kering, nyeri
tanpa disertai eksudasi. Luka bakar tidak digolongkan dalam
derajat III sebab pada luka bakar derajat III dijumpai kulit
terbakar berwarna abu-abu dan pucat, letaknya lebih rendah
(cekung) dibandingkan kulit sekitar dan tidak dijumpai rasa
nyeri/hilang sensasi akibat kerusakan total ujung serabut saraf
sensoris.
Dari pemeriksaan laboratorium darah tepi tidak ditemukan
peningkatan leukosit. Peningkatan leukosit ini disebabkan oleh
reaksi inflamasi pada fase akut luka bakar.
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah resusitasi cairan.
Dengan cara Baxter dapat dihitung kebutuhan cairan pasien
yaitu: 4 x BB x % luka bakar= 4 x 10 x 20 = 880 mL / 24 jam
Pada 8 jam pertama pasien diberikan 440 cc. Kemudian pada
16 jam kemudian diberikan cairan sebanyak 440 cc. Pada
hari selanjutnya diberikan cairan sebanyak setengah cairan
pertama yaitu 440 cc /24 jam. Jumlah cairan dapat dikurangi
bahkan dihentikan bila diuresis pasien memuaskan dan pasien
dapat minum tanpa kesulitan.
Setelah itu dilakukan perawatan luka bakar. Luka bakar
dibersihkan dengan air hangat yang mengalir. Hal ini merupakan
cara terbaik untuk menurunkan suhu di daerah cedera, sehingga
dapat menghentikan proses combusio pada jaringan. Untuk
menutup luka, digunakan kasa lembab steril menggunakan
cairan NaCl atau salep untuk mencegah penguapan. Balutan
dinilai dalam waktu 24-48 jam. Bula yang luas dengan akumulasi
transudat, akan menyebabkan penarikan cairan ke dalam bula
sehinggamenyebabkan gangguan keseimbangan cairan. Oleh
karena itu perlu dilakukan insisi. Insisi ini bertujuan untuk
mengeluarkan cairan transudat tanpa membuang epidermis
yang terlepas. Kemudian epidermis yang terlepas ini dijadikan
penutup luka (biological dressing) dan membungkusnya dengan
kasa lembab selama 2-3 hari, kemudian diberikan salep
antibiotik sampai terjadinya epitelisasi. Pada bula-bula yang kecil
cukup dilakukan aspirasi menggunakan semprit dan dilakukan
sebagaimana pada bula yang luas.
Prognosis ad vitam pada pasien ini adalah bonam karena
penyakit ini sudah didiagnosis dan saat ini tidak mengancam
nyawa. Prognosis ad functionam pada pasien ini adalah bonam
karena sesuai dengan luas dan kedalaman luka, penyembuhan
dapat terjadi secara spontan dan telah dilakukan terapi
pengobatan yang adekuat terhadap luka bakar. Prognosis ad
sanactionam pada pasien ini adalah bonam karena faktor
penyebab dapat dihindari dan tidak ada angka rekurensi.
DAFTAR PUSTAKA
1. R Sjamsuhidajat, Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit Buku Kedokteran, EGC. 2007
2. Moenadjat, Yefta, Dr, Sp.BP; Luka Bakar Pengetahuan Klinik Praktis;Jakarta, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2003.
3. Mansjoer, Arif, dkk (editor); Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, edisi III Luka Bakar; Jakarta, Media
Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.
4. Hansbrough JF, Hansbrough W. Pediatrics Burns. Pedriatics in Review. Vol 20;1999
5. M Sjaifudin Noer, Penanganan Luka Bakar, Airlangga University Press, 2006
6. David S. Perdanakusuma, Penanganan Luka bakar, Airlangga University Press,2006
7. Marzoeki, Djohansjah. Ilmu Bedah Luka dan Perawatannya, Airlangga University Press, Surabaya 1993
: 10 - 19.
8. Hudspith J, Rayatt S. First aid and treatment of minor burns. ABC of Burns. BMJ 2004;328;1487-9.
9. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Bedah, Rumah Sakit Dr. Sutomo Surabaya. 2006
10. Anonymous. Burns, Clinical practice Guidelines. Royal Children Hospital Melbourne. 2010
11. Holland AJA. Pediatric burns: the forgotten trauma of childhood. Canadian journal of
Surgery;2006;4;272-7
12. Bisono. Reksopradjo, Soelarto (ed.).Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Cet.I. Jakarta: Binarupa Aksara.1999
13. Pusponegoro, Aryono D. Luka dalam de Jong, Wim (ed.).Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. Cet. I.
Jakarta:EGC. 2005
14. Schwartz, Seymour I. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Cet. I. Jakarta: EGC. 2000.
15. Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong W, editor. Buku ajar ilmu bedah.
Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005. h. 73-5.
16. Moenadjat Y. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.