Teori Pusat Pertumbuhan - KLP 2

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

TEORI PUSAT PERTUMBUHAN

Indika Aries Pratama (155060600111028)


Ni Luh Putu Indah Kusuma (155060601111019)
Pengertian Pusat Pertumbuhan

Pusat pertumbuhan merupakan suatu kawasan yang


perkembangannya sangat pesat sehingga dapat dijadikan
pusat pembangunan yang dapat mempengaruhi wilayah lain
disekitarnya. Melalui pengembangan kawasan pusat-pusat
pertumbuhan ini, diharapkan terjadi proses interaksi
dengan wilayah-wilayah lain di sekitarnya.

Contoh:
Kota Jakarta sebagai ibukota Negara Indonesia yang memiliki
akselerasi perkembangan dan pembangunan sangat cepat, secara
langsung maupun tidak telah memengaruhi kota-kota satelit yang
ada di sekitarnya, seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Fungsi Pusat Pertumbuhan

Memudahkan koordinasi dan pembinaan


Melihat perkembangan wilayah maju atau mundur
Meratakan pembangunan di seluruh wilayah
Faktor Pendorong Pertumbuhan Wilayah

Daerah yang memiliki sumber daya alam Lokasi


yang melimpah cenderung akan Daerah yang lokasinya strategis lebih
berkembang dan menjadi pusat mudah dijangkau dibanding dengan
pertumbuhan daerah sekitarnya maka dapat
Sumber Daya berkembang menjadi lebih cepat.
Contoh: daerah dataran rendah yang
Alam berelief rata memungkinkan pusat
pertumbuhan berkembang lebih cepat
Pusat pertumbuhan akan lebih dibanding daerah pedalaman yang berelief
berkembang apabila didukung oleh
Sumber Daya kasar atau berpegunungan.
fasilitas penunjang yang memadai.
Beberapa fasilitas penunjang antara lain
Manusia
jalan, jaringan listrik, jaringan telepon,
pelabuhan laut dan udara, fasilitas air Kualitas sumber daya manusia yang
bersih, maupun penyediaan bahan bakar Fasilitas baik mendukung proses pembangunan
Penunjang suatu wilayah untuk berkembang
menjadi pusat pertumbuhan
Jenis Jenis Teori Pusat Pertumbuhan Wilayah

1 Teori Pusat Sentral (Central Place Theory)

Menurut Christaller, suatu pusat aktivitas yang senantiasa melayani berbagai


kebutuhan penduduk harus terletak pada suatu lokasi yang sentral. Yaitu suatu
tempat yang memungkinkan partisipasi manusia dalam jumlah yang maksimum,
baik mereka yang terlibat dalam aktivitas pelayanan maupun yang menjadi konsumen
dari barang dan jasa tersebut.
Tempat yang sentral merupakan suatu titik simpul yang dari suatu bentuk
heksagonal, dimana wilayah yang terletak didalamnya merupakan daerah daerah
yang penduduknya mampu terlayani oleh tempat yang sentral tersebut.
Jenis Jenis Teori Pusat Pertumbuhan Wilayah

2 Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Poles Theory)

Teori ini dikemukakan oleh Perroux (1955,) dinyatakan bahwa pembangunan


kota atau wilayah dimanapun bukan merupakan suatu proses yang terjadi
secara serentak, tetapi muncul di tempat tertentu dengan kecepatan dan
intensitas yang berbeda. Tempat atau kawasan yang menjadi pusat
pembangunan tersebut dinamakan kutub-kutub pertumbuhan. Dari kutub
tersebut, proses pembangunan akan menyebar ke wilayah lain disekitarnya atau
ke pusat yang lebih rendah.
Jenis Jenis Teori Pusat Pertumbuhan Wilayah

3 Teori Basis Sumber Daya (Resources Endowment or Resources Base)


Teori ini dikemukakan oleh Harver Perloff dan Lowdon W. J (1961). Dalam
tulisannya Natural Resources Endowment and Regional Economic Growth,
mereka menjelaskan bahwa perkembangan wilayah di Amerika berlangsung
dalam 3 tahap yaitu Tahap Pertanian, Tahap Pertambangan dan Tahap
Pelayanan Jasa
Pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya dan
kemampuan memproduksinya untuk keperluan nasional. Ciri sumber daya
yang baik antara lain:
1. Mensupport produksi nasional
2. Memiliki efek backward dan fordward linkage yang luas
3. Adanya efek multiplier, yaitu kemampuan meningkatkan permintaan produksi
barang dan jasa
Jenis Jenis Teori Pusat Pertumbuhan Wilayah

4 Teori Basis Ekspor (Export Base or Economic Base)

Teori ini dikembangkan oleh Douglass C. North (1964) dan perluasan dari teori
Resources Endowment. Sektor ekspor berperan penting dalam pertumbuhan
wilayah karena ekspor dapat memberikan kontribusi penting tidak hanya bagi
ekonomi wilayah namun juga nasional. Wilayah dengan permintaan yang
tinggi akan menarik investasi dan tenaga kerja.
Syarat bagi teori ini yaitu sistem wilayah terbuka, adanya aliran barang, modal,
teknologi antar wilayah ataupun Negara.
Jenis Jenis Teori Pusat Pertumbuhan Wilayah

5 Teori Pertumbuhan Neoklasik

Teori ini dikemukakan oleh Harry W Richardson (1973). Teori ini mengatakan
bahwa pertumbuhan wilayah tergantung pada 3 faktor yaitu tenaga kerja,
ketersediaan modal dan kemajuan teknologi. Selain itu, teori ini menekankan
pentingnya mobilitas faktor produksi, terutama tenaga kerja dan modal antar
wilayah dana antar Negara. Pola pergerakan ini memungkinkan terciptanya
keseimbangan pertumbuhan antar wilayah.
Jenis Jenis Teori Pusat Pertumbuhan Wilayah

6 Teori Baru Pertumbuhan Wilayah

Teori ini percaya pada kekuatan teknologi dan inovasi sebagai faktor dominan
pertumbuhan wilayah. Kuncinya adalah investasi dalam pengembangan
sumber daya manusia, research dan development. Teknologi yang tinggi dan
inovasi yang didukung sumber daya manusia berkualitas adalah syarat
meningkatkan pertumbuhan wilayah.
Ciri Wilayah Sebagai Pusat Pertumbuhan

1.Adanya Hubungan Internal dan Beragam Aktivitas


Adanya interaksi di dalam wilayah sangat menentukan perkembangan wilayah tersebut. Keterkaitan
antar sector akan membangun pertumbuhan sektor lainnya sehingga memunculkan beragam aktivitas
Adanya Efek Pengganda (Multiplier Effect)
Efek ini terjadi karena adanya kegiatan produksi yang meningkat. Penawaran akan barang dan jasa
semakin tinggi sehingga kapasitas produksi diperbesa dan kadang sampai memacu pertumbuhan
daerha belakang yang menjadi sumber bahan baku dan tenaga kerja.

Adanya Konsentrasi Geografis


Konsentrasi ini terjadi karena berkumpulnya titik-titik fasilitas penunjang di daerah tersebut. Seperti
orang akan datang ke daerah tersebut untuk belanja, sekolah, berwisata dan lainnya. Hal ini membuat
wilayah semakin menarik untuk dikunjungi sehingga meningkatkan volume transaksi.
1.Mendorong ke Daerah Belakang
Pusat pertumbuhan harus dinikmati pula oleh daerah belakang/penyuplai. Hal ini akan menciptakan
hubungan harmonis antar daerah sehingga mengurangi adanya ketimpangan wilayah. Bisa saja dengan
adanya hubungan tersebut, nantinya daerah belakang tumbuh pesat mengimbangi pusat pertumbuhan
yang sudah melesat jauh.
Kaitan Wilayah Pusat Pertumbuhan dan Pengaruh Pusat
Pertumbuhan
Pengaruh Pusat-pusat Wilayah Pengaruh Pusat-pusat Wilayah Pengaruh Pusat-pusat Wilayah Pertumbuhan
Pertumbuhan Terhadap Pemusatan Pertumbuhan Terhadap di Bidang Sosial dan Lingkungan Hidup
dan Persebaran Sumber Daya Perkembangan Ekonomi
Akan memotivasi masyarakat untuk saling
Kemunculan pusat pertumbuhan akan Bertambah padatnya jumlah penduduk berlomba memiliki pengetahuan,
menarik jumlah tenaga kerja yang wilayah tersebut maupun pertambahan keterampilan, dan kesiapan untuk
banyak, dapat dilihat dari arus alami akan memacu tumbuhnya menghadapi perubahan sosial budaya.
mobilitas dan migrasi penduduk dari sarana-sarana dan fasilitas pemukiman, Akibat mobilitas penduduk baik melalui
desa ke kota maupun antarprovinsi. pemasaran, hiburan, kesehatan, dan migrasi maupun pertambahan alami dari
Arus migrasi penduduk dari pedesaan lain-lain. Sektor-sektor ekonomi yang berbagai latar belakang budaya, akan
menuju kota besar maupun kota kecil bersifat nonformal pun dapat ditempuh terjadi akulturasi dan asimilasi nilai budaya.
di Indonesia, menunjukkan angka yang dan berkembang dengan pesat seiring Terbukanya arus informasi dan komunikasi
terus meningkat sejalan dengan bertambahnya penduduk dan akan mempercepat laju pertumbuhan
pesatnya pertumbuhan suatu wilayah. meningkatnya pendapatan masyarakat. daerah tersebut.
Misalnya, munculnya rumah- rumah kos
dan kontrakan, perbengkelan, dan Makin banyaknya penduduk yang datang
perdagangan kaki lima. akan berpengaruh terhadap keadaan
lingkungan hidup di sekitarnya antara lain
pemukiman, sanitasi, keamanan, lalu lintas,
dan pencemaran
Studi Kasus Pertumbuhan Wilayah di Indonesia
PENENTUAN PUSAT PERTUMBUHAN BARU BERDASARKAN POTENSI DAN DAYA SAING WILAYAH
Analisis Potensi dan Daya Saing Kecamatan sebagai Pusat Pertumbuhan Satuan Wilayah Pengembangan (SWP)
Kabupaten Malang

Adanya pembangunan nasional mengakibatkan pertumbuhan ekonomi terlihat masih


timpang antara daerah satu dengan daerah lainnya, terutama di Indonesia. Hal tersebut terlihat
jelas apabila membandingkan pertumbuhan ekonomi antara kabupaten dan kota, dimana
kondisi ekonomi kota lebih berkembang dibandingkan dengan kabupaten.
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat perbedaan pertumbuhan
ekonomi antar wilayah yaitu tingkat kemiskinan dan besar PDRB (Produk Domestik Regional
Bruto). Apabila dikaji keduanya maka akan terlihat kesenjangan di wilayah tersebut. Namun apabila
dikaji dari sisi kebijakan ternyata pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah dikarenakan oleh
kebijakan pembangunan dari pemerintah yaitu adanya pembentukan daerah-daerah nodal.
Menurut Soepono (1999), daerah nodal adalah areal-areal yang strukturalnya terdiri atas
areal inti dengan areal sekitarnya yang melengkapi. Daerah nodal akan menjadikan kota
sebagai pusat pertumbuhan terutama pusat kegiatan ekonomi. Sedangkan kabupaten atau
wilayah di sekitar kota hanya sebagai daerah pendukung, akibatnya kegiatan ekonomi hanya
terkonsentrasi di kota.
Studi Kasus Pertumbuhan Wilayah di Indonesia
PENENTUAN PUSAT PERTUMBUHAN BARU BERDASARKAN POTENSI DAN DAYA SAING WILAYAH
Analisis Potensi dan Daya Saing Kecamatan sebagai Pusat Pertumbuhan Satuan Wilayah Pengembangan (SWP)
Kabupaten Malang (Oleh: Dwi Agustina Wantika Sari)

Kabupaten Malang dan Kota Malang merupakan salah satu bentuk


realisasi dari kebijakan daerah nodal yang diharapkan Kota Malang sebagai
pusat kegiatan ekonomi bisa mendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Malang.
Namun kondisi eksisting yang terjadi justru sebaliknya, tidak ada
keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi di Kota Malang dan Kabupaten
Malang. Hal tersebut terlihat oleh adanya sumber daya pembangunan baik
modal maupun tenaga ahli dari Kabupaten Malang yang semakin terserap ke
Kota Malang. Selain itu adanya perbedaan besaran PDRB dan PAD dalam
beberapa tahun terakhir semakin memperjelas adanya kesenjangan antara
kedua wilayah tersebut.

Guna mewujudkan keseimbangan pertumbuhan ekonomi antar wilayah


terutama Kabupaten Malang dan Kota Malang yaitu dengan
pembentukan pusat pertumbuhan baru di daerah-daerah pendukung
atau wilayah sekitar kota.
Sumber: RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2010-2015
Studi Kasus Pertumbuhan Wilayah di Indonesia
PENENTUAN PUSAT PERTUMBUHAN BARU BERDASARKAN POTENSI DAN DAYA SAING WILAYAH
Analisis Potensi dan Daya Saing Kecamatan sebagai Pusat Pertumbuhan Satuan Wilayah Pengembangan (SWP)
Kabupaten Malang (Oleh: Dwi Agustina Wantika Sari)

Interaksi Antar Pusat WP Berdasarkan Jumlah Penduduk Interaksi Antar Pusat WP Berdasarkan Jumlah Fasilitas

Berdasarkan kedua interaksi tersebut dapat dilihat bahwa interaksi yang paling kuat adalah WP I dan WP II. WP I Lingkar Kota
Malang merupakan daerah maju, berkembang pesat, dan mampu bersaing. WP I ini dapat ditetapkan sebagai ibukota Kabupaten
Malang melihat interaksinya yang kuat, namun WP ini berkembang karena berorientasi ke Kota Malang yang sebagian besar
mendapat imbas pertumbuhan dari Kota Malang. Apabila WP I tetap dijadikan sebagai ibukota, masalah kesenjangan wilayah tidak
akan terselesaikan justru akan terjadi aglomerasi yang berkepanjangan.
Sedangkan WP II Kepanjen merupakan daerah maju dengan income per kapita yang tinggi. WP II ini tumbuh dikarenakan
potensi ekonomi wilayah yang didominasi oleh sektor primer (pengelolaan SDA). Selain itu juga interaksi WP II dengan WP lainnya
cukup kuat walaupun letak wilayahnya tidak berbatasan langsung dengan Kota Malang. Hal ini sangat mendukung apabila WP II
direncanakan sebagai ibukota Kabupaten Malang karena peluang terjadinya aglomerasi akan semakin kecil dan kesenjangan wilayah
juga akan semakin kecil.

Sumber: RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2010-2015 Sumber: RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2010-2015
Penerapan Teori Pertumbuhan Wilayah Di Indonesia

Di Indonesia penerapan pusat-pusat pertumbuhan pada dasarnya merupakan penerapan gabungan Teori Pusat Sentral-Christaller dan
Teori Kutub Pertumbuhan-Perroux. Wilayah-wilayah pembangunan utama di Indonesia dibagi dalam 4 region utama, yaitu:
1) Wilayah Pembangunan Utama A, dengan pusat pertumbuhan utama adalah kota Medan. Wilayah ini terdiri dari :
Wilayah Pembangunan I, meliputi: Aceh dan Sumatera Utara, yang pusatnya di Medan.
Wilayah Pembangunan II, meliputi: Sumatera Barat dan Riau, yang pusatnya di Pekanbaru.
2) Wilayah Pembangunan Utama B, dengan pusat pertumbuhan utama adalah Jakarta. Wilayah ini terdiri dari :
Wilayah Pembangunan III, meliputi: Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu, pusatnya di Palembang.
Wilayah Pembangunan IV, meliputi: Lampung, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta, pusatnya di Jakarta.
Wilayah Pembangunan V, meliputi: Kalimantan Barat, pusatnya di Pontianak.
3) Wilayah Pembangunan Utama C, dengan pusat pertumbuhan utama adalah Surabaya. Wilayah ini terdiri dari :
Wilayah Pembangunan VI, meliputi: Jawa Timur dan Bali, pusatnya di Surabaya.
Wilayah Pembangunan VII, meliputi: Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dengan pusatnya di Samarinda.
4) Wilayah Pembangunan Utama D, dengan pusat pertumbuhan utama adalah Makassar (Ujung Pandang). Wilayah ini terdiri dari :
Wilayah Pembangunan VIII, meliputi: Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, pusatnya
di Makassar.
Wilayah Pembangunan IX, meliputi: Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara, pusatnya di Manado.
Wilayah Pembangunan X, meliputi: Maluku dan Papua, berpusat di Sorong.
(Sumber: Wardiyatmoko dan Bintarto, 2004)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai