Demam Tifoid

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus RS Pertamina Prabumulih

DEMAM TIFOID

Oleh : dr. Winda Rolita Firda

PENDAMPING :
DR. MEZA

PEMBIMBING :
DR. MARTIN SATRIYADI, SP.A
IDENTIFIKASI

Nama : An. FF
Usia : 6 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Sumatera Selatan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Tenggamus No.1 Muara Dua
MRS : 13 Februari 2017
No. rekam medis : RS 021701956
ANAMNESIS (13 Februari 2017)

Alloanamnesis (Orangtua pasien)

Keluhan utama : Demam sejak 3 hari yang lalu


Keluhan tambahan : Mual
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : kompos mentis
HR : 110 x/m (isi / tegangan cukup)
Pernafasan : 24 x/m
Suhu : 37,8o C
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)

Thorax : Simetris, retraksi (-)

Cor : BJ I-II (N), murmur (-), gallop (-)

Pulmo : Vesikuler (+) normal, Rh (-), Wh (-)

Abdomen : Datar, lemas, BU (+) N, nyeri tekan


epigastrium (+), Hepar & Lien Tidak teraba

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb : 12,3 gr/dl
Leukosit : 4.200/mm3
(Normal: 4.000-10.000/mm3)
Ht : 37 %
Diff. count : 3.5/0/0/45.2/30/6.2 %
(Normal: 1-3/0-1/2-6/50-70/20-40/2-8)
Eritrosit : 4.8 %
(Normal: 3,8-6,0%)
Trombosit : 249.000/mm2
Salmonella Typhi H : 1/160
Salmonella Typhi O : 1/320
DIAGNOSIS KERJA

Demam Tifoid
PENATALAKSANAAN

IVFD RL gtt XII x/menit


Inj. Ceftriaxone 1 x 1,5 gr
Inj. Paracetamol 3x20 cc
Inj. Ondansetron 2 mg
Konsul dr. Martin Satriyadi, Sp.A
1.(Tanggal 14 Februari 2017)
S : Demam (+)
O:
Pemeriksaan umum : KU : Tampak sakit sedang
GCS : E3V5M6
HR : 100x/mnt
RR : 24x/mnt
Suhu : 37,8oC
Pemeriksaan spesifik : Kepala : C. Anemis (-), S. ikterik (-)
Leher : normal
Thorax : Cor : BJ I/II (+) N, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikular (+) N, retraksi (-) intercostals, wheezing (-), ronkhi (-)
Abdomen : Datar, lemas, BU (+) N
Extremitas : Akral hangat (+/+),CRT < 2
A: Demam Tifoid
Penatalaksanaan
IVFD RL gtt XII x/menit
Inj. Ceftriaxone 1x1,5 gr
Inj. Paracetamol 3x20 cc
Inj. Dexamethasone 2x2mg
2.(Tanggal 15 Februari 2017)
S : Sakit perut (+)
O:
Pemeriksaan umum : KU : Tampak sakit sedang
GCS : E4V5M6
HR : 106x/mnt
RR : 24x/mnt
Suhu : 37,5oC
Pemeriksaan spesifik : Kepala : C. Anemis (-), S. ikterik (-)
Leher : normal
Thorax : Cor : BJ I/II (+) N, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikular (+) N, retraksi (-) intercostals, wheezing (-), ronkhi (-)
Abdomen : Datar, lemas, BU (+) N
Extremitas : Akral dingin (-),CRT < 2
A: Demam Tifoid
Penatalaksanaan
IVFD RL gtt XII x/menit Dulcolax suppositoria
Inj. Ceftriaxone 1x1,5 gr Inj. Dexamethasone 1x2mg
Inj. Paracetamol 3x20 cc
3.(Tanggal 16 Februari 2017)
S : Demam (-)
O:
Pemeriksaan umum : KU : Tampak sakit ringan
GCS : E4V5M6
HR : 108x/mnt
RR : 24x/mnt
Suhu : 36,9oC
Pemeriksaan spesifik : Kepala : C. Anemis (-), S. ikterik (-)
Leher : normal
Thorax : Cor : BJ I/II (+) N, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikular (+) N, retraksi (-) intercostals, wheezing (-), ronkhi (-)
Abdomen : Datar, lemas, BU (+) N
Extremitas : Akral hangat (+/+),CRT < 2
A: Demam Tifoid
Penatalaksanaan
IVFD RL gtt XII x/menit
Inj. Ceftriaxone 1x1,5 gr
Inj. Dexamethasone 1x2mg
4.(Tanggal 17 Februari 2017)
S : (-)
O:
Pemeriksaan umum : KU : Tampak sakit ringan
GCS : E4V5M6
HR : 100x/mnt
RR : 24x/mnt
Suhu : 36,8oC
Pemeriksaan spesifik : Kepala : C. Anemis (-), S. ikterik (-)
Leher : normal
Thorax : Cor : BJ I/II (+) N, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikular (+) N, retraksi (-) intercostals, wheezing (-),
ronkhi (-)
Abdomen : Datar, lemas, BU (+) N
Extremitas : Akral hangat (+/+),CRT < 2
A: Demam Tifoid
Penatalaksanaan
Pasien boleh pulang
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

Demam tifoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat


pada saluran pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu
minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan
dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.
Epidemiologi

Di negara berkembang, kasus demam tifoid dilaporkan


sebagai penyakit endemis dimana 95% merupakan
kasus rawat jalan sehingga insidensi yang sebenarnya
adalah 15-25 kali lebih besar dari laporan rawat inap di
rumah sakit.
Etiologi

Demam Tifoid adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri


Salmonella typhi. Etiologi demam tifoid dan demam paratifoid
adalah S. typhi, S. paratyphi A, S. paratyphi B (S. Schotmuelleri) dan
S. paratyphi C (S. Hirschfeldii).
Patogenesis

Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks yang


mengikuti ingesti organism, yaitu:
1. penempelan dan invasi sel- sel pada Peyer Patch
2. bakteri bertahan hidup dan bermultiplikasi dalam makrofag Peyer
Patch, nodus limfatikus mesenterica, dan organ- organ extra
intestinal sistem retikuloendotelial
3. bakteri bertahan hidup di dalam aliran darah
4. produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar cAMP di dalam
kripta usus dan meningkatkan permeabilitas membrane usus
sehingga menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam
lumen intestinal
Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada anak umumnya bersifat lebih ringan, lebih


bervariasi bila dibandingkan dengan penderita dewasa secara
garis besar gejala-gejala yang timbul dapat dikelompokkan :
1. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit
infeksi akut pada umumnya, seperti demam, nyeri kepala,
anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi. Pada pemeriksaan fisik,
hanya didapatkan suhu badan yang meningkat.
2. Minggu kedua, gejala/ tanda klinis menjadi makin jelas, berupa
demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut
kembung mungkin disertai ganguan kesadaran dari yang ringan
sampai berat.
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis


demam tifoid dibagi dalam empat kelompok, yaitu :
1. Pemeriksaan darah tepi
2. Uji serologis
3. Pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman
4. Pemeriksaan kuman secara molekuler
Diagnosa

Anamnesis
Demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis
yang ringan bahkan asimtomatik. Walaupun gejala klinis sangat
bervariasi namun gejala yang timbul setelah inkubasi dapat dibagi
dalam (1) demam, (2) gangguan saluran pencernaan, dan (3)
gangguan kesadaran.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah tepi,
serologis, dan
bakteriologis.
Diagnosis Banding

Pada stadium dini demam tifoid, beberapa penyakit kadang-


kadang secara klinis dapat menjadi diagnosis bandingnya yaitu
influenza, gastroenteritis, bronkitis dan bronkopneumonia.
Beberapa penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme
intraseluler seperti tuberkulosis, infeksi jamur sistemik, bruselosis,
tularemia, shigelosis dan malaria juga perlu dipikirkan.
Pada demam tifoid yang berat, sepsis, leukimia, limfoma dan
penyakit hodgkin dapat sebagai dignosis banding
Penatatalaksanaan

Non Medika Mentosa


a. Tirah baring
Seperti kebanyakan penyakit sistemik, istirahat sangat membantu.
Pasien harus diedukasi untuk tinggal di rumah dan tidak bekerja
sampai pemulihan.5
b. Nutrisi
Pemberian makanan tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP) rendah
serat adalah yang paling membantu dalam memenuhi nutrisi
penderita namun tidak memperburuk kondisi usus.
c. Cairan
Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral
maupun parenteral.
d. Kompres air hangat
Dalam upaya menurunkan suhu tubuh
Medikamentosa
a. Simptomatik
Panas yang merupakan gejala utama pada tifoid dapat diberi
antipiretik
b. Antibiotik
Antibiotik yang sering diberikan adalah :
1. Chloramphenicol
2. Cotrimoxazole
3. Ampicillin dan Amoxicillin
4. Sefalosporin generasi ketiga (Ceftriaxone, Cefotaxim, Cefixime)
Komplikasi

Komplikasi demam tifoid dapat dibagi 2 bagian :4


1. Komplikasi pada usus halus
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
c. Peritonitis
2. Komplikasi diluar usus halus
a. Bronkitis dan bronkopneumonia
b. Kolesistitis
c. Typhoid ensefalopati
d. Meningitis
Pencegahan

Berikut beberapa petunjuk untuk mencegah penyebaran demam


tifoid:
1. Cuci tangan.
2. Hindari minum air yang tidak dimasak.
3. Bersihkan alat rumah tangga secara teratur.
4. Hindari memegang makanan.
5. Pencegahan dengan menggunakan vaksinasi
Prognosis

Prognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan terapi, usia,


keadaan kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi.
Di negara maju, dengan terapi antibiotik yang adekuat, angka
mortalitas <1%.
Di negara berkembang, angka mortalitasnya >10%, biasanya
karena keterlambatan diagnosis, perawatan, dan pengobatan.
Munculnya komplikasi, seperti perforasi gastrointestinal atau
perdarahan hebat, meningitis, endokarditis, dan pneumonia,
mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai