Alergi Susu Sapi Pada Bayi

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

ALERGI SUSU SAPI PADA BAYI

ZULFIYANA BASRI
N 111 16 075
Pembimbing : dr. Suldiah Sp.A
PENDAHULUAN
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan
terbaik bagi bayi. Namun pada kondisi tertentu
bayi tidak dapat memperoleh ASI sehingga
diperlukan susu formula. Alergi susu sapi
(ASS) adalah suatu penyakit yang berdasarkan
reaksi imunologis yang timbul sebagai akibat
pemberian susu sapi atau makanan yang
mengandung susu sapi dan reaksi ini dapat
terjadi segera atau lambat.
KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : By. F
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal Lahir : 15 September 2016
Tanggal Masuk : 15 September 2016
ANAMNESIS
Bayi laki-laki usia 1 hari, perawatan hari ke-1 di
ruang Peristi, timbul bintik-bintik merah dibagian
wajah, dada dan ekstremitas bawah. Bayi diberikan
susu 1 jam sebelum bintik kemerahan timbul,
jumlah susu yang diminum 50 cc.
Tidak ada panas, kejang, batuk, dan muntah. Bayi
sudah meconium sejak lahir warna gelap,
konsistensi lembek, volume sedikit dan frekuensi 3
kali. Miksi sekitar 5 kali.
Bayi belum diberikan ASI sejak lahir. Bayi langsung
diberi susu formula sejak lahir saat masuk di ruang
Peristi. Tidak ada riwayat penggunaan minyak telon
atau bedak.
Riwayat Kelahiran:
Bayi lahir dengan persalinan normal letak belakang
kepala, air ketuban putih, apgar score 6/7, berat
badan lahir 1900 gram, panjang badan 46 cm.

Riwayat maternal:
Riwayat kehamilan ibu G1P1A0, usia kehamilan
kurang bulan, ibu berumur 19 tahun saat
mengandung. ANC rutin dilakukan di puskesmas.
Tidak pernah menderita suatu penyakit saat hamil.
Tidak ada riwayat konsumsi obat-obatan, minuman
beralkohol. Tidak ada riwayat penyakit alergi.

Riwayat penyakit keluarga:


Tidak ada riwayat penyakit keturunan di keluarga
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
Denyut Jantung : 134 x/menit
Respirasi : 64 x/menit
Suhu Tubuh : 35.50C

Data Antropometrik
Berat Badan : 1900 gram
Panjang Badan : 46 cm
Lingkar Kepala : 30 cm
Lingkar Lengan Atas: 8 cm
Lingkar Dada : 29 cm
LingkarPerut : 28 cm
Sistem pernapasan

Sistem neurologi :
Sianosis : Tidak ada
Aktivitas : Aktif
Merintih : Tidak ad
Kesadaran : Composmentis
Apnea : Tidak ada
Fontanela : Berukuran
Retraksi dinding dada : Tidak ada
Sekitar 2 cm,
datar Pergerakan dinding dada : Simetris
Sutura : Belum menutup Cuping hidung : Tidak ada
Refleks cahaya : +/+ Bunyi pernapasan :
Kejang : Ada Bronchovesikular +/+
Tonus otot : Normal Bunyi tambahan : wheezing -/-,
rhonchi -/-.
Skor Down
Sistem kardiovaskuler
Frekuensi Napas :1
Bunyi Jantung: SI dan SII murni
Merintih :0 reguler
Sianosis :0 Murmur : tidak ada
Retraksi :1
Udara Masuk :1 Sistem Gastrointestinal
Total skor :3 Kelainan dinding abdomen : tidak ada
(gangguan pernapasan ringan)
Muntah : tidak ada
Diare : tidak ada
Sistem hematologi :
Residu lambung : tidak ada
Pucat : Tidak ada
Organomegali : tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Peristaltik : positif,
kesan normal
Umbilikus
Pus : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Edema : tidak ada
Sistem Genitalia
Anus imperforata: tidak ada

Kulit
Plak eritema difus dan papul,
di wajah, dada, dan
ekstremitas bawah

Pemeriksaan lain
Turgor : Baik
Trauma lahir : (-)
Kelainan kongenital : (-)
Ekstremitas : akral
hangat
RESUME
Bayi laki-laki usia 1 hari, perawatan hari ke-1 di
ruang Peristi, timbul bintik-bintik merah dibagian
wajah, dada, dan kaki. Bayi sudah meconium sejak
lahir warna gelap, konsistensi lembek, volume
sedikit dan frekuensi 3 kali. Miksi sekitar 5 kali sejak
lahir. Bayi belum diberikan ASI sejak lahir. Bayi
langsung diberikan susu formula sejak lahir saat
masuk di kamar peristi.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan: Denyut jantung


134 kali/menit, suhu 35,5oC, respirasi 64 kali/menit
sehingga bayi di hangatkan di infant warmer dan
dipasang O2 1 lpm. Pada kulit di bagian wajah, dada,
dan ekstremitas bawah tampak plak eritematosa
difus dan papul setelah 1 jam mengkonsumsi susu
sapi.
Diagnosis:
Bayi kurang bulan + kecil masa kehamilan + asfiksia
sedang + alergi susu sapi

Terapi
Rawat tali pusat
Inj. Vitamin K1 1 mg
Gentamicine tetes mata
O2 1 lpm
Menghentikan pemberian susu sapi
Diberikan susu terhidrolisis ekstensif/ ASI on
demand

Anjuran pemeriksaan
Uji provokasi dan eliminasi
IgE RAST (Radio Alegro Sorbent Test)
FOLLOW UP
Tanggal 16 september 2016
S : Ruam dibagian wajah, dada, perut, tangan dan kaki.
O : Keadaan umum: sakit sedang
kesadaran: compos mentis
Nadi: 120 kali/menit
Pernapasan: 41 kali/menit
Suhu: 36,5
Kulit: plak eritematosa difus dan papul.
A : Bayi kurang bulan + kecil masa kehamilan + alergi
susu sapi
P :
- Rawat tali pusat
- Menghentikan pemberian susu sapi
- Diberikan susu terhidrolisis ekstensif/ ASI on demand

KELUARGA MEMINTA UNTUK PULANG


Prevalens alergi susu sapi sekitar 2-7,5%
dan reaksi alergi terhadap susu sapi
masih mungkin terjadi pada 0,5% pada
bayi yang mendapat ASI eksklusif.
Sebagian besar reaksi alergi susu sapi
diperantarai oleh IgE dengan prevalens
1.5%, sedangkan sisanya tipe non-IgE.
Gejala yang timbul sebagian besar adalah
gejala klinis yang ringan sampai sedang,
hanya sedikit (0.1-1%) yang
bermanifestasi klinis berat.
Protein susu sapi merupakan allergen tersering
pada berbagai reaksi hipersensitivitas pada
anak. Susu sapi terdiri dari 2 fraksi yaitu:
1. casein. Fraksi casein yang membuat susu
berbentuk kental (milky) dan merupakan 76%
sampai 86% dari protein susu sapi.
2. whey. mengalami denaturasi dengan
pemanasan ekstensif (albumin serum bovin,
gamaglobulin bovin, - laktalbumin). Akan
tetapi dengan penetrasi rutin tidak cukup untuk
denaturasi protein ini, tetapi malah
meningkatkan sifat alergenitas beberapa protein
susu, seperti - laktogobulin
Komposisi susu sapi dan susu ibu (ASI)
selain mempunyai beberapa persamaan
terdapat pula perbedaan yang nyata dalam
tipe protein dan homolognya yang
memberi kemungkinan bagi sebagian
besar protein susu untuk dikenali sebagai
asing oleh sitem imun manusia.
Pada bayi terdapat 3 sistem organ
tubuh yang paling sering terkena
yaitu
1. Kulit
2. sistem saluran napas
3. saluran cerna.
Pada alergi susu sapi, manifestasi yang
timbul terbagi menjadi 2 yaitu :

1. reaksi cepat

2. reaksi lambat.
1. Anak yang lahir dengan kedua orang tua tidak
memiliki penyakit atopik, memiliki risiko 5-
15%
2. Jika salah satu saudara pasien memiliki
riwayat penyakit atopik, maka berisiko 25%-
30%.
3. Jika salah satu orang tua memiliki riwayat
penyakit atopik, maka berisiko 30-40%.
4. Sedangkan jika kedua orang tua memiliki
riwayat atopik maka berisiko 40-60%.
5. Risiko meningkat menjadi 50-80% jika kedua
orangtua memiliki manifestasi atopik yang
sama.
Diagnosis alergi susu sapi (ASS) ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan
pemeriksaan penunjang
Anamnesis
Jangka waktu timbulnya gejala setelah minum
sususapi/ makanan yang mengandung susu sapi
Jumlah susu yang diminum/makanan mengandung
susu sapi
Penyakit atopi seperti asma, rinitis alergi, dermatitis
atopik, urtikaria, alergi makanan, dan alergi obat
pada keluarga (orang tua, saudara, kakek, nenek
dari orang tua), dan pasien sendiri.
Gejala klinis pada kulit, Saluran napas, Saluran
cerna.
Pemeriksaan fisik
Pada kulit tampak kekeringan
kulit, urtikaria,dermatitis atopik
allergic shiners, Siemen
greasegeographic tongue,mukosa
hidung pucat, dan mengi.
Pemeriksaan penunjang
1. Uji tusuk kulit (Skin prick test)
Pasien tidak boleh mengkonsumsi antihistamin
minimal 3 hari untuk antihistamin generasi 1 dan
minimal 1 minggu untuk antihistamin generasi 2.
Uji tusuk kulit dilakukan di volar lengan bawah atau
bagian punggung (jika didapatkan lesi kulit luas di
lengan bawah atau lengan terlalu kecil). Batasan
usia terendah untuk uji tusuk kulit adalah 4 bulan.
Bila uji kulit positif, kemungkinan alergi susu sapi
sebesar < 50% (nilai duga positif < 50%), sedangkan
bila uji kulit negatif berarti alergi susu sapi yang
diperantarai IgE dapat disingkirkan karena nilai
duga negatif sebesar > 95%
2. IgE RAST (Radio Allergo Sorbent Test)
Uji IgE RAST positif mempunyai korelasi yang baik
dengan uji kulit, tidak didapatkan perbedaan
bermakna sensitivitas dan spesifitas antara uji tusuk
kulit dengan uji IgE RAST
Uji ini dilakukan apabila uji tusuk kulit tidak dapat
dilakukan antara lain karena adanya lesi adanya lesi
kulit yang luas di daerah pemeriksaan dan bila
penderita tidak bisa lepas minum obat antihistamin.
Bila hasil pemeriksaan kadar serum IgE spesifik
untuk susu sapi > 5 kIU/L pada anak usia 2 tahun
atau > 15 kIU/L pada anak usia > 2 tahun maka
hasil ini mempunyai nilai duga positif 53%, nilai
duga negatif 95%, sensitivitas 57%, dan spesifisitas
94%.
Uji eliminasi Dan provokasi
Double Blind Placebo Controlled Food Challenge
(DBPCFC) merupakan uji baku emas untuk
menegakkan diagnosis alergi makanan. Uji ini
dilakukan berdasarkan riwayat alergi makanan,
dan hasil positif uji tusuk kulit atau uji RAST.
Uji ini memerlukan waktu dan biaya. Jika gejala
alergi menghilang setelah dilakukan diet
eliminasi selama 2-4 minggu, maka dilanjutkan
dengan uji provokasi yaitu memberikan formula
dengan bahan dasar susu sapi. Uji provokasi
dilakukan di bawah pengawasan dokter dan
dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas
resusitasi yang lengkap.
Penatalaksanaan alergi susu sapi pada bayi dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Nutrisi

Prinsip utama terapi untuk alergi susu sapi adalah


menghindari segala bentuk produk susu sapi tetapi
harus memberikan nutrisi yang seimbang dan sesuai
untuk tumbuh kembang bayi/anak.

Untuk bayi dengan ASI eksklusif yang alergi susu sapi, ibu
dapat melanjutkan pemberian ASI dengan menghindari
protein susu sapi dan produk makanan yang
mengandung susu sapi pada diet ibu. ASI tetap
merupakan pilihan terbaik pada bayi dengan alergi susu
sapi. Suplementasi kalsium perlu dipertimbangkan pada
ibu menyusui yang membatasi protein susu sapi dan
produk makanan yang mengandung susu sapi.
Untuk bayi yang mengkonsumsi susu formula:
Pilihan utama susu formula pada bayi dengan alergi susu sapi adalah
susu hipoalergenik. Susu hipoalergenik adalah susu yang tidak
menimbulkan reaksi alergi pada 90% bayi/anak dengan diagnosis
alergi susu sapi. Susu yang memenuhi kriteria tersebut ialah susu
terhidrolisat ekstensif dan susu formula asam amino. Sedangkan
susu terhidrolisat parsial tidak termasuk dalam kelompok ini dan
bukan merupakan pilihan untuk terapi alergi susu sapi.
Formula susu terhidrolisat ekstensif merupakan susu yang dianjurkan
pada alergi susu sapi dengan gejala klinis ringan atau sedang. Pada
alergi susu sapi berat yang tidak membaik dengan susu formula
terhidrolisat ekstensif maka perlu diberikan susu formula asam
amino.
Eliminasi diet menggunakan formula susu terhidrolisat ekstensif atau
formula asam amino diberikan sampai usia bayi 9 atau 12 bulan,
atau paling tidak selama 6 bulan. Setelah itu uji provokasi diulang
kembali, bila gejala tidak timbul kembali berarti anak sudah toleran
dan susu sapi dapat dicoba diberikan kembali. Bila gejala timbul
kembali maka eliminasi diet dilanjutkan kembali selama 6 bulan
dan seterusnya.
Medikamentosa

Gejala yang ditimbulkan alergi susu sapi diobati


sesuai gejala yang terjadi.Jika didapatkan
riwayat reaksi alergi cepat, anafilaksis, asma,
atau dengan alergi makanan yang berhubungan
dengan reaksi alergi yang berat, epinefrin harus
dipersiapkan.
prognosis
Prognosis bayi dengan alergi susu sapi
umumnya baik, dengan angka remisi 45-55%
pada tahun pertama, 60-75% pada tahun kedua
dan 90% pada tahun ketiga. Namun, terjadinya
alergi terhadap makanan lain juga meningkat
hingga 50% terutama pada jenis: telur, kedelai,
kacang, sitrus, ikan dan sereal serta alergi
inhalan meningkat 50-80% sebelum pubertas.
Daftar pustaka

Sjawitri P Siregar, Munasir Zakiudin. Pentingnya


Pencegahan Dini dan Tata laksana Alergi Susu Sapi. Sari
pediatri No 7 vol 4 Maret 2006.page 237-243
IDAI. Diagnosis dan Tatalaksana Alergi Susu Sapi. Jakarta ;
Penerbit Buku IDAI. 2010. Pp 287-293
Anang Endaryanto, Seminar Tatalaksana Alergi Susu sapi,
Semarang, 14 Mei 2011
UKK Alergi Imunologi IDAI. Rekomendasi IDAI: Diagnosis &
Tata Laksana Alergi Susu Sapi. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI.2010
Arvin. Behrman. Kliegman. Nelson Ilmu Kesehatan Anak
volume 2 edisi 15. EGC: Jakarta; 2000
Sumadiono. Bahan Ajar Kuliah Prevensi Alergi. FK UGM;
Yogyakarta; 2010
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai