Sosialisasi TB MDR Kab. Bandung

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 72

Pengendalian TB RESISTENSI OBAT

Disampaikan oleh : Program P2TB Dinkes provinsi jawa Barat (Annyk Sugiarti)

Acara Pertemuan Sosialisasi BPN P2TB


Kabupaten Bandung, 28 September 2015
Materi
Kebijakan TB MDR
Tatalaksana TB MDR
Desentralisasi Pasien TB MDR
PPI
APAKAH TB MDR?
Suatu keadaan dimana kuman
sudah tidak dapat dibunuh
dengan menggunakan obat
RESISTENSI
tertentu (OAT yang ada di
Program TB)
JENIS RESISTENSI

MONORESISTEN

POLIRESISTEN

TB MDR (MULTI DRUG RESISTANT)

TB XDR (EXTENSIVE DRUG RESISTANT)

TB RR (RESISTEN RIFAMPISIN)
1 5 Kategori

SIS
MONORESISTEN
Kekebalan terhadap salah satu
jenis obat, misal: Resisten H,
S,Z, E, dll
2 5 Kategori

SIS
POLIRESISTEN
Kekebalan terhadap lebih dari
satu jenis obat, selain:
Isoniazid bersama Rifampisin
3 5 Kategori

SIS
MULTI DRUG RESISTANT (MDR)
Kekebalan terhadap sekurang-
kurangnya Isoniazid dan
Rifampisin bersamaan dengan/
tanpa obat lini pertama lain.
4 5 Kategori

SIS
EXTENSIVE DRUG RESISTANT
MDR disertai kekebalan
terhadap salah satu obat
golongan fluorokuinolon & salah
satu obat injeksi lini kedua
(kanamicyn, amikacyn,
capreomicyn)
5 5 Kategori

SIS
TB RESISTEN RIFAMPISIN
Kekebalan terhadap rifampisin,
dengan atau tanpa obat lain (R,
RH, RHE, RHES, RE, RS, RHOKm,
RO, RKm)
Dari riwayat pengobatan :

Resistensi primer/primary resistant


resistensi obat pada pasien yang belum pernah mendapat
OAT atau pernah mendapatkan OAT kurang dari satu bulan
( kasus baru, tertular M.TB resisten )
Perkiraan di Indonesia 2 %

Resistensi sekunder/Secondary Resistant


resistensi obat pada pasien yang sudah pernah mendapat
OAT selama paling sedikit satu bulan
( seleksi dan penggandaan M.TB resisten )
Perkiraan di Indonesia 12 %
PENYEBAB RESISTENSI
Pemberi Layanan Kesehatan
Pasien
Program Penanggulangan TB
Pengobatan tidak tepat
PEMBERI JASA/ PETUGAS KESEHATAN
Diagnosis Tidak Tepat
Paduan Obat Tidak Tepat
Dosis, Jenis, Jangka Waktu
& Jumlah Obat Tidak Tepat
Penyuluhan Tidak Tepat
Pengobatan tidak tepat
PASIEN
Tak Mematuhi Anjuran
Tak Teratur Telan Paduan
Obat
Hentikan Pengobatan
Sepihak Sebelum Waktunya
Gangguan Penyerapan Obat
Pengobatan tidak tepat
PROGRAM PENANGGULANGAN TB
Kurangnya Persediaan Obat
Tak Baiknya Distribusi Obat
Rendahnya Kualitas Obat
.Kita Renungkan sejenak
TUBERKULOSIS KEBAL OBAT
Penyakit yang mudah menular, melalui udara
Obat yang ada di Program Pengendalian Tuberkulosis sudah tidak
mampu membunuh kuman tersebut
harus diimport
harga mahal
Diagnosis hanya bisa dilakukan di laboratorium tertentu dan
membutuhkan waktu 3 bulan
Membutuhkan waktu 24 bulan pengobatan
Dengan multiple drugs (paduan obat minimal 4 macam)
Dengan injeksi setiap hari minimal 8 bulan,
Obat yang diminum setiap hari 15 tablet
Rasa mual yang konstan dan vomitus (muntah) yang reguler
Dengan resiko menjadi tuli yang ireversibel
Menjadi depresi, halusinasi dan kadang ingin bunuh diri
dan akan membunuh pasien bila tidak diobati
Pengendalian TB MDR......?
Strategi untuk penatalaksanaan
TB Resisten Obat

Programmatic Management of Drug Resistant TB (PMDT).


Manajemen Terpadu Pengendalian Tubberkulosis Resistensi Obat

(MTPRO)
Permenkes No. 13 th. 2013
tanggal 1 Februari 2013

TENTANG
PEDOMAN MANAJEMEN TERPADU PENGENDALIAN
TUBERKULOSIS RESISTEN OBAT
Tujuan PMDT:
mencegah TB Resisten obat, agar tidak
menjadi masalah kesehatan
masyarakat dg memutuskan rantai
penularan, mencegah terjadinya XDR
JARING SUSPEK
( AX )

FASE PASKA DIAGNOSIS


TERAPI KULTUR + DST
GENEXPERT

FASE AWAL DAN BASELINE DAN


LANJUTAN MULAI TERAPI
1. PENJARINGAN SUSPEK

U..HUKUHUK

suspek TB-MDR adalah orang dengan gejala TB ( batuk berdahak >


2 minggu ) dan memenuhi 9 kriteria suspek TB MDR

23
1. kasus kronik / gagal kat-2
2. tidak konversi kat-2
3. tx non DOTS atau pernah tx OAT lini-2
4. gagal kat-1
5. Tidak konversi kat-1
6. kasus kambuh ( kat-1 maupun kat-2 )
7. setelah default ( kat-1 maupun kat-2 )
8. kontak erat pasien konfirm TB MDR
9. kasus TB-HIV, yg tdk respons scr klinis thd
pengobatan TB
sejak awal, apabila menemukan suspek TB-MDR
-- > RUJUK RS. RUJUKAN TB MDR
Jejaring rujukan dan peran
RS Rujukan
Lab Rujukan
Penemuan dan penetapan suspek
KIE, informed consent, PMO Diagnostik

Rawat inap dan rawat jaan Follow up

Manajemen ESO
Evaluasi pengobatan
Manajemen logistik
Pencatatan dan Pelaporan

Fasyankes Satelit RS Sub Rujukan


Penemuan suspek Penemuan dan penetapan suspek
Meneruskan pengobatan KIE, informed consent, PMO
KIE, PMO
Rawat inap dan rawat jaan
Manajeman ESO (ringan),
Manajemen logistik, pencatatan Manajemen efek ESO
Evaluasi pengobatan
Manajemen logistik, RR
RS. Rujukan TB MDR

Di Indonesia terdapat 38 RS Rujukan TB MDR


RS/Faskes Rujukan TB MDR Jawa Barat:
1. RS. Hasan Sadikin Bandung : April 2012
2. RS. Paru Gunawan Cisarua Bogor : Juli 2014
3. BBKPM Bandung : Juli 2015
4. RSU Gunung Jati : sedang persiapan
Surat Edaran
rujukan ke RSHS
Bandung bila
merujuk suspek
TB MDR
PRINSIP DASAR RUJUKAN SUSPEK
Di Fasyankes
Suspek bisa berasal dari Pusat rujukan PMDT maupun
kiriman fasyankes lain. Catat di buku bantu Suspek
Suspek dirujuk ke Pusat rujukan PMDT disertai formulir
rujukan suspek

Di RS Rujukan TB MDR
Tata laksana suspek dilakukan di RS Pusat rujukan PMDT
Pemeriksaan suspek
Informed consent suspek
Pengisian data dasar
Pengisian TB.06 MDR
Pengisian TB.05 MDR
Sputum dan formulir TB.05 MDR di kirim ke Lab. rujukan
PENCATATAN PELAPORAN DI SATELIT
Buku Bantu Suspek
Format Rujukan Suspek
Melanjutkan pengisian TB 01
Catatan harian pasien (ES)
1. Masukkan ke Buku Bantu Rujukan Suspek
BUKU BANTU RUJUKAN SUSPEK MDR TB UPK SATELIT
UPK Satelit MDR :
UMUR KRITERIA
SUSPEK TANGGAL UPK TUJUAN
No NAMA ALAMAT LENGKAP NO TELPON BALASAN RUJUKAN
(TULIS MERUJUK RUJUKAN
L P NOMOR)

Kriteria suspek:
1. Kasus kronik/gagal pengobatan kategori 2
2. Pasien TB yang tidak konversi pada pengobatan ulang (kategori 2)
3. Pasien TB yang pernah diobati, termasuk pemakaian OAT TB MDR misalnya fluorokuinolon dan
kanamisin
4. Pasien TB yang gagal pada pengobatan dengan OAT lini pertama (kategori 1)
5. Pasien TB yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif setelah bulan ke 3 pengobatan dengan OAT lini pertama
kategori 1)
6. Kasus kambuh (Kategori 1 atau Kategori 2)
7. Pasien TB yang kembali setelah lalai/default (setelah pengobatan kategori 1 atau kategori 2)
8. Suspek TB yang kontak erat dengan pasien TB-MDR, termasuk petugas kesehatan yang bertugas
merawat TB-MDR
9. Pasien Ko Infeksi TB - HIV
2. Isi formulir Rujukan Suspek, kirim ke RSHS Bandung
PENANGGULANGAN TB NASIONAL
TB MDR

FORMULIR RUJUKAN SUSPEK TB MDR


UPK yang merujuk : .

Kelurahan Kecamatan.. Kab/Kota


Tanggal rujukan : .
Nomor rujukan : .

Yth. Dokter Poli DOTS Plus

Dengan hormat,
Bersama ini kami hadapkan pasien :
Nama : .
Usia : tahun Jenis kelamin : L / P
Alamat : .
RT/ RW Kelurahan: Kec.: ..
Kota/Kabupaten : .
Nomor Telp/HP : .
dengan kriteria suspek : (beri tanda X pada kriteria yang dipilih)

Kasus Kronik/Gagal Pengobatan Kategori 2 Tidak konversi setelah sisipan pada Pengobatan kategori 1

Tidak Konversi pada Pengobatan Kategori 2 Kasus Kambuh (Kategori 1 atau Kategori 2)

Pasien TB pernah diobati OAT TB MDR Pengobatan setelah lalai

Gagal Pengobatan Kategori 1 Kontak erat dengan pasien TB MDR

Pasien Ko Infeksi TB - HIV


RIWAYAT PENGOBATAN TB
NO KAPAN UPK TERAPI YANG DIBERIKAN HASIL PENGOBATAN

Demikian rujukan kami, mohon dilakukan tatalaksana lanjutan


Terima kasih

Hormat kami,

( )

% Bersama ini kami sampaikan bahwa pasien suspek TB MDR:


Nama : .
Usia : tahun Jenis kelamin : L / P
Nomor rujukan : .

berdasarkan hasil temuan,




yang bersangkutan diregister sebagai Suspek TB MDR dengan nomor register suspek.
Yang selanjutnya akan kami lakukan :

Pemeriksaan sputun BTA S-P/P-S Pengobatan TB, sebutkan

Pemeriksaan biakan Mycobacterium TB Pemberian obat non OAT

Pemeriksaan uji kepekaan OAT lini 1 Lain - lain


dan kami sarankan
..
..

, Tgl. ..
Hormat kami,

( )
2. DIAGNOSIS TB RESISTEN OBAT
Konvensional /Standar : 3 bulan
- Mikroskopis
- Kultur
- Uji Kepekaan Obat

Rapid Test (Test cepat) : 2 jam


GeneXpert
Status Sertifikasi 10 Lab yang berpartisipasi dalam
Uji Kepekaan M. tuberculosis

NO Laboratorium Status
1 BBLK Surabaya Tersertifikasi lini 1 dan 2
2 Lab Mikrobiologi RS Persahabatan Tersertifikasi lini 1 dan 2

3 Lab Mikrobiologi FKUI Tersertifikasi lini 1 dan 2


4 BLK Jawa Barat Tersertifikasi lini 1 dan 2
5 NHCR Makassar Tersertifikasi lini 1 dan 2
6 BLK Semarang Tersertifikasi lini 1
7 BLK Jayapura Tersertifikasi lini 1
8 Lab Mikrobiologi RS Adam Malik Proses sertifikasi lini 1
9 BBLK Jakarta Tersertifikasi lini 1
10 Mikrobiologi UGM Proses Sertifikasi lini 1
Pengembangan Laboratorium uji kepekaan
Adam Malik Hosp
BLK Banjarmasin BLK Semarang Mikrobiologi FK UGM

BBLK Palembang
BLK Jayapura

BBLK Jakarta

Microbiologi FK UI RS Rotinsulu
NHCR/HUMRC Makassar

Persahabatan Hosp BBLK Surabaya

BLK Bandung

Lab Laboratorium tersertifikasi

Lab Lulus panel PME yang pertama

Lab Dalam proses sertifikasi


Sumatera Barat:
Penempatan
PenempatanAlat GeneXpert
GeneXpert di Indonesia
RS Achmad Mochtar
Jawa Tengah:
Aceh: Riau:
RS Moewardi
RS Zainoel Abidin RS Arifin Achmad Kaltim
RS Kariadi Sulawesi Utara
RS Cilacap RS Kandou
Bangka Belitung: Papua Barat
Sulawesi Tengah
RS Depati RS Kabupaten Sorong
RS Undata
Hamzah Kalbar
Papua
BLK Jayapura

Sumatera Utara:
RS Adam Malik
Sulawesi Barat:
RS Sulawesi Sulawesi
Barat Tenggara:
Lampung:
RS Abdul Moeloek Riau Islands: RS Bahtera Mas
RS Embung
Fatimah Yogyakarta:
DKI Jakarta:
RS Persahabatan Mikrobiologi UGM
Mikrobiologi UI NTB: Maluku:
RS Pengayoman RS NTB RS Haulussi
Bali: South Sulawesi:
Jawa Barat: RS Sanglah RS Labuang Baji
RS Hasan Sadikin NHCR
BLK Bandung Jawa Timur:
RSP RS Soetomo
BBLK Surabaya NTT\:
RS Saiful Anwar
RS Jember
Gambaran GeneXpert
Prinsip
Metode : Deteksi DNA dengan real-time PCR
Mendeteksi MTB complex dan resistensi terhadap
RIF
Dilakukan paralel dalam satu cartridges
Potensi mengukur HIV load

Alur kerja
Bahan sputum
Proses sederhana
Waktu seluruhnya : kira-kira 2 jam/pengerjaan
Tak perlu biosafety cabinet ( BSC)

MTB
Harga
17 USD/tes
Alat dengan 4 modul: 17000 USD
The magic Gene Xpert
Apa yang dilakukan di Puskesmas saat
menunggu hasil pemeriksaan ?
KIE ( Komunikasi, Informasi, Edukasi )
Koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kab/Kota dan RS
rujukan
Pasien TB dalam pengobatan Kat I :
lanjutkan OAT
Pasien dalam pengobatan ulang ( Kat II ) :
lanjutkan OAT
Kasus kronik : Jangan diberi OAT atau Obat Anti
Tuberkulosis lainnya (mis : Quinolon ), beri KIE, etika
batuk, beri masker !
Catatan: bila dalam waktu 2 minggu belum
mendapatkan hasil, segera menghubungi RS
Rujukan/Sub. Rujukan
Kemungkinan Hasil Tes Cepat dengan
Genexpert

MTB Negative,
MTB Positive,
Rifampicin Susceptible
MTB Positive,
Rifampicin Resistant
Kemungkinan Hasil Kultur & DST
Kultur Negatif
Kultur MTB / Pansensitif
Kultur MTB / Monoresisten
Kultur MTB / Poliresisten
Kultur MTB / Multi-Drug Resisten

Konsul Tim Ahli Klinis RS Rujukan PMDT

41
Konsul TIM AHLI KLINIS

untuk menetapkan :

1. Diagnosis
2. inklusi / eksklusi
3. paduan dan dosis OAT lini-II
4. mulai pengobatan fase awal
5. mulai pengobatan fase lanjutan,
6. penanganan efek samping berat,
bersama Tim terapeutik
7.hasil akhir pengobatan
Persiapan Sebelum
Pengobatan TB- MDR
Anamnesis ulang: riwayat alergi obat, riwayat
penyakit sebelumnya, merokok, alkohol,
operasi, dll
Pemeriksaan fisik diagnostik: PD standar, BB,
tanda kehamilan, dll
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang
Sputum mikroskopis, biakan dan uji kepekaan
Darah tepi lengkap
Kimia darah: ureum, kreatinin, SGOT, SGPT, Kalium,
asam urat, glukosa darah
TSH (bila diperlukan)
Tes kehamilan
Rontgent thorax
Audiometri
EKG
Tes HIV
MMPI
3. Pengobatan TB-MDR
Kategori OAT:
Grup 1 - OAT lini pertama: isoniasid, rifampisin, etambutol,
pirazinamid
Grup 2 - Obat suntik: streptomisin, kanamisin, amikasin,
kapreomisin, (viomisin)
Grup 3 - Fluoroquinolon: ofloksasin, levofloksasin,
moxifloksasin, (gatifloksasin)
Grup 4 - Obat bakteriostatik oral: etionamid, sikloserin, para-
aminosalicylic acid (prothionamid, thioacetazon,
terizadon)Grup
Group 5 - Obat belum terbukti efektivitasnya : klofasamin,
amoxicillin/klavulanat, klaritromisin, linezolid
STANDARDIZED Therapy

First-line Second-line Third-line

Isoniazid X Injectable
Rifampin X
Streptomycin Quinolone
Ethambutol
Kanamycin
Ofloxacin Other 2nd-line
Pyrazinamide
Amikacin Other agents
Gatifloxacin
Ethionamide
Capreomycin
Levofloxacin AMX/CLV
Cycloserine
Moxifloxacin Clofazimine
PAS
Clarithromycin

(E)-Z-Km-Lfx-Eto-Cs / (E)-Lfx-Eto-Cs
Prinsip pengobatan
Minimal 4 macam obat, efektivitas (+)
Dosis berdasarkan BB
Obat injeksi minimal 6 bulan (RSHS 8 bln) atau 4 bulan
setelah konversi
Lama pengobatan minimal 18 bulan setelah konversi
Dibagi 2 tahap : Tahap awal dan lanjutan
1. Tahap awal : Injeksi 5 x/minggu, oral setiap hari
2. Tahap lanjutan : Oral saja 6 hari
DOT (PMO) adalah petugas kesehatan yg terlatih
Monitoring Infection Control
Monitor kemajuan pengobatan
dengan pem. biakan dan monitoring
serta tatalaksana efek samping obat

Konversi = hasil pemeriksaan biakan


2 x jarak 30 hari negatif
Tanggal konversi : Tanggal
pengambilan dahak u/kultur pertama
yang hasilnya negatif di TB 05 MDR
Strategi pengobatan tb mdr
Standardized regimen
Paduan regimen :
Km - Eto Lfx Cs Z (E) / Eto Lfx Cs Z (E)
2 tahap: tahap awal dan lanjutan
Tahap awal: minimal 6 bulan atau 4 bulan
setelah konversi
Tahap lanjutan: total lama pengobatan
dikurangi lama tahap awal
Total lama pengobatan: bulan pertama
tercapai konversi + 18 bulan
Contoh
Bulan ke Hasil BTA Hasil biakan
1 +1 MTB
2 Neg MTB
3 Neg MTB
4 Neg Neg
5 Neg Neg
Bulan Konversi?
Lama pengobatan tahap awal?
Lama pengobatan tahap lanjutan?
0 K AWAL AKHIR

1 2 3 4 5 6 20

lama pengobatan = K + 18 bulan, minimal 19 bulan


bila K = bulan ke-1, maka lama pengobatan 19 bulan
bila K = bulan ke-4, maka lama pengobatan ?

lama fase lanjutan = lama pengobatan lama fase awal


bila K = bulan ke-1, maka lama fase lanjutan ?
bila K = bulan ke-4, maka lama fase lanjutan ?
Dosis OAT
OAT Berat Badan
< 33 kg 33-50 kg 51-70 kg >70 kg
Pirazinamid 30-40 1000-1750 1750-2000 2000-2500
(Tablet, 500 mg/kg/hari mg mg mg
mg)
Etambutol 25 800-1200 1200-1600 1600-2000
(Tablet, 400 mg/kg/hari mg mg mg
mg)
Kanamisin 15-20 500-750 1000 mg 1000 mg
(Vial, 1000 mg/kg/hari mg
mg)
Kapreomisin 15- 500-750 1000 mg 1000 mg
(Vial, 1000 20mg/kg/ha mg
mg) ri
Levofloksasin 750 mg per 750 mg 750 mg 750-1000
(Kaplet, 250 hari mg
mg)
Sikloserin 15-20 500 mg 750 mg 750-1000
(Kapsul, 250 mg/kg/hari mg
mg)

Etionamid 15-20 500 mg 750 mg 750-1000


(Tablet, 250 mg/kg/hari mg
mg)

PAS 150 8g 8g 8g
(Granula, 4 gr) mg/kg/hari
Penyesuaian pengobatan TB MDR
ditentukan/diputuskan oleh TAK
Riwayat penggunaan salah satu obat
dosis tinggi
Efek samping salah satu obat
Terjadi perburukan klinis
Terbukti resisten terhadap salah satu
obat
Pemantauan pengobatan
Pemantauan tiap bulan (tahap awal) &
tiap 2 bulan (tahap lanjutan):
- Kontrol RS Rujukan untuk
evaluasi klinis dan laboratoris
- Pemeriksaan sputum (biakan, BTA)
Frekuensi yang dianjurkan
Bulan pengobatan
Pemantauan
2
0 1 2 3 4 5 6 8 10 12 14 16 18 20
2
Evaluasi Utama
Pemeriksaan dahak Setiap bulan sampai konversi, bila sudah konversi setiap

dan biakan dahak 2 bulan
Evaluasi Penunjang
Evaluasi klinis
(termasuk BB)
Setiap bulan sampai pengobatan selesai atau lengkap
Pengawasan oleh
PMO
Uji kepekaan obat*
Foto toraks
Kreatinin serum**
Kalium serum**
Thyroid stimulating
hormon ()***
Enzim hepar (SGOT, Evaluasi secara periodik
SGPT)#
Tes kehamilan
Hb dan Leukosit Berdasarkan indikasi
Efek samping
Bervariasi, tidak dapat diramalkan
Diagnosis segera tatalaksana
Pemantauan ketat
Ringan - berat
Ringan UPK satelit
Berat RS rujukan TB MDR
Efek samping ringan dan sedang

Kemerahan (rash) ringan


kesemutan atau rasa panas pada kulit kaki
(neuropati perifer)
mual dan muntah
diare
sakit kepala
gangguan tidur
Tidak nafsu makan (anoreksia)
Efek samping Berat rujuk
1. Kelainan fungsi hati 10. Shock Anafilaktik
2. Kelainan fungsi ginjal 11. Reaksi alergi berat
3. Perdarahan lambung dan SJS
4. Gangguan elektrolit berat 12. Hipotiroid
5. Gangguan pendengaran
6. Gangguan penglihatan
7. Gangguan psikotik
8. Kejang
9. Tendinitis
Manifestasi Klinis Efek Samping Berat
( contoh ) :

Kulit dan mata pasien nampak kuning


Pendengaran berkurang (tuli) atau telinga
berdengung
Mendengar suara-suara, halusinasi, delusi/waham,
bingung
Reaksi alergi berat tangani dulu di Puskesmas
untuk kegawatdaruratannya sebelum dirujuk
Lainnya : kemerahan pada mukosa (selaput lendir)
seperti mulut, mata dan dapat mengenai seluruh
tubuh berupa pengelupasan kulit (Steven Johnsons
Syndrome)
Desentralisasi
(Serah Terima Pasien)
ke Fasyankes Satelit

62
TAK setuju pengobatan TB-MDR dimulai
rawat jalan atau rawat inap sesuai klinis

Tujuan utama serah terima :


Mendekatkan akses pengobatan kepada
pasien agar mencegah Default

Pemanfaatan jejaring eksternal


RS rujukan akan beri informasi rencana serah terima pasien
ke Dinkes setempat untuk mengajak UPK satelit ( dokter ,
perawat, dan farmasi )
ke RS Rujukan

dokter -- > menemui Dokter TAK/DPJP


perawat -- > ke klinik PMDT ( pembelajaran RR )
farmasi -- > di klinik PMDT
Dinas Kesehatan : Fasilitator/koordinator

64
Saat serah terima :
Akan diberikan penjelasan mengenai :

klinis pasien sehub. hasil px / baseline nya


penyakit ko-morbid bila ada, dan tata laksananya
ESO yang dialami pasien, termasuk tata
laksananya
paduan regimen OAT MDR dan dosis
kewajiban untuk saling kontak dengan petugas atau
TAK bila ada perubahan kondisi pasien

65
Peran Puskesmas/RS/Klinik/ dalam
pengobatan TB MDR?????

Sebagai : FASYANKES SATELIT :


1. Melanjutkan pengobatan rawat jalan, sesuai
yang disepakati dengan pasien
2. Tatalaksana pengobatan harian termasuk
efek samping
3. Merujuk suspek berdasarkan 9 kriteria
suspek
Petugas Puskesmas datang kerumah Suspek yg konfirmasi
TB MDR untuk diberikan KIE , verifikasi rumah, periksa
kontak)
bersedia membantu pasien dengan sukarela.
mendapat pelatihan / magang /OJT
PMO harus petugas kesehatan (setiap hari pasien datang
ke fasyankes : suntik & minum OAT dihadapan petugas)
Membuat jadwal PMO harian
Mengawasi dan memberi dorongan kepada pasien
Mengingatkan pasien saat saat pemeriksaan follow up
terutama pada tahap awal
Memberi penyuluhan pada kontak erat pasien TB MDR
yang mempunyai gejala-2 mencurigakan TB
Mengelola logistik TBMDR
Menyediakan tempat penyuntikan sebaiknya terbuka
Jam kunjungan terpisah dengan pasien umum
Petugas penyuntikan dan pengawas sebaiknya bergantian
tanggung jawab TIM
Petugas menggunakan masker N95
1 masker utk 3 hari jadwal petugas per 3 hr
simpan N95 dlm paper bag /amplop di lubangi,
digantung dg beri nama
Pasien menggunakan masker biasa kemanapun pergi
Selalu ingatkan masker dan etika batuk
Tidak memperlakukan pasien MDR terlalu berlebihan,
termasuk ketakutan petugas berlebihan, namun tetap
waspada
Masker N95/respirator

Dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga


mempunyai daya saring sebesar 95% untuk partikel
sebesar 0,3 micron.
Lebih dikenal dengan masker N95.
Masker ini yang dianjurkan untuk dipakai oleh petugas
kesehatan pada saat melayani pasien TB/TB MDR.
Setiap petugas yang menggunakan masker
N95/respiratory diharuskan melakukan fit test terlebih
dahulu untuk penentuan ukuran yang tepat bagi si
pemakai.
5. PASKA TERAPI
Setelah TAK menyatakan pasien TB MDR
Sembuh
KIE pola hidup sehat dan KIE anggota keluarga
Follow up setiap 6 bylan sekali selama 2 tahun
Petugas Faske Satelit membuat jadwal follow
up
Total pelayanan TB MDR
Kurang lebih 4 tahun

Komunikasi, Informasi dan Edukasi


PENTING
Dilakukan setiap kontak dengan Pasien
Pembiayaan penanganam pasien TB resisten obat menjadi tanggung
jawab Pemerintah Pusat, provinsi, Kab/Kota & sumber lain yg sah
dan tdk mengikat melalui mekanisme yg ada.

Anda mungkin juga menyukai