Unduh sebagai PPTX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16
PENURUNAN NILAI PERSEDIAAN
Impairment asset terjadi jika nilai tercatat asset
melebihi nilai yang dapat dipulihkan. Aset yang mengalami penurunan nilai harus disesuaikan dan dampak penyesuaian tersebut akan diakui sebagai kerugian dalam laporan laba rugi. Penurunan nilai diatur dalam PSAK 48. a. Rugi Penurunan Nilai Persediaan Sekali perusahaan mengakui rugi penurunan nilai persediaan, perusahaan harus membuat taksiran baru mengenai nilai yang dapat diperoleh kembali dari persediaan tersebut pada tahun-tahun berikutnya, jika terdapat indikasi bahwa aktiva tersebut mengalami penurunan nilai lebih lanjut, atau jika terdapat indikasi bahwa kerugian penurunan nilai yang diakui pada tahun- tahun sebelumnya mengalami penurunan. Untuk menentukan apakah persediaan mengalami penurunan nilai lagi perusahaan harus menerapkan ketentuan sebagai berikut : • Pada setiap tanggal neraca, perusahaan harus mereview ada tidaknya indikasi penurunan nilai persediaan. Jika terdapat indikasi penurunan nilai persediaan, perusahaan harus menaksir jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aktiva tersebut. • Dalam mengidentifikasi terdapat atau tidaknya penurunan nilai persediaan, paling tidak perusahaan harus mempertimbangkan informasi dari luar perusahaan maupun informasi dari dalam perusahaan. b. Pemulihan Rugi Penurunan Nilai Persediaan Nilai tercatat persediaan yang rugi penurunan nilainya telah diakui harus dinaikan kembali menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali, hanya jika terjadi perubahan dalam taksiran yang digunakan untuk menentukan nilai aktiva yang dapat diperoleh kembali sejak saat terakhir kali rugi penurunan nilai diakui. Kenaikan tersebut merupakan pemulihan rugi penurunan nilai dan harus diakui segera sebagai laba dalam laporan laba rugi. Dan kenaikan nilai tercatat persediaan tidak boleh melebihi nilai tercatat yang seharusnya diakui seandainya pada tahun sebelumnya tidak ada pengakuan rugi penurunan nilai persediaan. Penurunan Nilai Persediaan Menurut Perpajakan Terkait penurunan nilai aset yang menyebabkan suatu kerugian yang dicatat dalam laporan laba rugi dalam pelaporan pajak akan dilakukan koreksi hal ini sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan yang meliputi : • UU PPh Pasal 9 ayat (1) huruf c • Peraturan Menteri Keuangan nomor 219/PMK.11/2012 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Keuangan nomr 81 Tahun 2009 tentang pembentukan Atau Pemupukan Dana Cadangan Yang Boleh Dikurangkan Sebagai Biaya Pada prinsipnya atas kerugian penurunan nilai aktiva dalam hal ini persediaan (Industri Manufaktur dan Perdagangan) tidak diperkenankan dilakukan pembiayaan sebagai pengurang dalam menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri walaupun dalam mekanisme dimana wajib pajak melakukan koreksi fiskal positif. Artinya dalam penghitungan perpajakan persediaannya tetap dihitung senilai yang dicatat tanpa penurunan nilai. Uang Muka Pajak Beban dibayar di muka adalah pos-pos (items) yang pada awalnya dicatat sebagai harta tetapi diharapkan menjadi beban di kemudian hari setelah melampui kegiataan normal perusahaan. Beban dibayar di muka biasanya dikelompokan ke dalam aset lancar. Beban dibayar di muka ini dapat berupa beban dibayar di muka atas asuransi, sewa, dan pajak. Pajak dibayar di muka adalah pajak yang dibayar oleh perusahaan setiap bulan atau dipotong/dipungut oleh pihak ketiga dan akan diperhitungkan sebagai kredit pajak di akhir tahun (untuk pajak penghasilan) atau di akhir bulan (untuk PPN). • Asuransi Dibayar Di Muka Asuransi dibayar dimuka tidak dikenakan PPN maupun Pajak penghasilan. • Sewa Dibayar Di Muka • Sewa atas Tanah dan/atau Bangunan Penghasilan yang diterima/diperoleh orang pribadi atau badan dari persewaan tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, rumah kantor, took, gudang, dan indusrti dikenakan PPh final yaitu PPh Pasal 4 ayat (2) dengan tarif 10% dari jumlah bruto nilai persewaan tanah dan/atau bangunan. • Sewa Dan Penghasilan Lain Sehubungan Dengan Penggunaan Harta • Mulai tahun 2009 sesuai dengan UU PPh Nomor 36 tahun 2008 Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 1, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenakan PPhPasal 4 ayat (2) dikenakan PPh 23 sebesar 2% dari jumlah bruto. Berdasarkan UU PPh Nomor 36 tahun 2008 Pasal 23 ayat (1a),besarnya pungutan dibedakan antara WP yang ber- NPWP denganWP yang tidak ber-NPWP. Tarif WP yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi 100% daripada tarif yang ditetapkan terhadap WP yang dapat menunjukan NPWP. AKTIVA TETAP Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 16 menyebutkan bahwa: “Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.” Jadi yang dimaksud dengan aktiva tetap adalah: • Merupakan aktiva berwujud. • Memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun. • Digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan. • Tidak dimaksudkan untuk dijual kembali. JENIS AKTIVA TETAP a. Sudut substansi, aktiva tetap dapat dibagi: • Tangible Assets atau aktiva berwujud seperti lahan, mesin, gedung, dan peralatan. • Intangible Assets atau aktiva yang tidak berwujud seperti Goodwill, Patent, Copyright, Hak Cipta, Franchise dan lain- lain. b. Sudut disusutkan atau tidak: • Depreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti Building (Bangunan), Equipment (Peralatan), Machinary (Mesin), Inventaris, Jalan dan lain-lain. • Undepreciated Plant Assets yaitu aktiva yang tidak dapat disusutkan, seperti land (Tanah). PENYUSUTAN Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 17 tentang Akuntansi Penyusutan menyatakan bahwa: “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi, penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan kependapatan baik secara langsung maupun tidak langsung.” Faktor-faktor yang menyebabkan diadakannya penyusutan Faktor-faktor fisik: • Aus karena dipakai • Aus karena umur • Kerusakan-kerusakan Faktor-faktor fungsional: • Ketidaklayakan • Keusangan • Penghentian permintaan METODE PENYUSUTAN Menurut akuntansi: berdasarkan waktu: • metode garis lurus (straight-line method) • metode pembebanan yang menurun: • metode jumlah-angka-tahun (sum-of-the years-digit method) • metode saldo-menurun/saldo-menurun-ganda ( declining/double-declining balance method) berdasarkan penggunaan: • metode jam-jasa (service-hours method) • metode jumlah unit produksi (productive-output method) . METODE PENYUSUTAN Menurut perpajakan: • metode garis lurus (straight line method) Contoh: PT Dongan Sahuta membeli sebuah aktiva yang termasuk dalam kelompok I harta berwujud seharga Rp 100.000.000 pada tanggal 2 Januari 2017, maka pembebanan atas biaya penyusutan aktiva tersebut berdasarkan metode garis lurus adalah sebagai berikut:
Tahun Harga Perolehan %Penyusutan Biaya Penyusutan Nilai Sisa Buku
2017 Rp 100.000.000 25% Rp 25.000.000 Rp 75.000.000
2018 25% Rp 25.000.000 Rp 50.000.000
2019 25% Rp 25.000.000 Rp 25.000.000
2020 25% Rp 25.000.000 Rp 0
METODE PENYUSUTAN • metode saldo menurun (declining balance method) Contoh: PT Ai So Ise membeli sebuah aktiva yang termasuk dalam kelompok I harta berwujud seharga Rp 100.000.000 pada tanggal 2 Januari 2017, maka pembebanan atas biaya penyusutan aktiva tersebut berdasarkan metode saldo menurun adalah sebagai berikut: Tahun Harga Perolehan %Penyusutan Biaya Penyusutan Nilai Sisa Buku
2017 Rp 100.000.000 50% Rp 50.000.000 Rp 50.000.000
2018 50% Rp 25.000.000 Rp 25.00.000
2019 50% Rp 12.500.000 Rp 12.500.000
2020 Disusutkan sekaligus 50% Rp 12.500.000 Rp 12.500.000
TARIF PENYUSUTAN Tarif Penyusutan sebagaimana dimaksud Kelompok Harta Masa Manfaat dalam Berwujud