Peresepan obat pada kasus tersebut tidak rasional karena:
- Injeksi vitamin B12 tidak sesuai dengan keluhan pegal-pegal
- Pemberian metronidazol dan attapulgit untuk diare tanpa lendir dan darah berlebihan
- Tidak ada penjelasan mengenai diagnosis pasti sehingga pemilihan obat menjadi kurang tepat
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
229 tayangan12 halaman
Peresepan obat pada kasus tersebut tidak rasional karena:
- Injeksi vitamin B12 tidak sesuai dengan keluhan pegal-pegal
- Pemberian metronidazol dan attapulgit untuk diare tanpa lendir dan darah berlebihan
- Tidak ada penjelasan mengenai diagnosis pasti sehingga pemilihan obat menjadi kurang tepat
Peresepan obat pada kasus tersebut tidak rasional karena:
- Injeksi vitamin B12 tidak sesuai dengan keluhan pegal-pegal
- Pemberian metronidazol dan attapulgit untuk diare tanpa lendir dan darah berlebihan
- Tidak ada penjelasan mengenai diagnosis pasti sehingga pemilihan obat menjadi kurang tepat
Peresepan obat pada kasus tersebut tidak rasional karena:
- Injeksi vitamin B12 tidak sesuai dengan keluhan pegal-pegal
- Pemberian metronidazol dan attapulgit untuk diare tanpa lendir dan darah berlebihan
- Tidak ada penjelasan mengenai diagnosis pasti sehingga pemilihan obat menjadi kurang tepat
Unduh sebagai PPTX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL
dr. Bunga Wiharning S P
ISU STRATEGIS Belum optimalnya penggunaan obat secara rasional di fasyankes dasar dan rujukan misalnya; polifarmasi, penggunaan AB irrasional, swamedikasi tidak tepat, dll Gencarnya iklan dan pemasaran obat yang mempengaruhi peresepan obat oleh dokter dan swamedikasi oleh masyarakat Masih tingginya penggunaan antibiotik secara tidak rasional oleh tenaga kesehatan dan masyarakat masalah resistensi Masih kurangnya kuantitas dan kualitas tenaga farmasi khususnya di faskes dasar sulit melakukan program POR DASAR HUKUM
• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1963
tentang farmasi • S.P Menkes RI No. 193/Keb/BVII/71: Peraturan tentang obat, obat jadi, obat paten, obat standar, obat asli, dan obat baru. DEFINISI
• Penggunaan obat dikatakan rasional -->
bila pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya, untuk periode waktu yang adekuat dan dengan harga yang paling murah untuk pasien dan masyarakat. (WHO) Kriteria POR 1. tepat diagnosis 2. tepat indikasi penyakit 3. tepat pemilihan obat 4. tepat pasien 5. tepat dosis 6. tepat cara, interval waktu, lama pemberian 7. tepat harga 8. tepat informasi 9. waspada efek samping Ciri pengobatan yang tidak rasional
• Peresepan berlebih (overprescribing) --> dosis yang lebih
besar daripada yang dianjurkan. • Peresepan kurang (underprescribing) --> Tidak memberikan tablet Zn selama 10 hari pada balita yang diare • Peresepan majemuk (multiple prescribing) --> memberikan beberapa obat untuk satu indikasi penyakit yang sama. • Peresepan salah (incorrect prescribing) --> Pemberian antibiotik golongan kuinolon untuk anak. Contoh lain ketidakrasionalan penggunaan obat dalam praktek sehari hari • Pemberian obat untuk penderita yang tidak memerlukan terapi obat ex : Pemberian roboransia untuk perangsang nafsu makan pada anak padahal intervensi gizi jauh lebih bermanfaat. • Penggunaan obat yang tidak sesuai dengan indikasi penyakit. ex: Pemberian injeksi vitamin B12 untuk keluhan pegal linu. • Penggunaan obat yang tidak sesuai dengan aturan. ex : pemberian obat sesudah makan, padahal seharusnya diberikan saat perut kosong • Penggunaan obat yang harganya mahal • Penggunaan obat yang belum terbukti secara ilmiah manfaat dan keamanannya • Penggunaan obat yang mempengaruhi kebiasaan atau persepsi yang keliru dari masyarakat terhadap hasil pengobatan. • ex : Kebiasaan pemberian injeksi roborantia --> selalu minta diinjeksi jika datang dengan keluhan yang sama. Jika penggunaan obat tidak rasional
• Pemborosan biaya dan anggaran masyarakat
• Resiko efek samping dan resistensi • Mutu ketersediaan obat kurang terjamin • Mutu pengobatan dan pelayanan kesehatan buruk • Memberikan persepsi yang keliru tentang pengobatan pada masyarakat contoh kasus
• Seorang pasien dewasa datang ke Puskesmas A dengan
keluhan berak encer sebanyak 3 kali, tanpa lendir dan darah, dan badan terasa pegal-pegal. Setelah diperiksa, pasien mendapat obat-obat berikut: • injeksi vitamin B12 • metronidazol 3x1 selama 3 hari • attapulgit 3x1 selama 3 hari