Jenis-Jenis Cairan Intravena

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

Jei-jenis Cairan Intravena

Kristaloid
• Kristaloid merupakan larutan dimana molekul
organik kecil dan inorganik dilarutkan dalam air.
Larutan ini ada yang bersifat isotonik, hipotonik,
maupun hipertonik. Cairan kristaloid memiliki
keuntungan antara lain : aman, nontoksik, bebas
reaksi, dan murah. Adapun kerugian dari cairan
kristaloid yang hipotonik dan isotonik adalah
kemampuannya terbatas untuk tetap berada
dalam ruang intravaskular.

• Cairan kristaloid yang paling banyak digunakan
adalah normal saline dan ringer laktat. Cairan
kristaloid memiliki komposisi yang mirip cairan
ekstraselular. Karena perbedaan sifat antara
kristaloid dan koloid, dimana kristaloid akan
lebih banyak menyebar ke ruang interstitial
dibandingkan dengan koloid maka kristaloid
sebaiknya dipilih untuk resusitasi defisit cairan
di ruang intersisial.
• Penggunaan cairan normal salin dalam jumlah
yang besar dapat menyebabkan timbulnya
asidosis hiperkloremik, sedangkan
penggunaan cairan ringer laktat dengan
jumlah besar dapat menyebabkan alkalosis
metabolik yang disebabkan adanya
peningkatan produksi bikarbonat akibat
metabolisme laktat.
• Larutan dekstrose 5% sering digunakan jika
pasien memiliki gula darah yang rendah atau
memiliki kadar natrium yang tinggi. Namun
penggunaannya untuk resusitasi dihindarkan
karena komplikasi yang diakibatkan antara lain
hiperomolalitashiperglikemik, diuresis
osmotik, dan asidosis serebral.
Koloid
• Cairan koloid disebut juga sebagai cairan
pengganti plasma atau biasa disebut “plasma
expander”. Di dalam cairan koloid terdapat
zat/bahan yang mempunyai berat molekul
tinggi dengan aktivitas osmotik yang
menyebabkan cairan ini cenderung bertahan
agak lama dalam ruang intravaskuler.
• Koloid dapat mengembalikan volume plasma
secara lebih efektif dan efisien daripada
kristaloid, karena larutan koloid mengekspansikan
volume vaskuler dengan lebih sedikit cairan dari
pada larutan kristaloid. Sedangkan larutan
kristaloid akan keluar dari pembuluh darah dan
hanya 1/4 bagian tetap tinggal dalam plasma
pada akhir infus. Koloid adalah cairan yang
mengandung partikel onkotik dan karenanya
menghasilkan tekanan onkotik. Bila diberikan
intravena, sebagian besar akan menetap dalam
ruang intravaskular.
• Meskipun semua larutan koloid akan
mengekspansikan ruang intravaskular, namun
koloid yang mempunyai tekanan onkotik lebih
besar daripada plasma akan menarik pula
cairan ke dalam ruang intravaskular. Ini dikenal
sebagai ekspander plasma, sebab
mengekspansikan volume plasma lebih dari
pada volume yang diberikan.
Albumin
• Albumin merupakan larutan koloid murni yang
berasal dari plasma manusia. Albumin dibuat
dengan pasteurisasi pada suhu 60 C dalam 10
jam untuk meminimalisir resiko transmisi
virus. Waktu paruh albumin dalam plasma
adalah sekitar 16 jam, dengan sekitar 90%
tetap bertahan dalam intravascular 2 jam
setelah pemberian.
Dekstran
• Dekstran merupakan semisintetik koloid yang
secara komersial dibuat dari sukrose oleh
mesenteroides leukonostok strain B 512 dengan
menggunakan enzim dekstran sukrose. Ini
menghasilkan dekstran BM tinggi yang kemudian
dilengketkan oleh hidrolisis asam dan dipisahkan
dengan fraksionasi etanol berulang untuk
menghasilkan produk akhir dengan kisaran BM
yang relatif sempit. Dekstran untuk pemakaian
klinis tersedia dalam dekstran 70 (BM 70.000)
dan dekstran 40 (BM 40.000) dicampur dengan
garam faal, dekstrosa atau Ringer laktat.
• Dekstran 70 6 % digunakan pada syok
hipovolemik dan untuk profilaksis
tromboembolisme dan mempunyai waktu
paruh intravaskular sekitar 6 jam. Pemakaian
dekstran untuk mengganti volume darah atau
plasma hendaknya dibatasi sampai 1 liter (1,5
gr/kgBB) karena risiko terjadi perdarahan
abnormal. Batas dosis dekstran yaitu 20
ml/kgBB/hari.
• Sekitar 70% dosis dekstran 40 yang diberikan akan
dieksresikan ke dalam urine dalam 24 jam. Molekul-
molekul yang lebih besar dieksresikan lewat usus atau
dimakan oleh sel-sel sistem retikoloendotelial. Volume
dekstran melebihi 1 L dapat mengganggu hemostasis.
Disfungsi trombosit dan penurunan fibrinogen dan
faktor VIII merupakan alasan timbulnya perdarahan
yang meningkat. Reaksi alergi terhadap dekstran telah
dilaporkan, tetapi kekerapan reaksi anafilaktoid
mungkin kurang dari 0,02 %. Dekstran 40 hendaknya
jangan dipakai pada syok hipovolemik karena dapat
menyumbat tubulus ginjal dan mengakibatkan gagal
ginjal akut.
Gelatin
• Gelatin dibuat dengan jalan hidrolisis kolagen
sapi. Preparat yang umum dipasaran adalah
gelatin yang mengalami suksinasi seperti
Gelofusin dengan pelarut NaCL isotonik.
Gelatin dengan ikatan urea-poligelin (
Haemaccel ) dengan pelarut NaCL isotonik
dengan Kalium 5,1 mmol/l dan Ca 6,25 mmol/
L.
• Pemberian gelatin lebih sering menimbulkan
reaksi alergik daripada koloid yang lain.
Berkisar dari kemerahan kulit dan pireksia
sampai anafilaksis yang mengancam nyawa.
Reaksi-reaksi tersebut berkaitan dengan
pelepasan histamine yang mungkin sebagai
akibat efek langsung gelatin pada sel mast.
• Gelatin tidak menarik air dari ruang ekstravaskular sehingga bukan
termasuk ekspander plasma seperti dekstran. Larutan gelatin
terutama diekskresikan lewat ginjal dalam urin, sementara itu
gelatin dapat menghasilkan diuresis yang bagus. Sebagian kecil
dieliminasikan lewat usus. Karena gelatin tidak berpengaruh pada
sistem koagulasi, maka tidak ada pembatasan dosis. Namun, bila
terlalu banyak infus, pertimbangkan adanya efek dilusi. Gelatin
dapat diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal bahkan
pada pasien yang menjalani hemodialisis. Indikasi gelatin :
Penggantian volume primer pada hipovolemia, stabilisasi sirkulasi
perioperatif. Sedangkan kontraindikasi adalah infark miokard yang
masih baru terjadi, gagal jantung kongestif dan syok normovolemik.
Hydroxylethyl Starch (HES)
• Senyawa kanji hidroksietil ( HES ) merupakan suatu
kelompok koloid sintetik polidisperse yang mempunyai
glikogen secara struktural. Kurang dapat diterima kanji
hidroksi (HES ) untuk pengantian volume paling
mungkin akibat laporan-laporan adanya koagulasi
abnormal yang menyertai subtitusi plasma ini. Laporan
laporan tentang HES yang memperlihatkan koagulasi
darah yang terganggu dan kecenderungan perdarahan
yang meningkat sebagian besar berdasarkan
pemakaian preparat HES berat molekul tinggi ( HMW-
HES ). Waktu paruh dari 90% partikel HES adalah 17
hari.
• Seperti semua koloid lainnya, kanji hidroksietil juga
berkaitan dengan reaksi anafilaktoid yang ringan
dengan kekerapan kira-kira 0,006 %. Indikasi
pemberian HES adalah :Terapi dan profilaksis defisiensi
volume (hipovolemia) dan syok (terapi penggantian
volume) berkaitan dengan pembedahan (syok
hemoragik), cedera (syok traumatik), infeksi (syok
septik), kombustio (syok kombustio). Sedangkan kontra
indikasi adalah : Gagal jantung kongestif berat, Gagal
ginjal (kreatinin serum >2 mg/dL dan >177
mikromol/L).Gangguan koagulasi berat (kecuali
kedaruratan yang mengancam nyawa). Dosis
penggunaan HES adalah 20 ml/kgBB/hari.

Anda mungkin juga menyukai