Pelabuhan Udara
Pelabuhan Udara
Pelabuhan Udara
Perencanaan sistem
infrastruktur sarana dan
prasarana
( infrastruktur bandara )
UNIVERSITAS DIPONEGORO
1
2
3
Seating: 108 to 132 passengers
Configurations: Four to six abreast with one aisle
Length: 101 feet 9 inches, 28.9 meters
Wingspan: 94 feet 9 inches, 28.9 meters
Tail height: 36 feet 6 inches, 11.1 meters
Interior width: 11 feet 7 inches, 3.53 meters
Engines: CFM56-3B or CFM56-3C (produced by CFMI, a 50/50 joint
company of General Electric and Snecma of France)
MTOW: 115,500 - 133,500 pounds
Fuel capacity: 5,311 U.S. gallons
Maximum range: (108 2,765 statute miles (4,452 km)
passengers)
Cruise speed: Mach .745 (495 miles per hour)
Lower hold volume: 822 cubic feet (23.2 cubic meters)
Standard High Gross Weight
FAR takeoff field length (sea 6,100 ft (1,860 m) 8,640 ft (2,630 m)
level 84 F (29 C))
Back to main
4
KARAKTERISTIK PESAWAT TERBANG
Bagian-Baguian Pesawat
Terbang
Pesawat terbang terdiri dari:
a. Mesin
b. Propeller (baling-baling)
c. Fuselage (badan)
d. Wings (sayap)
e.Three Controls (pengendali gerak)
f. Flap
g. Vertical Fin
h. Leading edge
5
6
Karakteristik pesawat tebang
Karakteristik pesawat terbang yang sering
digunakan untuk perencanaan prasarana
lapangan terbang yang berdisiplin ilmu
teknik sipil adalah : ukuran pesawat
terbang, bobot pesawat terbang dan
konfigurasi roda pendaratan pesawat
terbang.
Ukuran pesawat terbang
Wingspan (A)
Panjang rentang pesawat terbang, diukur
dari ujung kiri sayap sampai ujung kanan
sayap pesawat terbang. Dalam
perencanaan ukuran ini akan
mempengaruhi antara lain dimensi
appron.
Length (B)
Panjang badan pesawat terbang, diukur
dari ujung hidung sampai ujung ekor
pesawat terbang. Ukuran ini
mempengaruhi antara lain dimensi
appron, kelas fire fighting yang harus
disediakan.
Height (C)
Tinggi pesawat terbang, diukur dari muka
lapis keras tempat berdiri sampai bagian
tertinggi dari pesawat terbang (ekor),
mempengaruhi jarak appron dari Runway.
7
Wheel base (D)
Jarak antara as roda utama (main wheel)
sampai as roda depan (nose wheel). Jarak
ini mempengaruhi ukuran lebar taxiway
yang direncanakan.
Wheel tread (F)
Jarak antar as roda utama kiri dan as roda
utama kanan, mempengaruhi lebar
taxiway yang akan direncanakan.
8
Bobot pesawat terbang
Bobot pesawat terbang terdiri dari :
Bobot pesawat terbang kosong termasuk air crew (OWE)
Bobot bahan bakar untuk terbang (Fuel)
Bobot bahan bakar cadangan (Reserve Fuel)
Bobot penumpang barang dan barang pos (Payloads)
Operating Weight Empty (OWE)
Bobot pesawat terbang kosong (termasuk air crew) = OWE
Maximum Take off Weight (MTOW)
Bobot pesawat terbang maksimum yang diperkenankan pada
saat lepas landas (take off) = OWE – Fuel – Reserve Fuel -
Payloads
Maximum Landing Weight (MLW)
Bobot pesawat terbang maksimum yang diperkenankan pada
waktu melakukan pendaratan = OWE – Reserve Fuel - Payloads
9
Jenis-jenis pesawat terbang
Berdasarkan mesin penggerak
Pesawat terbang dibedakan atas :
Piston Egine Air Craft
Turbo Prop
Turbo Jet
Turbo Fan
Ram Jet
Pesawat dengan menggunakan
mesin roket
10
3.3.1 Berdasarkan Panjang Runway yang Diperlukan
Pesawat terbang dibedakan menjadi 5 golongan
Golongan Jenis-Jenis Pesawat Panjang Runway
Jumbo Jet B-747, B-1011, DC-10 > 2500 M
Medium Jet A-300, B-767, B-727, DC-9-80 2000 – 2500 m
Small Jet B-737, DC-9-30, F-100 1800 – 2500 m
Propeller YS-11, F-27 1500 m
STOL Dash-7 800 m
11
SISTEM BANDAR UDARA
12
AIRSIDE
Runway
Ruway adalah area yang digunakan untuk take-off dan
landing pesawat terbang yang sedang beroperasi.
Runway tunggal
Konfigurasi inin merupakan konfigurasi yang paling
sederhana. Kapasitas runway tunggal dalam kondisi VFR
berkisar antara 50- 100 operasi per jam, sedangkan untuk
kondisi IFR berkisar antara 50 – 75 operasi per jam,
tergantung pada komposisi campuran pesawat dan alat bantu
navigasi.
14
Runway berjarak rapat (close parallel) mempunyai jarak dari
sumbu ke sumbu antara 700 – 2.500 feet. Kapasitas runway
ini untuk kondisi VFR berkisar antara 100 – 200 operasi per
jam, sedangkan untuk kondisi IFR berkisar antara 50 – 60
operasi per jam. Dalam kondisi IFR operasi penerbangan
pada satu runway tergantung pada runway lain.
S S
close
jauh
close
15
Runway V-terbuka adalah runway yang arahnya memencar (divergen) tetapi tidak
berpotongan, seperti terlihat pada gambar 2.4.a dan 2.4.b. Kapasitas tertinggi akan
dicapai apabila operasi penerbangan dilakukan menjauhi V (gambar 2.4.a). Untuk kondisi
seperti diperlihatkan pada gambar 2.4.a kapasitas runway ini untuk kondisi VFR berkisar
antara 60 – 180 operasi per jam, sedangkan untuk kondisi IFR berkisar antara 50 – 80
operasi per jam .
Untuk kondisi seperti diperlihatkan pada gambar 2.4.b, kapasitas runway ini untuk
kondisi VFR berkisar antara 50 – 100 opertasi per jam, sedangkan untuk kondisi IFR
berkisar antara 50 – 60 operasi per jam.
16
Gambar 2.3. Runway Berpotongan
17
Runway berpotongan
Runway berpotongan ini diperlukan apabila terdapat angin yang relatif kuat
(prevailing wind) bertiup lebih dari satu arah, sehingga mengakibatkan angin
sisi (cross wind) berlebihan apabila hanya dibuat satu runway saja.Kapasitas
dua runway ini sangat tergantung pada letak perpotongannya. Makin jauh letak
titik potong dari ujung lepas landas runway dan ambang pendaratan
(threshold), kapasitasnya semakin rendah. Konfigurasi runway berpotongan
inin diperlihatkan pada gambar 2.3.a sampai 2.3.c.
Untuk kondisi seperti diperlihatkan pada gambar 2.3.a kapasitas runway
ini untuk kondisi VFR berkisar antara 70-175 operasi per jam, sedangkan
untuk kondisi IFR berkisar antara 60-70 operasi per jam.
Untuk kondisi seperti diperlihatkan pada gambar 2.3.b, kapasitas runway
ini untuk kondisi VFR berkisar antara 60-100 operasi per jam, sedangkan
untuk kondisi IFR berkisar antara 45 – 60 operasi per jam.
Untuk kondisi seperti diperlihatkan pada gambar 2.3.c, kapasitas runway
ini untuk kondisi VFR berkisar antara 50 – 100 operasi per jam,
sedangkan untuk kondisi IFR berkisar antara 40 – 60 operasi per jam.
Untuk kondisi seperti diperlihatkan pada gambar 2.3.c, kapasitas runway
ini untuk kondisi VFR berkisar antara 50 – 100 operasi per jam,
sedangkan untuk kondisi IFR berkisar antara 40 – 60 operasi per jam.
18
KARAKTERISTIK RUN WAY
Strip runway, yang mencakup perkerasan, bahu dan daerah diluar itu yang diratakan dan
diatur drainasenya. Daerah strip ini harus mampu digunakan oleh kendaraan pemadam
kebakaran, SAR dengan baik pada kondisi normal. Areal strip runway secara keseluruhan
harus mampu menahan beban pesawat yang tergelincir keluar runway tanpa
mengakibatkan kerusakan struktural.
Blast pad, yaitu areal yang dirancang khusus untuk menahan erosi permukaan disekitar
ujung runway akibat adanya jet-blast. Areal ini dapat merupakan areal yang diperkeras
atau hanya dengan tanaman rumput biasa
Runway end safety area, yaitu daerah yang sengaja dikosongkan untuk
menghindaradanya kecelakaan pada saat sebuah pesawat melakukan pendaratan over-
shooting.
19
Stopway, yaitu daerah tambahan diujung runway yang
diperkeras. Struktur perkerasan pada stopway ini harus
mampu menahan beban pesawat-pesawat yang berhenti.
Panjang stopway ini tidak diperhitungkan dalam menentukan
panjang runway teoritis. Tetapi panjang stopway ini dapat
dipergunakan untuk menentukan besarnya allowable take-off
weight dari pesawat yang akan mendarat.
Clearway, adalah areal di ujung bandar udara yang tidak
mempunyai struktur perkerasan, yang tidak boleh diganggu
gugat. Daerah ini dibawah pengawasan pengelola bandar
udara. Dengan adanya daerah clearway ini maka pilot dapat
menambah allowable take-off weight, yaitu dengan
berkurangnya tingkat derajat pendakian.
Perlu diperhatikan disini bahwa baik stopway maupun
clearway bukanlah elemen yang diperhitungkan dalam
menentukan allowable take-off weight.
20
Karakteristik runway diperlihatkan
pada gambar 2.6.
21
TAXIWAY
Fungsi utama taxiway :
adalah sebagai penghubung antara runway dan apron
22
Prinsip dasar penggunaan exit taxiway adalah
Sebagai berikut :
Fungsi exit taxiway adalah untuk mengurangi runway
occopancy time, terutama bagi pelayanan pesawat
yang mendarat.
Exit taxiway dirancang untuk memungkinkan pesawat
meninggalkan runway dengan segera setelah
mendarat, sehingga pesawat lain dapat segera
menggunakan runway tersebut.
Suatu taxiway dapat mempunyai bentuk geometrik
yang tegak lurus (right angle) ataupun dengan suatu
sudut tajam (acute angle).
Pada dasarnya penempatan taxiway dikedua ujung
runway telah cukup untuk mengakomodasikan
kebutuhan pelayanan take-off. Tetapi jika lalu lintas
dirasa mulai berkembang, maka pengadaan bypass,
holding bay ataupun multiple taxiway akan diperlukan.
23
Parallel Taxiway
Parallel Taxiway adalah taxiway yang konfigurasinya sejajar dengan
runway. Parallel taxiway ini menghubungkan taxiway biasa ataupun
exit taxiway dengan apron. Berdasarkan panjangnya parallel taxiway
dibedakan atas dua jenis :
Parallel taxiway penuh, yaitu parallel taxiway yang panjangnya
sama dengan panjang runway.
Parallel taxiway tak penuh, yaitu parallel taxiway yang
panjangnya kurang dari panjang runway.
Parallel taxiway mempunyai keuntungan dibandingkan yang
lainnya jika ditinjau dari aspek keselamatan, disamping
menambah efisiensi pengoperasian. Kriteria-kriteria yang
diperlukan disini didasarkan pada pengembangan bertahap yang
diikuti dengan pembangunan taxiway diujung apron.
24
Apron Taxiway
Apron taxiway adalah taxiway yang terletak
didekat apron.
Secara umum apron taxiway dibedakan atas dua
jenis, yaitu :
Taxiway yang terletak didekat apron dan
dimasukkan sebagai jalan pintas pesawat dari
apron ke taxilane dimana pesawat akan parkir.
Taxilane, yaitu bagian dari apron yang diperuntukan
bagi jalan hubung ke areal parkir.
Kriteria perencanaan untuk apron taxiway yang
berhubungan dengan lebar strip, jarak separasi
dan lainnya adalah sama dengan tipe taxiway
lainnya.
25
Cross Taxiway
Cross taxiway adalah taxiway yang berfungsi untuk menghubungkan dua
runway yang berdekatan sehingga pemanfaatan kedua runway dapat
dilakukan secara optimal.
Jenis taxiway ini biasanya baru diadakan jika memang ada dua runway sejajar
dalam suatu bandar udara.
Agar lebih memahami perbedaan taxiway berdasarkan letaknya dapat dilihat
pada gambar 2.7.
26
Gambar 2.7. Taxiway Berdasarkan Letak
Hubungan Daerah Terminal
dengan Runway
Prinsip dasar jarak tempuh dari daerah
terminal ke ujung runway adalah sesingkat
mungkin, demikian juga untuk jarak tempuh
di landas hubung bagi pesawat yang baru
mendarat.
27
28
Konfigurasi Parkir
Konfigurasi Parkir Hidung
Kedalam (nose-in)
pesawat diparkir tegak lurus
gedung terminal.
30
PP Nomor 71/1996 : tentang kebandaraanudara , yang dimaksud dengan
Bandar Udara : adalah Lapangan Terbang yang dipergunakan untuk mendarat
dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan atau bongkar
muat kargo dan atau pos,
33
34
LANDSIDE ( AREA TERMINAL )
Pertukaran moda
Biasanya perjalanan udara merupakan perjalanan campuran berbagai moda, mencakup
perjalanan akses darat dan dilanjutkan dengan perjalanan udara. Tidak banyak
perjalanan udara yang dilakukan secara langsung dari asal ke tujuan.
Dalam rangka pertukaran moda tersebut, penumpang melakukan pergerakan di terminal
pada kawasan sikulasi penumpang.
Pemrosesan
Terminal adalah tempat yang sesuai untuk proses yang menyangkut
perjalanan udara. Termasuk pengurusan tiket, pendaftaran penumpang dan
bagasi, dari penumpang dan mempertemukan kembali. Fungsi ini memerlukan
kawasan pemrosesan penumpang.
38
Konsep Pengembangan
Lokasi terminal amat ditentukan oleh proses perencanaan terminal.
Karena di dalam perencanaan terminal harus dilakukan secara terpadu
1. Dalam tahap-tahap penyusunan dan pengembangan konsep
suatu proyek perancangan terminal, digunakan kriteria evaluasi
berikut untuk mempertimbangkan alternatif-alternatif yang ada :
2. Kemampuan untuk menangani permintaan yang diharapkan
3. Kesesuaian dengan tipe pesawat yang diharapkan
4. Keluwesan dan ketanggapan terhadap pertambahan dan
perubahan teknologi
5. Kesesuaian dengan rencana induk bandar udara keseluruhan
6. Kesesuaian dengan tata-guna lahan didalam dan disekitar bandar
udara
7. Kemunduran orientasi dan pemrosesan penumpang
8. Analisis rute-rute manuver pesawat dan pertentangan yang
mungkin terjadi pada …………….
9. Penundaan ……………..
10. Kelayakan ……………..
39
RENCANA INDUK BANDAR UDARA ( MASTER
PLAN )
40
Pemilihan Lokasi Bandar Udara Baru
45
Data Angin dari
Meteorologi dan
Geofisika terdekat
Kertas tembus
pandang dibuat
sejajar dengan
jarak dari sumbu
15 knot
0,3
46
Gambar 5.2 : Contoh Windrose
Wind Percentage of Winds
Direction 4 – 5 mph 15 – 31 mph 31 – 47 mph Total
N 4.8 1.3 0.1 6.2
NNE 3.7 0.8 - 4.5
NE 1.5 0.1 - 1.6 Total Angin
ENE 2.3 0.3 - 2.6
E 2.4 0.4 - 2.8
Dominan = 15,3
ESE 5.0 1.1 - 6.1
SE 6.4 3.2 0.1 9.7
SSE 7.3 7.7 0.3 15.3
S 4.4 2.2 0.1 6.7
SSW 2.6 0.9 - 3.5
SW 1.6 0.1 - 1.7
WSW 3.1 0.4 - 3.5
W 1.9 0.3 - 2.2
WNW 5.8 2.6 0.2 8.6
NW 4.8 2.4 0.2 7.4
NNW 7.8 4.9 0.3 13.0
Calms (0 – 4 mph) 4.6
Total 100 %
47
Permissible Crosswind
Pada saat take-off atau landing pesawat terbang akan bergerak
berlawanan dengan arah gerak angin. Tetapi tidak selamanya
angin bertiup sejajar dengan arah runway. Angin yang bertiup
pada saat pesawat take-off atau landing harus diuraikan menjadi
komponen yang sejajar dengan arah gerak pesawat dan
komponen yang tegak lurus arah gerak pesawat.
48
Tabel 5.4. Permissible Crosswind
49
Contoh Penentuan Panjang Runway
Berikut ini diberikan contoh untuk menghitung panjang runway aktual yang
diperlukan oleh suatu pesawat terbang untuk dapat beroperasi di suatu
lapangan terbang dengan kondisi lingkungan tertentu.
Data
Pesawat terbang rencana : Airbus A-300-600
Elevasi lapangan terbang : 500 m (1500 ft) di atas Mean Sea Level
(MSL)
Airport Reference Temperature (ART) : 29 0c
Kelandaian (effective slope) runway : 0,8%
Dengan menggunakan data diatas di dapat informasi tambahan sebagai
berikut :
Dari Tabel 5.2 diperoleh ARFL = 2384m
Untuk elevasi 1500 ft di atas MSL, dengan menggunakan nomogram yang
ada pada Gambar 5.1 diperoleh temperatur standar lapangan terbang
tersebut adalah 120 C.
Catatan : pilih garis International Standart Atmosphere pada nomogram
yang memotong Sea Level (SL) pada temperatur 150 C.
Koreksi terhadap panjang runway
Panjang runway yang dikoreksi akibat pengaruh elevasi = (2384 x 0.07 x
500/300) – 2384 = 2635 m
Panjang runway yang dikoreksi akibat pengaruh elevasi dan temperatur =
(2635 x (29-12) x 7/100) = 3083m
Panjang runway yang dikoreksi akibat pengaruh elevasi, temperatur, dan50
kelandaian = (3083 x 0.8 x 10/100) – 3083 = 3330 m
c. Panjang runway aktual : 3330 m
Gambar 5.1. Nomogram Untuk Menentukan Temperatur Standar 51
Sistem Terminal Penumpang
52
Dalam sistem terminal ada tiga bagian utama yang perlu
diperhatikan :
Daerah pertemuan jalan masuk dimana penumpang naik turun ke
bagian pemrosesan penumpang, sirkulasi, parkir, dan semua ini
merupakan kegiatan-kegiatan yang terjadi dalam sistem ini.
Penumpang diproses dalam persiapan untuk memulai atau
mengakhiri suatu perjalanan melalui udara, maupun kegiatan-
kegiatan utama dalam bagian ini adalah penjualan, tiket, lapor
masuk bagasi, pengambilan bagasi, pemesanan tempat duduk,
pelayanan pengawasan dan keamanan.
Perpindahan penumpang dan barang ke dan dari pesawat serta
naik turunnya penumpang dan barang ke dan dari pesawat.
53
Gambar 7.1. Bagian-Bagian Dari Sistem Terminal Penumpang 54
Tabel 6.9. Dimensi Beberapa Jenis Pesawat Terbang Untuk Penentuan
Aircraft Stand
Aircraft type Length (m) Wing span (m) Nose wheel angle Turning radius (m)
0 a
A-3003-B2 46.70 44.80 50 38.80
B-727-100 40.59 32.92 75 0 21.90c
0 c
B-727-200 46.68 32.92 75 25.00
0 a
B-737-100 28.65 28.35 70 18.40
0 a
B-737-200 30.58 28.35 70 18.70
B-747 70.40 59.64 60 0 60.20a
0 a
B-757 47.32 37.95 60 27.90
B-767 48.51 47.63 60 0 36.00a
BAC-111-400 28.50 27.00 65 0 21.30a
Caravelle 36.70 34.30 45 0 29.00a
Concorde 62.10 25.50 50 0 30.10c
DC-8-40/50 45.95 43.41 70 0 29.20a
DC-8-61/63 57.12 43.41/45.2 70 0 32.70c
0 c
DC-9-10/20 31.82 27.25/28.5 75 17.80
0
DC-9-30 36.36 28.44 75 20.40c
0 c
DC-9-40 38.28 28.44 75 21.40
DC-9-50 40.72 28.45 75 0 22.50c
0 b
DC-9-80 45.02 32.85 75 25.10
DC-10-10 55.55 47.35 65 0 35.60a
DC-10-30 55.35 50.39 65 0 37.30a
DC-10-40 55.54 50.39 65 0 36.00a
L-1011 54.15 47.34 60 0 35.59a
Vickers Viscount 800 26.10 28.60 50 0 21.60a
To wing tip
55
To nose
To tail
56
Proses Perencanaan Terminal
57
Gambar 7.3 (b). Denah Ruang Tunggu Pemberangkatan
58
Tahapan-tahapan penyusunan dan pengembangan konsep suatu
Proyek perancangan terminal, digunakan kriteria evaluasi untuk
mempertimbangkan alternatif-alternatif yang ada yaitu :
Kemampuan untuk menangani permintaan yang diharapkan
Kesesuaian dengan tipe-tipe pesawat yang diharapkan
Keluwesan dan ketanggapan terhadap pertumbuhan dan
perubahan teknologi
Kesesuaian dengan rencana induk lapangan terbang secara
keseluruhan
Kesesuaian dengan tata guna lahan didalam dan disekitar
lapangan terbang
Kemunduran orientasi dan pemrosesan penumpang
Analisis rute-rute manuver pesawat terbang dan pertentangan-
pertentangan yang mungkin terjadi ada sistem landas hubung
dan dalam daerah apron
Penundaan kendaraan darat, penumpang pesawat terbang yang
mungkin terjadi
Kelayakan keuangan dan ekonomi
59
Kerb Keberangkatan (Departure Kerb)
s = 0,2 m2