Arah Dan Kebijakan Jasa Konstruksi Nasional
Arah Dan Kebijakan Jasa Konstruksi Nasional
Arah Dan Kebijakan Jasa Konstruksi Nasional
DIREKTORAT JENDERAL
BINA KONSTRUKSI
SEKRETARIAT
DIREKTORAT JENDERAL
SUBDIT PENYIAPAN
KEBIJAKANINVESTASI SUBDIT SISTEM SUBDIT STANDAR DAN MATERI SUBDIT KERJA SAMA
PENYELENGGARAAN SUBDIT KELEMBAGAAN KOMPETENSI
INFRASTRUKTUR
SUBDIT SINKRONISASI
DAN EVALUASI SUBDIT KONTRAK SUBDIT MATERIAL DAN SUBDIT PENERAPAN SUBDIT PEMBERDAYAAN
INVESTASI KONSTRUKSI PERALATAN KONSTRUKSI KOMPETENSI WILAYAH I
INFRASTRUKTUR
SUBDIT FASILITASI &
SUBDIT SUBDIT TEKNOLOGI SUBDIT PEMBERDAYAAN
MITIGASI RISIKO SUBDIT PENGEMBANGAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI & PRODUKSI WILAYAH II
INVESTASI PROFESI JASA KONSTRUKSI
BERKELANJUTAN DALAM NEGERI
INFRASTRUKTUR
SUBDIT
SUBDIT PASAR MANAJEMEN SUBDIT USAHA JASA SUBDIT PRODUKTIVITAS SUBDIT PEMBERDAYAAN
INFRASTRUKTUR MUTU KONSTRUKSI WILAYAH III
3
TUJUAN & SASARAN STRATEGIS
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI | 2017
5
PENINGKATAN PERAN STAKEHOLDER
BIDANG JASA KONSTRUKSI
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI | 2017
34 16.000 BUJK
BUJK
LSP
Direktur Gubernur
Direktur
/Kepala /Kepala Asosiasi
60 Balai Balai
500
Asosiasi
10 SP
L
1.6jt Naker Naker
Bupati/W Bupati/W
alikota alikota
Kepala Kepala
600 Satker Satker BUJK BUJK 100 Proyeksi Target
500 750.000 ORANG
200 BERSERTIFIKAT
SKPD SKPD 1.000 Proyek
50.000 TENAGA AHLI –
Proyek
PPK PPK P PK 200.000 TEKNISI – 500.000
2400 TENAGA TERAMPIL
Proyek Proyek
2.000 Naker Dapat Diupayakan Melalui
Kolaborasi Seluruh
PPK
4800 Proyek Proyek Stakeholder
Naker Naker Naker 20rb
480rb Naker 200rb Naker
6
6
PROSES
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
BISNIS
PEMBINAAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KON STRUKSI | 2017
KEBIJAKAN PEMBINAAN KONSTRUKSI APBN
KONSTRUKSI Infrastruktur yang berdaya saing dan handal
PROYEK KONSTRUKSI
Lembaga Non
KPBU Unit Sertifikasi Masyarakat Media
Pemerintah
MASYARAKAT
SEJAHTERA
PENGUASAAN LAPANGAN
PANGSA PASAR PEKERJAAN 7
PROGRAM PRIORITAS PEMBINAAN KONSTRUKSI (1/3)
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI | 2017
8
PROGRAM PRIORITAS PEMBINAAN KONSTRUKSI (2/3)
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI | 2017
4 Pembinaan Kompetensi Dan Peningkatan SDM penyedia jasa konstruksi yang kompeten dan
Produktivitas Konstruksi produktifitas kerja konstruksi melalui :
• Penyediaan standar dan materi kompetensi kerja konstruksi
• Peningkatan penerapan kompetensi kerja konstruksi
• Pengembangan profesi konstruksi berkelanjutan dan MRA (Mutual
Recognition Arrangement)
• Peningkatan produktifitas kerja konstruksi
9
PROGRAM PRIORITAS PEMBINAAN KONSTRUKSI (3/3)
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI | 2017
10
TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH PROVINSI
DALAM PEMBINAAN KONSTRUKSI
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI | 2017
15
KEGIATAN DAN LAYANAN PEMBINAAN KONSTRUKSI
PEMERINTAH PROVINSI (2/2)
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI | 2017
16
KEGIATAN DAN LAYANAN PEMBINAAN KONSTRUKSI
PEMERINTAH KABUPATEN (1/4)
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI | 2017
17
KEGIATAN DAN LAYANAN PEMBINAAN KONSTRUKSI
PEMERINTAH KABUPATEN (2/4)
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI | 2017
18
KEGIATAN DAN LAYANAN PEMBINAAN KONSTRUKSI
PEMERINTAH KABUPATEN (3/4)
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI | 2017
19
KEGIATAN DAN LAYANAN PEMBINAAN KONSTRUKSI
PEMERINTAH KABUPATEN (4/4)
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI | 2017
20
PERAN STAKEHOLDER LAINNYA DALAM PEMBINAAN KONSTRUKSI
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI | 2017
21
SINKRONISASI PEMBINAAN KONSTRUKSI
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI | 2017
• Melalui UU Jasa Konstruksi No 2 Tahun 2017, penting bagi semua pihak baik
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota
untuk memahami tanggung jawab dan kewenangan masing-masing.
• Sinkronisasi program pembinaan konstruksi diperlukan agar pelaksanaan
tanggung jawab dan kewenangan dapat lebih terarah dan tidak tumpang
tindih.
• Sinkronisasi dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan
stakeholder jasa konstruksi serta menemukenali profil dan kapasitas
kelembagaan di masing-masing wilayah kerja.
• Tanpa adanya kolaborasi dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota maupun stakeholder jasa konstruksi lainnya,
tujuan penyelenggaraan jasa konstuksi tidak akan terwujud.
22
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT