Sistem aksiomatik geometri absolut mendefinisikan geometri tanpa memperhatikan postulat paralel Euclid. Geometri ini didasarkan pada titik, keantaraan, dan kongruensi sebagai relasi dasar. Geometri ini memuat aksioma-aksioma kongruensi dan definisi sudut siku-siku, titik lingkaran, serta dalil-dalil geometri Euclid dengan penggantian "sejajar" menjadi "tidak berpotongan".
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
351 tayangan12 halaman
Sistem aksiomatik geometri absolut mendefinisikan geometri tanpa memperhatikan postulat paralel Euclid. Geometri ini didasarkan pada titik, keantaraan, dan kongruensi sebagai relasi dasar. Geometri ini memuat aksioma-aksioma kongruensi dan definisi sudut siku-siku, titik lingkaran, serta dalil-dalil geometri Euclid dengan penggantian "sejajar" menjadi "tidak berpotongan".
Sistem aksiomatik geometri absolut mendefinisikan geometri tanpa memperhatikan postulat paralel Euclid. Geometri ini didasarkan pada titik, keantaraan, dan kongruensi sebagai relasi dasar. Geometri ini memuat aksioma-aksioma kongruensi dan definisi sudut siku-siku, titik lingkaran, serta dalil-dalil geometri Euclid dengan penggantian "sejajar" menjadi "tidak berpotongan".
Sistem aksiomatik geometri absolut mendefinisikan geometri tanpa memperhatikan postulat paralel Euclid. Geometri ini didasarkan pada titik, keantaraan, dan kongruensi sebagai relasi dasar. Geometri ini memuat aksioma-aksioma kongruensi dan definisi sudut siku-siku, titik lingkaran, serta dalil-dalil geometri Euclid dengan penggantian "sejajar" menjadi "tidak berpotongan".
Unduh sebagai PPTX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12
SISTEM AKSIOMATIK
GEOMETRI ABSOLUT
MOHAMMAD FAISOL (16305141086)
PENDAHULUAN
Sejarah mencatat bahwa geometri non-euclides lahir karena para
matematikawan berusaha membuktikan kebenaran dari postulat kelima Euclid berdasarkan keempat postulat sebelumnya. Postulat kelima Euclid disebut juga parallel postulate.
Pada Geometri ini tidak memperhatikan postulat kesejajaran
dari Euclides, maka Geometri ini disebut Geometri Absolut atau Geometri Netral. Geometri Absolut termuat dalam Geometri Teruru, jadi pengertian pangkal dari Geometri Terurut juga menjadi pengertian pangkal Geometri Absulut, dalam Geometri ini juga diperkenalkan pengertian pangkal ketiga yaitu kongruensi, suatu relasi untuk pasangan titik, segmen, dan inetrval. Jika segmen AB kongruen dengan segmen CD, maka untuk menyatakan ini digunakan notasi AB ≡ CD. PENGERTIAN PANGKAL, DIFINISI-DEFINISI, DAN AKSIOMA-AKSIOMA DALAM GEOMETRI ABSOLUT
Pengertian Pangkal Geometri Absolut, menurut Pasch ialah
a. Titik-titik A, B, C, D, …. b. Keantaraan (intermediacy) c. Kongruensi
Titik dipandang sebagai unsur yang tidak didefinisikan,
keantaraan dan kongruensi dipandang sebagai relasi-relasi yang tidak didefinisikan. Aksioma Kongruensi Aksioma 1 Jika A dan B titik berlainan, maka pada sembarang sinar yang berpangkal di C ada tepat satu titik di D, sehingga AB ≡ CD. Aksioma 2 Jika AB ≡ CD dan CD ≡ EF , maka AB ≡ EF. Aksioma 3 AB ≡ BA Aksioma 4 Jika [ABC] dan [A’B’C ’] dan AB ≡ A’B’ dan BC ≡ B’C’, maka AC ≡ A’C’ Aksioma 5 Jika ABC dan A’B’C ’ adalah dua segitiga dengan BC ≡ B’C’, CA ≡ C’A’, dan AB ≡ A’B’, sedangkan D dan D’ adalah dua titik berikutnya sedemikian hingga [BCD] dan [B’C’D’ ] dan BD ≡ B’D’, maka AD ≡ A’D’ Dari aksioma-aksioma di atas menunjukkan kongruensi adalah relasi ekuivalensi yang memenuhi sifat Transitif (aksioma 1), sifat simetris (aksioma 3) dan sifat refleksif (aksioma 2) Pada aksioma 4 menunjukkan adanya penjumlahan segmen garis yang menjadi dasar untuk teori panjang. Menurut aksioma 5 kongruensi segmen dapat diperluas menjadi kongruensi sudut. Jika ABC dan A’B’C’ adalah dua segitiga dengan BC ≡ B’C’, CA ≡ C’A’, ∆ABC ≡ A’B’C’ (s,s,s) sehingga AB ≡ A’B’ <BAD ≡ <B’A’D’, <ABD ≡ A’B’D’, dan <ADB≡A’D’B’ Bagian kedua dari aksioma 5 dapat disimpulkan jika AB ≡ A’B’, <ABD ≡ <A’B’D’, ∆AD ≡ A’D’ (s,sdt,s) BD ≡ B’D’ Definisi sudut siku-siku Suatu sudut siku-siku ialah suatu sudut yang kongruen dengan pelurusnya (suplemennya), besarnya suatu sudut siku-siku sama dengan ½ radian. Definisi titik pada lingkaran Lingkaran dengan pusat O dan jari-jari r ialah tempat kedudukan titik P sedemikian hingga OP = r. Suatu titik Q yang memenuhi OQ > r dikatakan ada di luar lingkaran. Suatu titik yang tidak pada dan tidak di luar lingkaran dikatakan ada di dalam lingkaran. Jika suatu lingkaran dengan titik pusat P1 mempunyai suatu titik di dalam dan di luar lingkaran yang titik pusatnya P2, maka kedua lingkaran bertemu tepat pada dua titik, satu titik pada setiap pihak dari P1 P2. Geometri Absolut memuat Geometri Euclides, Tetati dalil 27 dan 28 berlaku jika kata “sejajar” diganti dengan “tidak berpotongan”. Dalil 27 Jika suatu garis memotong dua garis yang lain dan terdapat dua sudut dalam berseberangan yang sama, maka kedua garis itu tidak berpotongan. Dalil 28 Jika suatu garis memotong dua garis yang lain, dan terdapat dua sudut yang sama, atau terdapat dua sudut dalam sepihak sama dengan dua sudut siku-siku, maka kedua garis itu tidak berpotongan. Refleksi Didefinisikan seperti pada geometri euclides yaitu refleksi terhadap cermin ideal yang tebalnya diabaikan dan tidak hanya mencerminkan A ke B, tetapi juga mencerminkan B ke A, yaitu cermin pada kedua belah pihak. Dengan refleksi ini dapat diturunkan Pons Asinorum (jembatan kurdi), yaitu: sudut-sudut alas suatu segitiga sama kaki adalah sama. Pons Asinorum (jembatan kurdi) dianggap kemampuan untuk menjelaskan bahwa sudut berseberangan dari segitiga sama kaki (yang memiliki dua sisi dengan panjang yang sama) memiliki ukuran yang sama, proposisi ke-5 dari buku Elemen Euclid. Dalam geometri absolut berlaku juga Problem Faguano, yaitu dalam suatu segitiga lancip ABC yang diketahui, lukislah suatu segitiga yang kelilingnya sekecil munngkin (minimum).
Misalkan segitiga ABC yang diketahui seperti gambar di atas dan
segitiga DEF di dalamnya. Keliling segitiga DEF = DE + EF + FD. D’ ialah bayangan D oleh refleksi terhadap AC dan D’’ ialah bayangan D oleh refleksi terhadap BC, maka FD = FD’ DE + EF + FD = D’’E + EF + FD’. ED = ED’ D’’E + EF + FD’ akan lebih kecil, jika D’D’’ lurus. Jadi keliling ∆DE1F1 lebih kecil dari kelilling ∆DEF. Pada ∆CD’D’’, karena D’ dan D’’ bayangan refleksi dari D, maka CD’ = CD = CD’’. Jadi ∆CD’D’’ adalah segitiga samakaki. sudut D’CD’’ besarnnya dua kali sudut ACB. CD’ = CD = CD’’ akan terkecil jika CD ⊥ AB, karena dalam peninjauan ini kita dapat mulai dari titik D, E dan F, maka AE ⊥ BC dan BF ⊥ AC, sehingga kita dapatkan: “Segitiga dengan keliling terkecil yang dapat dilukis dalam segitiga lancip ABC ialah segitiga titik kaki dalam segitiga ABC atau segitiga Orchic dari segitiga ABC”. Dari problem ini dapat dibuktikan bahwa garis-garis tinggi suatu segitiga berpotongan pada satu titik. KESIMPULAN Geometri Absolut termuat dalam Geometri Terurut, jadi pengertian pangkalnya sama dengan pengertian pangkal Geometri Terurut ditambah dengan relasi kongruensi untuk ruas garis.
sampai 26 dari geometri Euclides dapat dibuktikan pula pada geometri ini. Tetati dalil 27 dan 28 dapat berlaku jika kata “sejajar” diganti dengan “tidak berpotongan”. TERIMA KASIH