Isak 16 09122018
Isak 16 09122018
Isak 16 09122018
PERJANJIAN
KONSESI JASA
Agenda
Latar Belakang
Ruang Lingkup
Grantor vs Operator
Interpretasi
Ilustrasi
2
Latar Belakang
Pemerintah berkewajiban melakukan pelayanan publik yang umumnya didanai
oleh APBN/APBD
Keterbatasan APBN/APBD mengharuskan pemerintah menarik swasta untuk
mendanai kegiatan investasi pengadaan jasa layanan publik.
KPS = Kerjasama Pemerintah Swasta dibina oleh Direktorat KPS (DKPS)
Merupakan service concession arrangement (public to private services)
Sektor yang memiliki KPS, berdasarkan Indonesian Infrastructure Summit 2005,
adalah:
Gas
Power and electricity
Road transportation (68 projects)
Water
Telecommunication
Pemerintah Swasta
Perjanjian/Pengaturan
6
ISAK 16
7
Struktur Isi ISAK 16
Pendahuluan
• Referensi
• Latar Belakang
• Ruang Lingkup
• Permasalahan
Interpretasi
Tanggal Efaktif
Ketentuan Transisi
Panduan Apllikasi
Persyaratan:
18
ISAK 16
19
SAK Terkait
Kategori Sewa Provider Pemilik
Tipe Sewa Jasa / Rehabilitasi BOT Bangun- 100%
Pengaturan Kontrak -operasi- Miliki- Divestasi
Pemeliharaa transfer Operasi Privatisasi
n Perusahaan
Kepemilikan Grantor Operator
Aset
Investasi Grantor Operator
Modal
Risiko Dibagi Grantor Operator dan Operator
Permintaan Grantor
Jangka 8-20 1-5 tahun 25-30 Tak terbatas
waktu tahun
Bunga Grantor Operator
SAK PSAK PSAK 23 ISAK 16 PSAK 16
30
Tanggal Efektif dan ketentuan transisi
Tahun Rp
Jasa Konstruksi 1 500
2 500
Jasa operasi (per tahun) 3-10 10
Pelapisan jalan 8 100
• Operator mengakui pendapatan dan biaya kontrak sesuai dengan PSAK 34: Akuntansi Kontrak
Konstruksi dan PSAK 23 Pendapatan. Biaya dari setiap kegiatan konstruksi, operasi dan
pelapisan diakui sebagai beban mengacu pada tahap penyelesaian kegiatan. Untuk
pendapatan kontrak, nilai wajar dari jumlah yang diberikan pemberi konsesi diakui pada saat
yang sama.
• Operator diwajibkan melapisi jalan pada akhir tahun ke 8. Pemberi konsesi akan mengganti
kepada operator biaya pelapisan jalan pada tahun ke 8. Kewajiban untuk melapisi jalan diukur
pada nilai nol dalam laporan posisi keuangan, serta pendapatan dan beban tidak diakui dalam
laporan laba rugi sampai pekerjaan pelapisan selesai dilakukan.
• Total imbalan (Rp200 pada setiap tahun ke 3 sampai 8) mencerminkan nilai wajar untuk
masing-masing jasa
• Pada tahun ke 1, biaya konstruksi sebesar Rp500, pendapatan konstruksi sebesar Rp525
(biaya ditambah 5 persen), dan karenanya laba konstruksi sebesar Rp25 diakui dalam laporan
laba rugi. Berikut nilai wajar imbalan yang diterima
Nilai wajar
Jasa konstruksi Biaya perkiraan + 5%
Jasa operasi Biaya perkiraan + 20%
Pelapisan jalan Biaya perkiraan + 10%
Suku Bunga Efektif 6.18% per tahun
Ilustrasi 1 – Pemberi Konsesi Memberikan Aset Keuangan
• Aset Keuangan Rp
• Jumlah terutang dari pemberi konsesi Jumlah terutang konstruksi di tahun I 525
adalah jumlah yang memenuhi definisi Piutang akhir tahun 525
piutang dalam PSAK 55.
• Pada saat pengakuan awal piutang
diukur pada nilai wajar. Bunga efektif di tahun ke 2 atas 32
piutang pada akhir tahun 1 (6,16% x
• Pada saat pengukuran selanjutnya Rp 525)
diukur pada biaya perolehan
diamortisasi, yaitu jumlah yang diakui Jumlah terutang konstruksi di tahun 525
sebelumnya ditambah bunga kumulatif ke 2
pada jumlah yang dihitung dengan Piutang di akhir tahun ke 2 1082
menggunakan metode bunga efektif
dikurangi pembayaran.
Bunga efektif di tahun ke 3 atas 67
• Jika arus kas dan nilai wajar tetap sama
piutang pada akhir tahun 2
seperti yang diperkirakan, tingkat bunga
efektif sebesar 6,18 persen per tahun Jumlah terutang untuk operasi di 12
dan piutang diakui pada akhir tahun ke 1 tahun 3 (10 x (1+20%)
sampai 3 Penerimaan kas dalam tahun 3 (200)
Piutang pada akhir tahun 3 961
Ilustrasi 1 – Pemberi Konsesi Memberikan Aset Keuangan
• Diasumsikan operator mendanai perjanjian sepenuhnya dengan utang dan saldo laba.
Operator membayar bunga sebesar 6,7 persen per tahun atas saldo utang.
Arus kas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jml
Penerimaan - - 200 200 200 200 200 200 200 200 1.600
Biaya kontrak (500) (500) (10) (10) (10) (10) (10) (110) (10) (10) (1.180)
Biaya pinjaman - (34) (69) (61) (53) (43) (33) (23) (19) (7) (342)
Arus masuk (keluar) net -500 -543 121 129 137 147 157 67 171 183 78
Kas (utang) (500) (1034) (913) (784) (647) (500) (343) (276) (305) (78)
Aset neto 25 48 48 48 48 50 53 67 72 78
(a). Jumlah terutang dari pemberi konsesi pada awal tahun ditambah pendapatan dan
pendapatan keuangan yang diperoleh di tahun terkait dikurangi penerimaan di tahun terkait
(b) Utang pada awal tahun ditambah arus kas neto di tahun terkait
• Banyak kemungkinan jenis perjanjian. Tujuan dari contoh ini adalah untuk mengilustrasikan
perlakuan akuntansi untuk beberapa ciri yang umumnya ditemukan dalam praktik.
• Diasumsikan bahwa periode perjanjian hanya sepuluh tahun dan penerimaan tahunan dari
operator konstan selama periode tersebut. Periode perjanjian mungkin jauh lebih panjang
dan pendapatan tahunan dapat meningkat dengan berjalannya waktu, sehingga perubahan
laba neto dari tahun ke tahun dapat lebih besar.
Ilustrasi 2 – Pemberi Konsesi Memberikan Aset Tak Berwujud
Tahun Rp
Jasa Konstruksi 1 500
2 500
Jasa operasi (per tahun) 3-10 10
Pelapisan jalan 8 100
• Operator memberikan jasa konstruksi kepada pemberi konsesi yang ditukar engan aset tak
berwujud yaitu hak untuk menarif tariff tol dari pengguna jalan tol pada tahun 3-10.
• Operator mengestimasi jumlah kendaraan stabil dan akan diterima pendapatan dari
penerimaan tol sebesar 200 setiap tahun dari tahun 3-10
• Operator akan mengakui aset tak berwujud menurut PSAK 19 aset tak berwujud
Rp
Jasa Konstruksi pada tahun 500x(1+5%) 525
Kapitalisasi biaya pinjaman 34
Jasa konstturksi tahun 2 500x(1+5%) 525
Aset tak berwujud tahun 2 1.084
• Amortisasi dilakukan selama masa kontrak selama 8 tahun 1084/8 = 135 per tahun
• Operator mengakui biaya pendapatan dan biaya kontrak sesuai PSAK 34, sehingga
terdapat laba sebesar 25.
• Pengguna jalan membayar jasa public maka operator akan mengakui pendapatan tol.
• Kewajiban pelapisan diakui sesuai PSAK 57, diestimasi sejak jalan tersebut selesai
mulai tahun ke-3 sampai dengan tahun 8
Ilustrasi 2 – Pemberi Konsesi Memberikan Aset Tak Berwujud
3 4 5 6 7 8 Total
Kewajiban timbul pada tahun 17 12 13 14 15 16 17 87
dengan diskonto sebesar 6%
Kenaikan provisi awal tahun 0 1 1 2 4 5 13
karena berjalannya waktu
• Contoh ini hanya berlaku untuk satu jenis dari banyak kemungkinan jenis perjanjian.
Tujuan dari contoh ini adalah untuk mengilustrasikan perlakuan akuntansi untuk
beberapa ciri yang umumnya ditemukan dalam praktik. Untuk membuat ilustrasi
sejelas mungkin, diasumsikan bahwa periode perjanjian hanya sepuluh tahun dan
penerimaan tahunan dari operator konstan selama periode tersebut. Dalam
praktiknya, periode perjanjian mungkin jauh lebih panjang dan pendapatan tahunan
dapat meningkat dengan berjalannya waktu. Dalam keadaan demikian, perubahan
laba neto dari tahun ke tahun dapat lebih besar.
Kas (utang) (500) (1034) (913) (784) (647) (500) (343) (276) (305) (78)
Tahun Rp
Jasa Konstruksi 1 500
2 500
Jasa operasi (per tahun) 3-10 10
Pelapisan jalan 8 100
Ilustrasi 3 Aset keuangan dan Aset tak berwujud
• Hak kontraktual untuk menerima kas dari pemberi konsesi untuk jasa dan
hak untuk membebankan pengguna terhadap layanan publik harus
dianggap sebagai dua aset yang terpisah sesuai PSAK. Oleh karena itu,
dalam perjanjian ini perlu untuk membagi imbalan operator menjadi dua
komponen: komponen aset keuangan berdasarkan jumlah yang dijamin
dan aset tidak berwujud untuk sisanya.
Nilai wajar
Jasa konstruksi Biaya
perkiraan +
5%
Jasa operasi Biaya perkiraan + 20%
Pelapisan jalan Biaya perkiraan + 10%
Suku Bunga Efektif 6.18% per tahun
Ilustrasi 3 Aset keuangan dan Aset tak berwujud
• Pengukuran piutang
• Kewajiban pelapisan
Ilustrasi 3 Aset keuangan dan Aset tak berwujud
• Arus kas