Preparat-Bayi Tugas Kosmetologi
Preparat-Bayi Tugas Kosmetologi
Preparat-Bayi Tugas Kosmetologi
1. Lahir Normal
Pada bayi baru lahir, produksi melanin dan pigmentasi
rendah sehingga kulit rentan terhadap kerusakan oleh
sinar ultraviolet. Namun, sisa hormon ibu dan
plasenta dapat menimbulkan pigmentasi transien di
bagian kulit tertentu. Kulit neonatus tampak tipis,
kenyal, dan mudah terkelupas oleh gesekan. Tekanan
atau zat PH yang berbeda ini menyebabkan kulit
melepuh dan mudah terinfeksi. Kulit dihinggapi flora
selama 24 jam kelahiran. Bulu-bulu halus menutupi
kulit dan bahu, lengan bagian atas dan paha.
2. Bayi Prematur
Epidermis bayi prematur lebih tipis, sangat halus, dan cenderung berwarna
merah tua tampak seperti gelatinosa, mudah berdarah, serta mudah
mengalami luka memar.
Epidermis bayi prematur mungkin memiliki ketebalan hanya lima lapisan
dibandingkan dengan 15 lapisan bayi aterm. Bayi prematur memiliki kulit
merah berkilap translusen yang menjadi lebih merah muda sebelum
menajadi putih seperti kulit bayi aterm. Pengeringan kulit merupakan
proses pematangan yang normal.
Zat yang menggangu proses keratinisasi, misalnya emolien, dapat
memperlambat perkembangan kulit menjadi sawar yang efektif.
Pengeluaran air transepidermis dapat dibatasi dengan pemakaian selimut
termal, yang mengubah aliran udara dan mempertahankan lapisan
insulator udara jenuh tetap berkontak dengan kulit.
Rambutnya halus, lunak, seringkali menutupi kulit kepala, muka dan alis.
Pada bayi aterm rambut lanugo biasanya hilang atau digantikan dengan
rambut velus. Bayi lewat bulan memiliki kulit yang terkelupas, tingkat
pengelupasan kulit yang berat memberi kesan iktiosis kongenital.
Banyak neonatus yang pada kulitnya timbul papula putih, kecil, kadang-
kadang vesikolupustular diatas dasar yang eritematosa, 1-3 hari setelah
lahir. Eritematosa menetap selama 1 minggu dan biasanya tersebar pada
muka, batang tubuh dan tungkai.
Ciri Khusus Kulit Bayi
• Pada saat lahir, pH kulit bayi mendekati netral dan pH secara
bertahap menurun, menjadi lebih asam saat menuju dewasa.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa kulit bayi lebih sensitif
terhadap infeksi dan iritasi.
• Hydrolipidic Film pada bayi lebih tipis dibanding milik orang
dewasa. Sehingga kurang efektif untuk melindungi epidermis
terhadap kulit yang kering dan dehidrasi. Sehingga dengan begiti
kulit bayi jauh lebih rentan terhadap serangan dari lingkungan di
sekitarnya.
• Lapisan kornea bayi juga lebih rapuh. Corneocytes tidak
bergabung bersama dengan baik, yang berarti bahwa lapisan
tersebut lebih dapat ditembus oleh faktor-faktor luar dan infeksi.
• Dermis pada bayi tiga kali lebih tipis.
• Rentan terhadap berat badan, luas permukaan kulit bayi adalah
antara 3-5 kali lebih besar dari pada orang dewasa. Ini berarti
bahwa suatu zat yang berhasil menembus kulit menjadi jauh lebih
terkonsentrasi dalam tubuh, meningkatkan risiko toksisitas.
Perbedaan kulit bayi dan dewasa:
- Kulit bayi 30% lebih tipis dari kulit orang dewasa sehingga cairan lebih mudah
menguap.
- secara struktural lapisan atas kulit bayi baru lahir (infant stratum corneum)
lebih tipis dari kulit orang dewasa.
- Lapisan atas kulit bayi ini memiliki lapisan dinding (corneocytes) yang
seharusnya menjaga kelembapan alami kulit. Namun corneocytes begitu kecil
dan renggang sehingga secara fungsional kulit bayi memiliki kapasitas
menahan air yang sangat rendah dibanding kulit dewasa sehingga
menyebabkan kekeringan kulit.
- Sel-sel kulit bayi masih kecil-kecil dan belum berkembang sehingga ikatan di
antara sel-sel kulit tersebut masih longgar.
- Lapisan tanduk pada permukaan kulit pun masih sangat tipis, ini menyebabkan
kulit bayi lebih tembus air dibanding orang dewasa.
- Bayi juga sedikit memproduksi melanin, yaitu pigmen yang melindungi dari
sinar matahari sehingga kemudian berarti resiko yang lebih besar terhadap
terbakarnya kulit
Semua keadaan ini membuat kulit bayi cenderung lebih tak mampu melawan
infeksi dan bereaksi terhadap alergi, serta mudah robek.
Fungsi Kulit Pada Bayi Baru Lahir
Kulit bayi yang strukturnya masih sangat halus dan lembut, memiliki
fungsi yang sama dengan kulit orang dewasa antara lain :
a. Kulit bayi melindungi organ-organ sensitif di dalam tubuh
b. Menjaga agar bayi berada pada suhu yang tepat dengan
mengeluarkan keringat untuk mendinginkan suhu tubuh
c. Bulu-bulu halus di permukaan kulit berfungsi menghangatkan
d. Ribuan ujung syaraf sensitif pada kulit adalah penghubung antara
tubuh bayi dengan dunia luar.
e. Perlindungan mekanis
f. Sawar terhadap mikroorganisme dan toksir
g. Termogulasi dan keseimbangan cairan
h. Input sensorik dan komunikasi taktil dengan lingkungan
Pada bayi baru lahir seringkali terdapat bintik putih khas terlihat di
hidung, dahi dan pipi bayi yang di sebut milia. Bintik ini menyumbat
kelenjar sebasea yang belum berfungsi. Setelah sekitar 2 minggu,
ketika kelenjar sebasea mulai bersekresi secara bertahap tersapu
dan menghilang.
Rambut halus atau lanugo dapat terlihat pada wajah, bahu, dan
punggung, dan biasanya cenderung menghilang selama minggu
pertama kehidupan. Pelepasan kulit ( deskuamasi ) secara normal
terjadi selama 2-4 minggu pertama kehidupan. Mungkin terlihat
eritema toksikum ( ruam kemerahan ) pada saat lahir, yang
bertahan sampai beberapa hari. Ruam ini tidak menular dan
kebanyakan mengenai bayi yang sehat. Terdapat berbagai tanda
lahir ( nevi ) yang bersifat sementara ( biasanya di sebabkan pada
saat lahir) maupun permanen ( biasanya karena kelainan struktur
pikmen, pembuluh darah, rambut atau jaringan lainnya).
Pada kulit dan sklera mata bayi mungkin di temukan warna
kekuningan yang di sebut ikteri. Ikteri di sebabkan karena billirubin
bebas yang berlebihan dalam darah dan jaringan, sebagai akibatnya
pada sekitar hari ek dua atau ke tiga, terjadi hampir 60% hari ke 7
biasanya menghilang.
Pada bayi Ph kulit bayi lebih tinggi, kulit lebih
tipis, dan sekresi keringat dan sebum sedikit.
Akibatnya, bayi lebih rentan terhadap infeksi
kulit daripada anak yang lebih besar dan orang
dewasa. Selanjutnya, karena pelekatan yang
longgar antara dermis dan epidermis, kulit
bayi dan anak – anak cenderung mudah
melepuh.
Tujuan Perawatan Kulit Pada Bayi
Zat pelekat
Dalam sediaan bedak bayi juga sering
ditambahkan zat pelekat seperti Alumunium,
Zink, Magnesium stearat, lemak – lemak / cetyl
alkohol, steril alkohol (kadar 0,5 –1,5%), ZnO
(kadar 2-5%). Namun penggunaan logam – logam
berat ini sering mengiritasi kulit, jadi harus
diperhatikan penggunaannya.
Tipe formula bedak bayi yang selalu
dipakai adalah :
1. Sterilized talc ……………………………………………………….80%
Magnesium stearat ……………………………………………….....10%
Precipitated chalk ………………......................................................10%
Perfume …………………………......................................................q.s
2. Sterilized talc ………………………………………………………..74%
Kaolin ………………………………………………………….........20%
Magnesium srearat …………………………………………………..4%
Glyceryl monostearat ………………………………………………..1%
Cetyl alcohol …………………………………………………..…….1%
Perfume ……………………………………………..……………….q.s
3. Sterilized talc ……………………………………………………...79,5%
Benzalkonium klorida …………………………………………….0,5%
Kaolin ……………………………………………………………..20%
Perfume …………………………………………………………….q.s
4. Sterilized talc ……………………………………………………….94%
Undecylenic asam monoethanolamide ……………………………..1%
Starch ……………………………………………………………….5%
Perfume …………………………………………………………….q.s
Contoh formulasi bedak bayi :
Pulvis Paraformaldehydi Compositus
Bedak keringat majemuk
R/ Talkum 100
Kalsium karbonat 5
Magnesium karbonat 10
Paraformaldehida 3
Magnesium stearat 2
b. Sabun Bayi ( Baby Soap)
sediaan kosmetika bayi yang berguna untuk menjaga
kehalusan, kelembutan, serta kesegaran kulit bayi.
Pada umumnya sabun bayi mempunyai pH 10, dibuat
secara dicetak dan berbentuk putih keras, mengandung
banyak lemak dan merupakan sabun lunak sehingga
tidak mengiritasi kulit.
Sabun bayi biasanya dibuat dari:
- reaksi antara asam lemak tinggi yang terdapat dalam
minyak lemak (oleum olivarum, oleum cocos) dengan
alkali (NaOH, KOH).
- Dan dapat juga ditambahkan antiseptik ringan seperti
heksaklorofin, triklorkarbanilid,dll.
Contoh formulasi sabun bayi :
b. Zat pengawet
Karena minyak bayi terdiri dari komponen minyak yang mudah
teroksidasi dan menyebabkan tengik, maka ditambahkanlah
antioksidan sebagai pegawet. Contoh:
- butih hidroksi anisol (BHA)
- butyl hidroksi toluene (BHT),
- tokoferol, dan lain sebagainya.
c. Zat pewangi
Zat pewangi yang ditambahkan tidak boleh
lebih dari 0,2% karena jika lebih akan
mengiritasi kulit.
d. Antiseptik
Kedalam sediaan minyak bayi sering juga
ditambahkan antiseptik seperti heksaklorofen.
Tipe formula minyak bayi yang selalu dipakai adalah :
1. Light mineral oil ……………………………………………90%
Liguid lanolin ………………………………………………..3%
Ethyl stearat ………………………………………………….4%
Isopropyl myristate …………………………………………..3%
2. Light mineral oil ……………………………………………..64,95%
Isopropyl myristate ……………………………………………5%
Olive oil ……………………………………………………….25%
Silicone oil …………………………………………………….5%
Propyl gallate ………………………………………………….0.05%
Perfume ………………………………………………………..q.s
Contoh formulasi minyak bayi :
R/ Oleum olivarum 60%
Oleum rosae 15%
Oleum gossypii 25%
d. Krim Bayi ( Baby Cream )
suatu kosmetika bayi yang berguna untuk
menjaga kehalusan dan kelembutan kulit bayi,
mencegah lecet terutama pada lipatan kult.
Pada umunya krim bayi terbentuk emulsi air
dalam minyak ( A/M ), jadi kadar lemaknya
tinggi.
Kandungan Krim Bayi secara umum:
• Calamini Lotio
• Losion Kalamin
• R/ Calaminum 8 gram
• Zincy Oxydum 8 gram
• Glycerolum 2 mL
• Bentonitum magma 25 mL
• Calcii Hydroxy Solutio ad 100 ml
f. Shampoo Bayi ( Baby Shampoo)
sediaan kosmetika bayi yang berguna untuk
membersihkan rambut dan kulit kepala bayi.
Sebagai komponen aktif dalam sampo bayi
biasanya adalah detergen yang mempunyai sifat
dapat menurunkan tegangan permukaan,
sehingga dapat menghilangkan kotoran rambut
dan kulit kepala.
Perbedaan antara sampo untuk orang dewasa
dan bayi adalah pada sifat detergen yang
digunakan dalam sampo bayi adalah surfaktan
yang mempunyai daya anestesi terhadap selaput
lendir mata.
Pada penggunaan surfaktan jenis ini yang
harusdiperhatikan adalah konsentrasinya, apabila
terlalu banyak menyebabkan mata menjadi sukar untuk
berkedip, contohnya detergen yang mempunyai ya
anestesi terhadap selaput lendir mata adalah senyawa
alkyl atau aril dari polietilen oksida.
Kedalam sediaan sampo bayi kadang suatu detergen
sekunder yang berfungsi agar sampo yang terbentuk
tidak mengiritasi mata dan berbusa banyak . factor lain
yang harus diperhatikan dalam pembuatan sampo bayi
adalah factor pH, pH dari sediaan harus sesuai dengan
pH cairan mata. Untuk mengatur pH sering digunakan
buffer yang terdiri dari asam-asam misalnya asam
laktat, hingga didapat pH netral yang mendekati pH
cairan mata yaitu sekitar 7,4.
Detergen yang sering digunakan dalam
pembutaan sampo bayi adalah senyawa-
senyawa surfaktan nonionic hasil kondensasi
asam lemak dengan amino-amino, lanolin
teretoksilasi, dsb.
Contoh formulasi sediaan sampo bayi :
R/ Miranol 2 M. C. A ( modifikasi ) 20%
Hexylene glycol 0,5%
Perfume 0,1%
Air 79,4%
Evaluasi untuk sediaan shampoo:
a. Aman dan tidak iritasi (mata)
b. Kemudahan penyebaran
c. Daya penyabunan ( busa & stabilitas busa ) d
d. Penghapusan kotoran yang efisien
e. Kemudahan membilas
f. Kemudahan menyisir rambut basah
g. Kecepatan pengeringan
h. Kemudahan menyisir dan pengaturan rambut
kering
g. Salep Bayi ( Baby Ointment )
Sediaan kosmetika bayi yang berguna untuk
perawatan dan pengobatan pada kulit bayi,
misalnya kalau sampai terjadi luka-luka karena
adanya gesekan-gesekan. Sebagai zat pembawa
bias digunakan zat – zat pembawa seperti pada
salep atau krim.
Biasanya zat berkhasiatnya bisa lebih dari satu,
seperti sulfur, antibiotika, ichtyol, antiseptika,
ZnO, dan lain – lain.
Penggunaan salep bayi biasanya harus sesuai
dengan resep dari dokter karena mengandung
bahan – bahan atau zat berkhasiat yang cukup
keras sehingga harus dengan resep dokter.
Bila tidak dengan resep dokter dikhawatirkan
akan timbul reaksi alergi pada bayi seperti
timbul bercak merah pada kulit, kulit
mengelupas, dan lain sebagainya.
Contoh formulasi sediaan salep bayi :
R/ Resorsinolum 1%
Sulfur praecipitatum 10%
Oleum cadin 9%
Oleum sesame 9%
Vaselinum flavum ad 40
Hypoallergenic
Departemen Kesehatan RI, Formularium Nasional edisi ke II
(Jakarta: Bagian Penerbitan dan Perpustakaan Biro V, 1978)
Harry, R.G., Modern cosmeticology, 3rd edition, Chemical
Publishing Company, New York, 1974
Harry, R.G., Modern cosmeticology, 6rd edition, Chemical
Publishing Company, New York, 1973
Keithler, W.M.R., The formulation of Cosmetics Spacialties,
Drug and Cosmetic Industry, New York, 1956
Syahlan.1996.Hipotermia dan Resusitasi
Bayi.Jakarta:Departemen Kesehatan
Soeryati, Sri, Sediaan kosmetika, departemen pendidikan
nasional Unpad, bandung, 2002
THANK YOU