Perse Ku Tuan

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PERSEKUTUAN DAN
PEMBENTUKAN
USAHANYA
I. PENGERTIAN
 Persekutuan (Partnership) adalah suatu
penggabungan diantara dua orang (badan)
atau lebih untuk memiliki bersama-sama dan
menjalankan suatu perusahaan guna
mendapatkan keuntungan atau laba.
II. KARAKTERISTIK PERSEKUTUAN

 Bersama-sama (Mutual Agency)


 Jangka waktu terbatas (Limited Life)

 Tanggung jawab tidak terbatas (Unlimited


Liability)
 Memiliki suatu bagian / hak di dalam
persekutuan
 Pengambilan bagian keuntungan persekutuan
III. MACAM-MACAM BENTUK PERSEKUTUAN
(PARTNERSHIP)
A.Menurut Jenisnya
 Persekutuan Perdagangan (Trading Partnership)

 Persekutuan Jasa-jasa (Non Trading Partnership)

B.Menurut Sifatnya
 Persekutuan Umum (General Partnership)

 Persekutuan Terbatas (Limited Partnership)

 Joint Stock Companies


IV.ISI PERJANJIAN PERSEKUTUAN

 Besarnya investasi dari masing-masing anggota


 Hak dan kewajiban anggota
 Buku-buku catatan dan laporan-laporan keuangan
 Pembagian keuntungan
 Asuransi jiwa,kematian salah satu anggota
 Hal-hal khusus yang menyangkut masalah
pembebanan dan penerimaan imbalan jasa tertentu
diantara para anggota,penarikan kembali modal
yang disetor
 Penyelesaian apabila ada perselisihan diantara
anggota dan lain-lain
V. AKUNTANSI TERHADAP PENYERTAAN
MODAL DALAM PERSEKUTUAN

 Pengukuran milik atau penyertaan hak


masing-masing anggota dalam perusahaan
 Pencatatan pembukuan

 Perubahan atau penilaian terttentu terhadap


posisi aktiva,hutang dan modal dari masing-
masing perusahaan yang akan digabungkan
 TuanD dan Tuan E masing-masing
bersepakat untuk membentuk sebuah
persekutuan.Tuan D telah memiliki sebuah
perusahaan yang sudah berjalan,Tuan E
bermaksud menanamkan modalnya dalam
persekutuan sebanyak Rp.100.000,-.
Tuan D dan E bersepakat bahwa dalam
pembentukan persekutuan ini,tuan D
meminta beberapa syarat untuk merubah
posisi keuangan yang dilaporkan pada
Neraca per 31 Desember 1979,sebagai
berikut :
 a. Uang kas yang ada diambil seluruhnya oleh tuan D
 b. Piutang Dagang
Piutang sebesar Rp.4.000,- dianggap tidak tertagih
dan harus dihapus.Cadangan kerugian piutang
ditetapkan 4% dari saldo piutang yang baru.
 c. Persediaan barang dagangan
Barang-barang yang telah dinilai atas dasar”Harga
Pokok”yang dihitung dengan metode LIFO dinilai
kembali berdasar harga pasar sehingga nilainya
menjadi Rp.106.400,-
 d.Meubel dan alat-alat kantor
Nilai pengganti sebesar Rp.60.000,- terhadap aktiva
ini telah disusut sebesar 50%,dan dicatat berdasar nilai
sehat sebesar Rp.30.000,-
 e.Goodwill
Kepada tuan D diberikan goodwill atas reputasi
perusahaannya yang dinilai sebesar Rp.40.000,-
Adapun neraca perusahaan tuan D sebelum bergabung
adalah sbb :
Prosedur pembukuan dalam persekutuan D & E yang
baru dibentuk dapat dipakai salah satu dari kedua cara
berikut ini :
1. Persekutuan yang baru dibentuk melanjutkan buku-
buku perusahaan terdahulu(Tuan D)
a. Mencatat penilaian kembali berbagai macam aktiva
perusahaan Tn.
cadangan kerugian piutang Rp. 1.760,-
persediaan barang dagangan Rp.20.800,-
akumulasi penyusutan meubel dan
alat-alat kantor Rp.22.400,-
goodwill Rp.40.000,-
Piutang dagang Rp. 4.000,-
Meubel dan alat2 kantor Rp.18.000,-
Modal Tuan D Rp.62.960,-
b.Mencatat setoran modal tuan E
Kas Rp.100.000,-
Modal tuan E Rp.100.000,-

c.Mencatat pengambilan uang kas oleh tuan D


Modal Tuan D Rp.64.800,-
Kas Rp.64.800,-
2. Persekutuan yang baru dibentuk membuka buku baru tersendiri
a. Mencatat kekayaan bersih perussahaan Tn. D sebagai setoran
modal
Piutang dagang Rp 76.000,00
Persediaan barang dagangan Rp 106.000,00
Supplies kantor Rp 6.400,00
Meubel & alat-alat kantor Rp 30.000,00
Goodwill Rp 40.000,00
Cadangan kerugian piutang Rp 3.040,00
Hutang dagang Rp 96.000,00
Modal, Tuan D Rp 159.760,00
b. . Mencatat setoran modal Tn. E
Kas Rp.100.000,-
Modal tuan E Rp.100.000,-
VI. PEMBAGIAN LABA (RUGI) DI DALAM
PERSEKUTUAN
 Para angota persekutuan dapat membuat persetujuan pembagian laba
(rugi) yang dianggap sesuai dengan kontribusi masing-masing anggota di
dalam persekutuan. Terdapat berbagai cara yang dapat dipakai sebagai
dasar pembagian laba (rugi) di dalam persekutuan. Dasar pembagian laba
(rugi) yang dipilih harus dinyatakan di dalam perjanjian persekutuan.
Adapun berbagai cara pembagian laba (rugi) yang akan dikemukakan
disini adalah:
1.Dibagi sama.
2.Dengan perbandingan atas dasar perjanjian.
3.Dengan perbandingan penyertaan modal.
4.Mula-mula ditentukan bunga modal dari masing-masing anggota,
selebihnya dibagi atas dasar perjanjian.
5. Mula-mula diberikan gaji sebagai pemilik dan bonus kepada anggota yang
aktif bekerja, sisanya dibagi atas dasar perjanjian.
6. Mula-mula diterapkan bunga untuk modal dari anggota, kemudian gaji
sebagai pemilik dan bonus untuk anggota-anggota yang dianggap berjasa
dan sisanya dibagi atas dasar perjanjian bersama.
Contoh :
Tuan F, G dan H telah mendirikan sebuah persekutuan dan
pada tahun 1980 mendapatkan keuntungan sebesar Rp
150.000,00. Pada akhir tahun1980, diketahui posisi rekening
pribadi (prive/personal/current account) dan rekening “modal”
masing-masing anggota adalah sebagai berikut :
•Apabila disetujui laba (rugi) yang diperoleh dibagi sama :
Rugi & Laba Rp 150.000,00
Pribadi, F Rp 50.000,00
Pribadi, G Rp 50.000,00
Pribadi, H Rp 50.000,00
Apabila pembagian laba/rugi dengan
perbandingan Tuan F : G : H = 3 : 5 :7

Rugi & Laba Rp 150.000,00


Pribadi, F Rp 30.000,00
Pribadi, G Rp 50.000,00
Pribadi, H Rp 70.000,00

Perhitungan:
Bagian laba Tuan F = 3/15 x 150.000 = Rp 30.000,00
Bagian laba Tuan G = 5/15 x 150.00 = Rp 50.000,00
Bagian laba Tuan H = 7/15 x 150.000 = Rp 70.000,00
Total Rp 150.000,00
•Apabila pembagian laba (rugi) sesuai perbandingan penyertaan
modal dari masing-masing anggota
Dalam hal ini ada 3 kemungkinan yang bias ditempuh, yaitu :
•Sesuai dengan perbandingan modal awal.
Rugi & Laba Rp 150.000,00
Pribadi, F Rp 37.500,00
Pribadi, G Rp 50.000,00
Pribadi, H Rp 62.500,00
•Sesuai dengan perbandingan modal akhir.
Rugi & Laba Rp 150.000,00
Pribadi, F Rp 40.000,00
Pribadi, G Rp 50.000,00
Pribadi, H Rp 60.000,00

•Sesuai dengan perbandingan modal rata-rata tahunan


Rugi & Laba Rp 150.000,00
Pribadi, F Rp 33.750,00
Pribadi, G Rp 41.250,00
Pribadi, H Rp 75.000,00
VII. Masalah Gaji Pemilik, dan Bunga Modal.

Di dalam akuntansi gaji pemilik dan bunga modal (sendiri)


tidak diakui sebagai biaya (usaha) bagi perusahaan, karena pada
umumnya ditentukan sepihak (oleh pemilik sendiri) dan bukan atas
transaksi yang obyektif. Namun jika dapat diidentifikasikan dengan
jasa dan bunga modal maka harus diperlukan sebagai biaya yang
sebenarnya.
Bagi manajemen lebih bermanfaat untuk memperlakukan
gaji pemilik dan bunga modal (sendiri) sama halnya dengan biaya
usaha. Untuk itu informasi laba (rugi) periodiknya lebih
menggambarkan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang
sebenarnya.
contohnya sebgai berikut :
A dan B adalah anggota-anggota persekutuan yang membagi laba
(rugi) dengan perbandingan yang sama. Kepada mereka sebagai
pemilik diberi gaji masing-masing sebesar Rp. 75.000,00 per bulan
untuk A dan Rp. 100.000,00 per bulan untuk B. menurut Laporan
Perhitungan Rugi-laba dalm periode tahun buku 1980, perusahaan
memperoleh laba sebesar Rp. 2.500.000,00.
Apabila gaji yang diberikan kepada A dan B diperlakukan sebagai
faktor pembagian laba, maka laba sebesar Rp. 2.500.000,00 menurut
laporan Perhitungan Rugi-Laba tersebut, akan mamberikan hak atas
laba kepada masing-masing anggota sebagai berikut :
Akan tetapi apabila gaji yang dibayarkan kepada A dan B
diperlakukan sebagai biaya usaha, maka pembagian laba
sebesar Rp. 2.500.000 akan memberikan hak atas laba
kepada masing-masing anggota sebesar Rp. 1.250.000
Dengan demikian jerlas B akan memilih untuk
memperlakukan gaji yang telah diterimanya itu sebagai
pembagian laba. Sedang bagi A lebih untung apabila gaji
pemilik diperlakukan sabagai biaya usaha bagi perusahaan.
Gaji Pemilik dan atau Bunga Modal di atas jumlah laba bersih
Contohnya :
A dan B adalah anggota persekutuan mempunyai saldo modal masing-masing
sebesar Rp. 100.000,00 untuk A. dan Rp. 200.000,00 untuk B. pembagian
laba diatur dengan ketentuan sebagai berikut :
Mula –mula di perhitungkan bunga modal sebesar 6% per tahun, sedang di
bagi dengan perbandingan yang sama.
Apabila dalam tahun 1980, perusahaan memperoleh laba sebesar Rp.
50.000,00 maka pembagian laba tersebut adalah :
Apabila laba dalam tahun 1980 sebesar Rp. 10.000 atau Rp.
8.000 (lebih kecil dari bunga modal) maka pembagian laba
tersebut adalah :

Apabila perusahaan rugi sebesar Rp. 4.000,00 dalam tahun


1980, maka bunga modal harus diperhitungkan terlebih
dahulu sehingga diperoleh pembagian laba sebagai berikut :
Karena perusahaan mengalami kerugian dan barang tidak
membagikan laba kepada anggotanya, kecuali untuk bunga modal
yang telah dibayarkan. Perhitungan pembagian laba(rugi) dalam
tahun yang bersangkutan di bebankan langsung kepada saldo modal
masing-masing anggota. Meskipun B masih berhak menerima
pembagian laba Rp. 1.000 menurut perhitungan pembagian laba
(rugi), tetapi tidak mungkin ia menagihnya kepada A. penurunan
perhitungan kekayaan bersih persekutuan sebesar Rp. 22.000 (rugi
usaha Rp. 4.000 di tambah bunga modal Rp. 18.000 akan diikuti
dengan berkurangnya saldo modal masing-masing anggota sebesar
Rp. 11.000 seperti terlihat pada tabel berikut ini :
Dengan demikian ada sebagian modal A sebesar Rp. 1.000
(yaitu selisih lebih rugi usaha dengan jumlah kerugian yang
ditanggung oleh A = Rp. 4.000 – Rp. 5.000 ) terserap dan
berpindah menjadi haknya B sebagai partnernya. Hal ini juga
terbukti dari jumlah uang yang telah diterima B sebesar Rp.
12.000 dari perusahaan, akan tatapi saldo modalnya hanya
berkurang sebesar Rp. 11.000 dalam tahun buku 1980
Untuk menghindari keadaan sperti itu, maka biasanya di dalam
perjanjian pembagian laba ditegaskan adanay pembatasan terhadap
jumlah minimum laba yang di dapat. Berdasarkan ketentuan jumlah
minimum laba tersebut biasanya di tentukan jumlah gaji pemilik dan
bunga modal yang diperhitungkan sebagai faktor pembagian laba.
Apabila diadakan batasan, berarti laba di bawah jumlah minimum yang
ditetapkan atau jumlah kerugian harus dibagi berdasar ketentuan lain
yang di tetapkan dalam perjanjian.
Misalnya dalam perjanjian pembagian laba(rugi) persekutuan A&B
pada contoh di atas ditambah ketentuan sbb :
•>laba di bawah jumlah bunga modal yang diperhitungkan dibagi
sesuai
dengan perbandingan modal, sedang kerugian yang dibagi dengan
perbandingan yang sama.
•>Kerugian yang diderita Rp. 4.000,00 dalam tahun 1980. dibagi rata
jadi Rp. 2.000.
•>Penurunan kekayaan sebesar Rp. 22.000 diikuti berkurangnya saldo
masing-masing anggota.
VIII. Koreksi atas L / R tahun-tahun yang lalu
Di dalam persekutuan, masalah yang dihadapi dalam koreksi
laba (rugi) ialah pengaruhnya terhadap hak pemilikan dan bagian
atas laba (rugi) kepada masing-masing pribadi anggota (pemilik).
Hal ini menyangkut masalah koreksi dan penyesuaian terhadap
alokasi laba (rugi) kepada msing-masing anggota pemilik.
Pada umumnya tiga alternatif berikut ini dapat dipakai untuk
menyelesaikan penyesuaian alokasi atas laba (rugi) tahun-thaun yang
lalu :

1. Jumlah koreksi laba (rugi) yang relatif kecil, cukup ditutup atau
dibebebankan kepada laba (rugi) tahun yang berjalan, asal tidak
mempengaruhi secara material terhadap hak-hak pemilikan (saldo
modal) dari masing-masing anggota pemilik.

2. Apabila jumlah koreksi cukup besar,dan sulit diidentifikasikan,dapat


dibebankan kepada laba (rugi) tahun yang berjalan atau dialokasikan
sebagian kepada laba (rugi) tahun-tahun yang lalu sesuai dengan
kehendak para anggota pemilik.

3. Apabila koreksi laba (rugi) cukup besar,dan dapat


diidentifikasikan.Misalnya ada kesalahan perhitungan beban
penyusutan aktiva tetap, maka perhitungan dan alokasi kembali laba
(rugi) kepada masing-masing pemilik harus dilakukan.
•Neraca
Sebagian besar ketentuan di dalam penyusunan neraca
pesekutuan tidak berbeda dengan neraca perusahaan pada umumnya.
Kecuali penyajian pada sisi passive di dalam neraca persekutuan
menggunakan dasar “konsep pemilik (proprietary concept)”, dengan
menonjolkan hak pemilikan tiap-tiap anggota melalui rekening modalnya
secara terpisah.

Perubahan Ratio Pembagian Laba (rugi)


Apabila para anggota pemilik bersepakat untuk mengadakan perubahan
ketentuan pembagian laba (rugi) perusahaan, maka terlebih dahulu harus
diadakan penilaian kembali terhadap aktiva perusahaan sebelum
ketentuan yang baru mulai berlaku. Hal ini dianggap penting agar
perimbangan hak-hak pemlikan setelah berlakunya ketentuan yang baru
tetap dapat dipertahankan. Peubahan ketentuan pembagian laba (rugi)
tanpa diikuti penilaian kembali aktiva, kemungkinan akan mengakibatkan
keuntungan pada sebagian pemilik dan kerugian bagi sebagian pemilik
lainya dari posisi aktiva sebelum ketentuan baru itu mulai berlaku.
Dengan kata lain perubahan ketentuan pembagian laba, kemungkinan
berlaku surut

Anda mungkin juga menyukai