Discharge Criteria Pada Pasien Ambulatory
Discharge Criteria Pada Pasien Ambulatory
Discharge Criteria Pada Pasien Ambulatory
Add a Footer
anestesi preoperatif, intraoperatif, dan postoperatif pada pasien yang menjalani prosedur
bedah elektif pada hari yang sama
Anestesi rawat
jalan/ anestesi jarang membutuhkan rawat inap
ambulatori
cukup sehat untuk keluar dari fasilitas bedah < 24 jam setelah prosedur.
ANESTESI
pasien bedah rawat inap dan rawat jalan kondisi di luar ruang operasi tradisional
Anestesi ruang
non-operasi (non– individu klaustrofobik anestesi untuk prosedur MRI
operating room
anesthesia/NORA;
anestesi di luar pasien sepsis dalam keadaan kritis prosedur kolangiopankreatografi retrograde
ruang operasi) endoskopik
NORA mengharuskan penyedia anestesi untuk bekerja di lokasi terpencil di RS, akses
menuju pasien dan peralatan anestesi terbatas
pemberian anestesi di kantor praktisi yang memiliki ruang prosedural yang digabungkan
Anestesi berbasis ke dalam desain kantor praktisi.
kantor (office-
based anesthesia)
operasi kosmetik atau prosedur gigi
Walaupun teknik anestesi mungkin serupa untuk
pasien rawat inap/ pusat bedah rawat jalan/ luar
ruang operasi/anestesi berbasis kantor
kebutuhan berbeda-beda Mengikuti PEDOMAN
Add a Footer
Dalam beberapa tahun terakhir, pasien yang menjalani prosedur
rawat jalan memiliki beban kondisi komorbid yang semakin berat.
• dipertimbangkan komorbiditasnya, jenis operasi dan respon yang diharapkan
terhadap anestesi.
Add a Footer 7
Pasien ASA 3 dengan diabetes, hipertensi, dan penyakit
arteri koroner yang stabil selama penyakit mereka
Kondisi Pasien
BOLEH UNTUK terkontrol dengan baik.
PROSEDUR RAWAT
JALAN memiliki sedikit risiko perdarahan perioperatif, gangguan
jalan napas, serta tidak terdapat kebutuhan khusus untuk
perawatan postoperatif terspesialisasi.
8
KONDISI
SPESIFIK PASIEN
DAN OPERASI
RAWAT JALAN
Add a Footer
Obesitas
dan Apnea Kondisi
Tidur Jantung
Obstruktif
Kontrol Hipertermia
Glukosa Maligna
1
0
OBESITAS & APNEA TIDUR OBSTRUKTIF
kombinasi dari tiga keadaan
hipertensi
penyakit tersebut (sindrom
metabolik), berkaitan dengan
apnea tidur obstruktif
(obstructive sleep apnea/ OSA)
1
11
Add a Footer
1
Kuesioner STOP-Bang untuk skrining pasien untuk
menentukan resiko apnea tidur obstruktif
1
12
Add a Footer
2
IDENTIFIKASI DAN PENILAIAN APNEA TIDUR OBSTRUKTIF
1
13
Add a Footer
3
1
14
Add a Footer
4
1
15
Add a Footer
5
Pembuatan keputusan dalam seleksi preoperatif pasien dengan obstructive sleep apnea
(OSA) yang dijadwalkan untuk operasi rawat jalan. CPAP, continuous positive airway
pressure.
1
6
Rekomendasi Society of Anesthesia and Sleep Medicine untuk
apnea tidur obstruktif
1
17
Add a Footer
7
1
18
Add a Footer
8
KONDISI JANTUNG
Semakin banyak pasien untuk prosedur rawat jalan dengan berbagai
kondisi jantung yang dirawat secara farmakologis/mekanis
terapi resinkronisasi jantung, defibrillator kardioverter implantasi [implantable
cardioverterdefibrillators/ ICD], stent
Pasien dengan stent cenderung mengkonsumsi obat antiplatelet.
Agen-agen ini tidak boleh dihentikan kecuali diskusi tentang kebutuhan operasi
dan risiko penghentian terapi antiplatelet telah dibahas oleh pasien, dokter
jantung, dan dokter bedah.
Penggunaan β-bloker harus dilanjutkan secara perioperatif.
Penghambat enzim pengonversi angiotensin dan penyekat reseptor
angiotensin dapat berkontribusi pada terjadinya hipotensi sementara akibat
induksi anestesi
tetapi keputusan penghentian atau melanjutkan penggunaan obat secara
perioperatif masih kontroversial karena pasien yang dirawat kemungkinan perlu
mengalami koreksi hipotensi intraoperatif atau hipertensi postoperatif, atau
keduanya.
1
19
Add a Footer
9
Pedoman ASA merekomendasikan bahwa pasien dengan alat pacu jantung atau
ICD tidak boleh meninggalkan lingkungan dengan pemantauan sampai
perangkat dicek, apabila digunakan elektrokauter;
rekomendasi ASA ini terlalu konservatif, jika kauter bipolar digunakan pada
jarak lebih besar dari 15 cm dari perangkat atau jika kauter unipolar
digunakan di bawah umbilikus dan ground pad terpasang pada di kaki.
Apabila terdapat ICD dan diperkirakan terjadi gangguan elektromagnetik, fitur
antitakikardi perangkat harus diinhibisi secara perioperatif
Alat defibrilasi eksternal harus selalu tersedia setiap kali fitur antitakikardi
ICD dinonaktifkan.
2
20
Add a Footer
0
Pertimbangan preoperatif pada pasien dengan defibrillator
kardioverter implantasi. EMI, electromagnetic interference; ICD,
implanted cardioverter defibrillator.
2
1
Pertimbangan postoperatif pada pasien dengan defibrillator
kardioverter implantasi. EMI, electromagnetic interference; ICD,
implanted cardioverter defibrillator.
2
2
KONTROL GLUKOSA
2
23
Add a Footer
3
HIPERTERMIA MALIGNA
2
24
Add a Footer
4
PERTIMBANGAN
INTRAOPERATIF
Add a Footer
• mencapai pengembalian kesadaran dengan cepat
• postoperatif (postoperative nausea and vomiting/ PONV) minimal
Tujuan • pengembalian kebugaran secara cepat
2
6
Tromboemboli tetap menjadi risiko setelah operasi rawat jalan
/berbasis kantor
2
27
Add a Footer
7
PEMULIHAN
PASCA ANESTESI
DAN
PEMULANGAN
PASIEN
Add a Footer
Pengelolaan Rencana untuk Manajemen
pengembalian penanganan nyeri
kesadaran komplikasi nyeri Penggunaan gabungan teknik
pasien, nyeri postoperatif dan kombinasi agen Regimen regional, opioid,
postoperatif, PONV (ondansetron, analgesia yang dan OAINS
PONV • harus dibuat sebelum deksametason, meminimalisir (analgesia
• sangat penting untuk operasi
dan droperidol) penggunaan multimodal).
mempercepat • untuk menstandarisasi
dan merampingkan efikasi yang opioid dapat • Gabapentinoid
pemulangan pasien. (gabapentin,
manajemenSeluruh lebih besar menurunkan pregabalin),
pengalaman anestesi
pasien operasi rawat daripada kejadian PONV asetaminofen oral,
jalan monoterapi rektal, IV, OAINS,
atau keduanya
berguna dalam
kondisi rawat jalan
2
29
Add a Footer
9
KRITERIA
PEMULANGAN
Add a Footer
TAHAP PEMULIHAN
3
31
Add a Footer
1
SISTEM ALDRETE
• Sistem penilaian Aldrete yang telah
dimodifikasi untuk menentukan
kapan pasien siap
dikeluarkan dari unit perawatan
pasca anestes
Add a Footer 32
3
33
Add a Footer
3
RAWAT INAP
RUMAH SAKIT
YANG TIDAK
TERDUGA
SETELAH
OPERASI
RAWAT JALAN
Add a Footer
Prosedur operasi rawat jalan mungkin memerlukan transfer darurat
ke rumah sakit terdekat
Nyeri yang tidak terkontrol dan mual dan muntah postoperatif
3
35
Add a Footer
5
RAWAT INAP
RUMAH SAKIT
YANG TIDAK
TERDUGA
SETELAH
OPERASI
RAWAT JALAN
Add a Footer
Pedoman American Society of Anesthesiologists untuk
lokasi anestesi ruang non-operasI
3
37
Add a Footer
7
KONTINUUM TINGKAT KEDALAMAN
SEDASI/ ANALGESIA/ ANESTESI
3
38
Add a Footer
8
KOMPLIKASI TERKAIT DENGAN SEDASI
DAN ANALGESIA
3
39
Add a Footer
9
PERTIMBANGAN
KHUSUS DI
DALAM DAN DI
LUAR LOKASI
RUANG OPERASI
Add a Footer
LOKASI UMUM
4
41
Add a Footer
1
teknik anestesi sedasi atau anestesi umum
Endoskopi
gastrointestinal
disedasi oleh dokter jantung tanpa dokter anestesi
Setelah pasang ICD perangkat akan diuji dengan menginduksi fibrilasi ventrikel
Elektrofisiologi tingkat sedasi yang lebih dalam syok defibrilasi dapat menakutkan dan
tidak nyaman
ruangan terpisah di unit psikiatri atau area terpantau di rumah sakit (PACU).
Elektrokonvulsif
Komorbiditas pasien, interaksi obat dengan berbagai obat psikotropika, prosedur
anestesi multipel, dan efek agen anestesi terhadap kualitas terapi
elektrokonvulsif
ET tidak boleh dilepaskan dari trakea sampai end tidal CO2 diukur dari tabung
trakeostomi yang baru dipasang.
klaustrofobik, cacat
perkembangan, kondisi
yang mencegah pasien Anestesi atau sedasi untuk MRI dan CT
tetap diam atau 4
42
Add a Footer berbaring
2
TERIMA
KASIH
Add a Footer 43