Pemeriksaan Dada Dan Paru
Pemeriksaan Dada Dan Paru
Pemeriksaan Dada Dan Paru
paru
Ns. Mokhmad Nurhadi, S.Kep., M.Kep.,MM
PERSIAPAN
• Secara umum sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada pasien ada beberapa hal yang
harus diperhatikan yaitu :
• Pasien diminta untuk melepaskan pakaian bagian atas
• Pasien diminta duduk pada pemeriksaan dada posterior dan berbaring telentang pada bed
pemeriksaan saat memeriksa dada anterior. Selain itu untuk kelengkapan pemeriksaan
jantung diperlukan pemeriksaan dengan posisi pasien berbaring miring ke kiri (left lateral
decubitus) dan posisi duduk sedikit membungkuk ke depan.
• Ruang pemeriksaaan harus sunyi untuk mendapatkan hasil perkusi dan auskultasi yang
adekuat
• Pemeriksaan dilakukan setelah pasien beristirahat minimal 5 menit.
Tahap Pelaksanaan
• Pemeriksaan dinding dada secara berurutan adalah inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Pemeriksaan dilakukan terhadap dinding dada posterior dan anterior. Pemeriksaan dinding
dada posterior dilakukan terlebih dahulu dengan pasien dalam keadaan duduk. Pemeriksa
duduk di belakang pasien.
• Setelah semua pemeriksaan dinding dada posterior (inspeksi s/d auskultasi) selesai, dilakukan
pemeriksaan dinding dada anterior, pasien dalam keadaan berbaring terlentang dengan kedua
lengan dalam posisi sedikit abduksi. Pasien dengan kesulitan bernapas diperiksa dalam keadaan
duduk atau berbaring dengan kepala lebih tinggi atau dalam posisi yang nyaman untuk pasien.
• Jika pasien tidak dapat duduk sendiri, mintalah bantuan asisten untuk memegangi pasien atau
baringkan pasien dan gulingkan ke satu sisi. Lakukan pemeriksaan fisik pada satu sisi dada,
kemudian lakukan pemeriksaan di sisi kontralateral dengan menggulingkan pasien ke sisi yang
lain.
PEMERIKSAAN DADA POSTERIOR
• INSPEKSI
Inspeksi dada posterior dilakukan saat istirahat (statis) dan saat respirasi
(dinamis). Inspeksi dada dilakukan untuk mencari :
1. Adanya deformitas/ asimetri bentuk dada. Adanya retraksi sela iga waktu
inspirasi.
2. Adanya ketinggalan gerak/ gangguan pergerakan napas pada satu atau kedua
sisi dada.
Inspeksi dada dalam keadaan statis/ saat
istirahat
• Saat istirahat kita perhatikan bentuk dada. Deformitas tulang belakang seperti kifosis dan
skoliosis atau adanya gibus dapat mengakibatkan perubahan bentuk dada. Adanya asimetri
bentuk rongga dada dapat menyebabkan timbulnya hipertensi pulmonal dalam jangka
panjang. Asimetri dada dapat diakibatkan oleh penyebab yang sama dengan penyebab ke-
lainan jantung (misalnya prolaps katup mitral, gangguan katup aorta pada sindroma Marfan
dan sebagainya) atau menjadi akibat dari adanya kelainan jantung akibat aktifitas jantung
yang mencolok semasa pertumbuhan.
• Contoh kelainan dada akibat penyakit kardiovaskuler misalnya Kifosis (tulang belakang
berdeviasi pada kurvatura lateral). Kondisi ini sering terjadi pada kelainan jantung, misalnya
ASD (Atrial Septal Defect) atau PDA (Patent Ductus Arteriosus). Sering disertai dengan
perubahan membusur ke belakang (kifoskoliosis), yang mempersempit rongga paru dan
merubah anatomi jantung.
Inspeksi dada dalam keadaan dinamis/
saat respirasi
• Pada saat respirasi kita menilai :
1. Asimetri gerakan dada. Normal, kedua sisi dada mengembang sama besar dan pada
waktu yang bersamaan. Kelambanan pengembangan atau keterlambatan gerak salah
satu sisi dada bisa terdapat pada kelainan efusi pleura unilateral, penebalan pleura
unilateral, tumor.
2. Retraksi dinding dada : di dada posterior, retraksi sela iga biasanya pada sela iga
bagian bawah.
3. Adanya gangguan respirasi ditandai dengan peningkatan frekuensi nafas, retraksi
dinding dada saat inspirasi (terutama sela iga bagian bawah dan supraklavikula),
adanya stridor atau wheezing, kontraksi berlebihan dari otot-otot pernafasan (otot
sternocleidomastodeus dan otot-otot respirasi aksesoria), pergeseran letak trakea, sianosis,
clubbing finger atau peningkatan diameter anteroposterior dinding dada.
PALPASI
• Perkusi pada dinding dada akan menggerakkan dinding dada dan jaringan di
bawahnya, menghasilkan suara yang dapat didengar dan getaran yang dapat
dirasakan. Perkusi membantu menentukan apakah jaringan di bawah dinding
dada berisi udara, cairan atau massa padat.
• Akan tetapi getaran perkusi hanya menembus dinding dada sedalam 5-7 cm
sehingga kurang membantu menentukan adanya lesi yang berada jauh di
bawah rongga dada.
• Berikut ini adalah cara melakukan perkusi untuk pemeriksa yang tidak kidal (Gambar 3a, 3b,
3c) :
• Pemeriksa duduk di samping-belakang pasien.
• Hiperekstensi jari tengah tangan kiri, sendi interphalangeal distal ditekankan pada permukaan dada
dengan lembut. Jari yang lain dan bagian lain dari telapak tangan tidak boleh menyentuh permukaan
perkusi.
3 a) 3 b) 3c)
• Posisikan telapak tangan kanan agak dekat ke permukaan. Jari tengah dalam keadaan fleksi
sebagian, relaksasi dan siap untuk mengetuk.
• Ketukkan distal jari tengah tangan kanan ke arah sendi interphalangeal distal tangan kiri
dengan gerakan cepat tapi rileks. Dengan demikian, kita mencoba untuk mentransmisikan
getaran melalui tulang sendi ke dinding dada. Ketuklah dengan menggunakan ujung jari dan
bukan badan jari. Gerakan pergelangan tangan bertumpu pada sendi pergelangan tangan
kanan.
• Tarik tangan sesegera mungkin untuk menghindari tumpukan getaran yang telah diberikan.
• Lakukan perkusi secara beraturan, bandingkan antara kanan dan kiri (gambar 10). Lakukan 2
kali ketukan di tiap-tiap titik perkusi.
• Kenali jenis-jenis suara perkusi (tabel 1).
• Bila suara perkusi yang terdengar kurang keras, tambahkan tekanan pada sendi
interphalangeal distal yang menempel di dada pasien.
• Perkusi paru normal adalah sonor karena jaringan paru yang mengandung udara. Suara
perkusi menjadi pekak atau redup bila jaringan paru normal terisi oleh konsolidasi
(campuran antara cairan dan sel darah) seperti pada pneumonia; digantikan oleh
jaringan padat (fibrosis pleura/ paru, tumor) atau terdapat cairan yang menempati
cavum pleura, dapat berupa cairan serosa (efusi pleura), darah (hematothoraks) atau pus
(empiema).
• Identifikasi lokasi atau area yang perkusinya abnormal.
Lokasi Perkusi di Dinding Dada Posterior
Intensitas relatif Pitch relatif Durasi relatif Contoh lokasi Contoh kelainan
Resonansi/ Sonor Keras Rendah Panjang Paru normal Bronkitis kronis sederhana
Emfisema, Pneumo-toraks,
Hipersonor Sangat keras Lebih rendah Lebih panjang Tidak ada
Asma
• Level peranjakan diafragma yang lebih dari normal menunjukkan kemungkinan efusi pleura
atau diafragma letak tinggi akibat atelektasis atau paralisis diafragma.
AUSKULTASI
• Auskultasi paru merupakan pemeriksaan yang paling penting untuk menilai aliran udara
melalui tracheobronchial tree. Membandingkan auskultasi daerah yang simetris adalah salah satu
cara yang baik pada auskultasi.
• Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
• Mendengarkan suara napas.
• Perhatikan pola suara napas berdasarkan intensitas, nada dan durasinya selama fase inspirasi
dan ekspirasi. Karakteristik suara napas normal ditampilkan di tabel 2.
• Dengarkan menggunakan stetoskop. Pasien diminta untuk bernapas dalam. Auskultasi
dilakukan dengan pola seperti perkusi supaya dapat membandingkan area secara simetris.
Dengarkan minimal satu siklus inspirasi dan ekspirasi di satu titik auskultasi. Bila suara yang
terdengar kurang jelas, minta pasien untuk bernapas lebih dalam. Dengarkan intensitas, nada
dan durasinya selama inspirasi dan ekspirasi; perhatikan apakah suara napas terdistribusi di
seluruh lapang paru ataukah terdengar di lokasi yang jauh dari lokasi normalnya .
• Suara bronkovesikuler mungkin dapat terdengar di atas saluran napas besar
khususnya pada sisi kanan. Bila suara bronkial atau bronkovesikuler terdengar di
lokasi yang jauh dari lokasi normalnya, kemungkinan terjadi penggantian jaringan
paru yang berisi udara dengan cairan atau jaringan padat.
• Intensitas suara napas biasanya lebih keras di lapang paru posterior bawah.
Intensitas suara napas dapat menurun pada orang normal dengan dinding dada yang
tebal; jika aliran udara menurun (misalnya pada penyakit paru obstruktif atau
kelemahan otot) atau terdapat gangguan transmisi suara (misalnya karena efusi
pleura, pneumotoraks atau emfisema).
Durasi Bunyi Intensitas Suara Pitch Suara Lokasi Normal
Ekspirasi Ekspirasi
Vesikular Suara inspirasi lebih lama Lembut Relatif rendah Kebanyakan di
dibanding ekspirasi kedua lapangan
paru
Bronko Suara inspirasi dan Intermediate Intermediate Umumnya pada
Vesikuler ekspirasi ekual sela iga 2 dan 3
anterior dan di
antara skapula
Bronkial Suara ekspirasi lebih lama Keras Relatif tinggi Di atas
dibanding inspirasi manubrium
Trakeal Suara inspirasi dan Sangat keras Relatif tinggi Di atas trakea dan
ekspirasi seimbang leher
PEMERIKSAAN DADA ANTERIOR
• INSPEKSI
• Inspeksi dada anterior juga dilakukan saat istirahat (statis) dan saat respirasi (dinamis).
• Inspeksi dada anterior dalam keadaan istirahat/ statis
• Bentuk dada normal apabila didapatkan diameter lateral (samping) lebih besar daripada
diameter anteroposterior (depan belakang).
• Kelainan bentuk dinding dada dapat berupa :
• Pektus karinatus (pigeon breast) : dada berbentuk dada burung dengan penonjolan sternum ke
depan, dengan penyempitan rongga toraks. Sering terjadi pada sindroma Marfan.
• Pektus ekskavatus (funnel breast) : dada berbentuk cerobong, kebalikan dari pektus karinatus,
dimana bagian bawah sternum dan iga tertarik mendekati vertebra. Dapat disebabkan karena
pekerjaan (misalnya tukang sepatu), pemakaian kemben atau pada sindrom Marfan.
• Barrel chest : dada berbentuk tong, biasanya karena emfisema pulmonum atau karena kifosis
senilis (perubahan rangka yang menyertai proses penuaan). Perlu diketahui bahwa bentuk
dada ini normal pada anak – anak.
• Voussure cardiaque :penonjolan bagian depan hemitoraks kiri. Keadaan ini hampir selalu ter-
dapat pada kelainan jantung bawaan atau karena demam rematik, terutama berkaitan dengan
aktifitas jantung yang berlebihan pada masa pertumbuhan.
• Inspeksi juga berguna untuk mencari iktus kordis (punctum maximum). Pada sebagian orang
normal (20-25%) dapat dilihat pulsus gerakan apeks menyentuh dinding dada saat sistolik
pada sela iga 5 di sebelah medial linea midklavikularis sinistra.
Inspeksi dada dalam keadaan dinamis/
saat respirasi
Fremitus umumnya menurun atau menghilang di atas prekordium dan di bawah diafragma. Apabila
pemeriksaan ini dilakukan pada perempuan, geser payudara dengan perlahan apabila diperlukan.
Lokasi Pemeriksaan Fremitus Taktil di Dada Anterior
PERKUSI
• Perkusi paru
• Lakukan perkusi secara beraturan pada dada anterior dan lateral, dan bandingkan antara
kanan dan kiri.
• Identifikasi lokasi atau area yang perkusinya abnormal. Jika jaringan paru atau kavum
pleura normal digantikan oleh massa padat atau terisi cairan, suara sonor akan berubah
menjadi redup. Karena cairan selalu berada di tempat terbawah dari kavum pleura (di
posterior bila pasien berbaring), maka hanya efusi masif yang terdeteksi pada perkusi
dada anterior.
Lokasi Perkusi di Dinding Dada Anterior
• Pada perempuan, untuk meningkatkan perkusi, geser payudara dengan perlahan dengan
tangan kiri ketika anda memeriksa sebelah kanan.
• Alternatif lain anda bisa meminta pasien untuk menggeser sendiri payudaranya.
• Perkusi berguna untuk menetapkan batas jantung, terutama pada pembesaran jantung. Perkusi batas
kiri redam jantung (LBCD - left border of cardiac dullness) dilakukan dari lateral ke medial dimulai dari sela
iga 5, 4 dan 3.
• LBCD terdapat kurang lebih 1-2 cm di sebelah medial linea midklavikularis kiri dan bergeser 1 cm ke
medial pada sela iga 4 dan 3.
• Batas kanan redam jantung (RBCD - right border of cardiac dullness) dilakukan dengan perkusi bagian
lateral kanan dari sternum. Pada keadaan normal RBCD akan berada di medial batas dalam sternum.
Kepekakan RBCD diluar batas kanan sternum mencerminkan adanya bagian jantung yang membesar
atau bergeser ke kanan. Penentuan adanya pembesaran jantung harus ditentukan dari RBCD maupun
LBCD.
• Kepekakan di daerah dibawah sternum(retrosternal dullness) biasanya mempunyai lebar kurang lebih 6 cm
pada orang dewasa. Jika lebih lebar, harus dipikirkan kemungkinan adanya massa retrosternal. Pada
wanita, kesulitan akan terjadi dengan mammae yang besar, dalam hal ini perkusi dilakukan setelah
menyingkirkan kelenjar mammae dari area perkusi dengan bantuan tangan pasien.
AUSKULTASI