Multi Akad

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

MULTI AKAD

(AQAD MURAKKAB)
PENGERTIAN MULTI AKAD

 Istilah Multi Akad adalah


terjemahan bahasa Indonesia
dari istilah-istilah aslinya dlm
bahasa Arab, yaitu :
 (1) al ‘uqud al murakkabah
 (2) al ‘uqud al maliyah al
murakkabah
 (3) al jam’u bayna al ‘uqud
 (4) damju al ‘uqud
PENGERTIAN MULTI AKAD
 (1) Istilah al ‘uqud al murakkabah,
digunakan oleh Nazih Hammad (Al-’Uqud Al-
Murakkabah fi al-Fiqh al-Islami, hal. 7)
 (2) Istilah al ‘uqud al maliyah al
murakkabah, digunakan oleh Abdullah al-
’Imrani (Al-Uqud al-Maliyah al-
Murakkabah, hal. 46).
 (3) Istilah al jam’u bayna al ‘uqud
digunakan oleh AAOIFI (Al Maa’yir Al
Syar’iyyah / Shariah Standards, edisi 2010,
hlm. 347).
 (4) Istilah damju al ‘uqud digunakan oleh
Ismail Syandi (Al Musyarakah Al
Mutanaqishah, hlm. 17-18).
PENGERTIAN MULTI AKAD
 Istilah Multi Akad menurut penggagasnya
adalah kesepakatan dua pihak untuk
melaksanakan suatu muamalah yang meliputi
dua akad atau lebih, misalnya akad jual-beli
dengan ijarah, akad jual beli dengan hibah dst,
sedemikian sehingga semua akibat hukum dari
akad-akad gabungan itu, serta semua hak dan
kewajiban yang ditimbulkannya, dianggap satu
kesatuan yang tak dapat dipisah-pisahkan,
yang sama kedudukannya dengan akibat-
akibat hukum dari satu akad.
 (Lihat : Nazih Hammad, Al-’Uqud Al-Murakkabah
fi al-Fiqh al-Islami, hal. 7; Abdullah al-’Imrani, Al-
Uqud al-Maliyah al-Murakkabah, hal. 46).
CONTOH APLIKATIF MULTI
AKAD
 Aplikasinya dalam bank syariah misalnya akad
Murabahah lil Aamir bi asy-Syira` (Murabahah KPP
[Kepada Pemesan Pembelian]/Deferred Payment
Sale).
 Akad ini melibatkan tiga pihak, yaitu pembeli,
lembaga keuangan, dan penjual.
 Prosesnya : (1) pembeli (nasabah) memohon lembaga
keuangan membeli barang, mis sepeda motor
 (2) lalu lembaga keuangan membeli barang dari
penjual (dealer motor) secara kontan,
 (3) lalu lembaga keuangan menjual lagi barang itu
kepada pembeli dengan harga lebih tinggi, baik secara
kontan, angsuran, atau bertempo.
 (Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek,
hal.107; Ayid Sya’rawi, Al-Masharif al-Islamiyah, hal.
412).
CONTOH APLIKATIF MULTI
AKAD
 Catatan :
 Akad ini tidak sama persis dengan akad
Murabahah yang asli, yaitu jual beli pada
harga modal (pokok) dengan tambahan
keuntungan yang diketahui dan
disepakati oleh penjual dan pembeli.
 Jadi dalam Murabahah asli hanya ada 2
pihak, sedang Murabahah di bank
syariah ada 3 pihak.
 (Shalah Ash-Shawi & Abdullah Mushlih, Maa Laa
Yasa'u At-Tajiru Jahlahu, hal. 77; Abdur Rouf
Hamzah, Al-Bai' fi Al-Fiqh Al-Islami, hal. 15; Ayid
Sya’rawi, Al-Masharif al-Islamiyah, hal. 399 dst).
HUKUM MULTI AKAD
 Terdapat khilafiyah (perbeda pendapat) di
kalangan ulama mengenai boleh tidaknya
multi akad.
 (1) Pendapat pertama, membolehkan.
 Pendapat Imam Asy-hab (mazhab Maliki)
(Hithab, Tahrirul Kalam fi Masail Al
Iltizam, hlm. 353).
 Pendapat Ibnu Taimiyah (mazhab
Hambali) (Ibnu Taimiyah, Majmu’ul
Fatawa, 29/132).
 Pendapat At Tasuli, dalam Al Bahjah,
2/14).
HUKUM MULTI AKAD
 Dalil pendapat pertama, antara lain
kaidah fiqih :

‫ األصل في المعامالت اإلباحة إال أن يدل دليل على تحريمها‬


 “Hukum asal muamalah adalah boleh,
kecuali ada dalil yang menunjukkan
keharamannya.”
 Berdasarkan kaidah ini,
penggabungan dua akad atau lebih
dibolehkan karena tidak dalil yang
melarangnya.
HUKUM MULTI AKAD
 (2) Pendapat kedua, mengharamkannya.
Ini pendapat jumhur (mayoritas) ulama.
 Pendapat para ulama mazhab Hanafi
(lihat Imam Al Marghinani, Al Hidayah,
3/53)
 Satu versi pendapat (riwayat) dari
mazhab Maliki (Hithab, Tahrirul Kalam
fi Masail Al Iltizam, hlm. 353).
 Satu versi pendapat (riwayat) dari dua
pendapat para ulama mazhab Hambali
(Ibnu Muflih, Al-Mubdi’, 5/54).
HUKUM MULTI AKAD
 Dalil pendapat kedua : hadis-hadis yang
melarang dua syarat/akad.
 (1) Hadis Hakim bin Hizam RA, dia berkata :
‫ عن أربع خصال‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬-‫ نهاني رسول هللا‬
‫ وبيع ما‬،‫ وشرطين في بيع‬،‫ عن سلف وبيع‬: ‫في البيع‬
‫ وربح ما لم تضمن‬،‫ليس عندك‬
 ”Nabi SAW telah melarangku dari empat macam
jual beli, yaitu (1) menggabungkan salaf dan jual
beli, (2) dua syarat dalam satu jual beli, (3)
menjual apa yang tidak ada di sisimu, (4)
mengambil laba dari apa yang kamu tak
menjamin [kerugiannya]” (HR Thabrani)
HUKUM MULTI AKAD
 (2) Hadis bahwa Nabi SAW :
‫ نهى عن بيعتين في بيعة‬
 ”Nabi SAW telah melarang adanya dua
jual beli dalam satu jual beli.” (HR
Tirmidzi, hadis sahih)
 (3) Hadis bahwa Nabi SAW bersabda :
‫ وال شرطان في بيع‬،‫ ال يحل سلف وبيع‬
 “Tidak halal menggabungkan salaf dan
jual beli, juga tak halal adanya dua syarat
dalam satu jual beli.” (HR Abu Dawud,
hadis hasan sahih)
HUKUM MULTI AKAD
 (4) Hadis Ibnu Mas’ud RA bahwa :
‫ نهى عن صفقتين في صفقة واحدة‬
 ”Nabi SAW telah melarang dua
kesepakatan [akad] dalam satu
kesepakatan [akad].” (HR Ahmad, hadis
sahih)
 Hadis-hadis di atas telah melarang
penggabungan (ijtima’) lebih dari satu
akad ke dalam satu akad.
 (Lihat : Ismail Syandi, Musyarakah
Mutanaqishah, hlm. 19; Taqiyuddin Nabhani,
Syakhshiyah Islamiyah, 2/308).
TARJIH

 Dari dua pendapat di atas,


pendapat yang kuat (rajih) adalah
pendapat kedua, yaitu yang
mengharamkan multi akad.
 Alasan pentarjihan :
 Pertama, dalil-dalil hadis yang
ada dengan jelas telah melarang
penggabungan dua akad atau
lebih ke dalam satu akad.
TARJIH
 Di antaranya adalah hadis Ibnu Mas’ud RA :
‫ نهى عن صفقتين في صفقة واحدة‬
 ”Nabi SAW telah melarang dua kesepakatan
[akad] dalam satu kesepakatan [akad].” (HR
Ahmad, hadis sahih)
 Imam Taqiyuddin An Nabhani, menjelaskan
bahwa dua kesepakatan dalam satu
kesepakatan (shafqataini fi shafqah wahidah)
dalam hadis itu, artinya adalah adanya dua
akad dalam satu akad. Misal menggabungkan
dua akad jual beli menjadi satu akad, atau
akad jual beli digabung dengan akad ijarah.
(al-Syakhshiyah al-Islamiyah, II/308).
TARJIH
Kedua, kaidah fiqih yang dipakai
pendapat yang tidak mengharamkan,
yaitu al-ashlu fi al-muamalat al-ibahah
tidak tepat.

Karena ditinjau dari asal usul kaidah itu,


kaidah fiqih tersebut sebenarnya cabang
dari (atau lahir dari) kaidah fiqih lain
yaitu :

‫األصل في األشياء اإلباحة ما لم يرد دليل التحريم‬

“Hukum asal segala sesuatu adalah boleh


selama tak ada dalil yang
mengharamkan.”
TARJIH
Padahal kaidah fiqih tersebut (al-ashlu
fi al-asy-ya` al-ibahah), hanya berlaku
untuk benda (materi), tidak dapat
diberlakukan pada muamalah (sebab
muamalah bukan benda, melainkan
aktivitas manusia).

Mengapa dikatakan bahwa kaidah


tersebut hanya berlaku untuk benda?

Sebab nash-nash yang mendasari kaidah


al-ashlu fi al-asy-ya` al-ibahah (misal
QS Al-Baqarah:29) berbicara tentang
hukum benda (materi), bukan tentang
mu’amalah.
TARJIH
Ketiga, kaidah fiqih al ashlu fil
muamalat al ibahah juga bertentangan
dengan nash syara’ sehingga tidak boleh
diamalkan.

Nash syara’ yang dimaksud adalah


hadits-hadis Nabi SAW yg menunjukkan
bahwa para sahabat selalu bertanya
lebih dahulu kepada Rasulullah SAW
dalam muamalah mereka.

Andaikata hukum asal muamalah itu


boleh, tentu para shahabat akan lagsung
beramal, dan TAK PERLU bertanya
kepada Rasulullah SAW.
TARJIH
Sebagai contoh, perhatikan hadits yg
menunjukkan sahabat bertanya kepada
Rasulullah SAW dalam masalah muamalah
sbb :

‫عن حكيم بن حزام رضي هللا عنه أنه قال قلت يا رسول هللا‬
: ‫إني أشتري بيوعاً فما يحل لي منها وما يحرم عَلي قال‬
‫فإذا اشتريت بيعاً فال تبعه حتى تقبضه‬
Dari Hakim bin Hizam RA, dia berkata,”Aku
bertanya,’Wahai Rasulullah SAW, sesungguhnya aku
banyak melakukan jual beli, apa yang halal bagiku
dan yang haram bagiku?’ Rasulullah SAW
menjawab,’Jika kamu membeli suatu barang, jangan
kamu menjualnya lagi hingga kamu menerima
barang itu.” (HR Ahmad).
KESIMPULAN
(1) Multi akad merupakan
masalah khilafiyah. Ada
sebagian ulama
membolehkannya, sedang
jumhur (mayoritas) ulama
mengharamkannya.

(2) Pendapat yang rajih (kuat)


adalah pendapat jumhur ulama
yang mengharamkan multi
akad. Wallahu a’lam.
INSYA ALLAH
WASSALAM

Anda mungkin juga menyukai