Ujian Skripsi PNEUMONIA VONNI (Autosaved)
Ujian Skripsi PNEUMONIA VONNI (Autosaved)
Ujian Skripsi PNEUMONIA VONNI (Autosaved)
15/377415/FA/10383
LATAR TINJAUAN METODE HASIL DAN
BELAKANG PUSTAKA PENELITIAN PEMBAHASAN
Latar Belakang
Pneumonia
Hospital Acquired Pneumonia (HAP)
- Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
- Healthcare Associated Pneumonia (HCAP)
Patogen penyebab pneumonia
CAP HAP
Bakteri Gram (+) Bakteri Gram (-)
Spektrum bakteri
penyebab infeksi
Pemilihan
Antibiotik
Pola kepekaan/Sensitivitas
terhadap antibiotik
Pasien dewasa di bangsal rawat inap berusia Data rekam medik yang tidak lengkap.
>18 tahun.
Pasien dengan diagnosis utama pneumonia. Pasien dengan penyakit infeksi lain.
01 02 03 04
Rekam medis Lembar pengumpul Pedoman Antibogram RSA
pasien pneumonia data tatalaksana terapi UGM periode Januari
di bangsal dewasa pneumonia RSA 2018 – Juni 2018
RSA UGM UGM 2015
Yogyakarta periode
Januari 2017 – Juni
2018
F. Besar Sampel dan Teknik Sampling
Usia
60 52.6 Kebiasaan merokok
50
40 Ya
60,8% 39,2% 30.9
Persentase
30 32%
20 13.4
Jenis Kelamin 10
3.1
0
Tidak
Pasien yang >18-34 >34-50 >50-65 >65
68%
terdiagnosis Tahun
pneumonia di RSU
PKU Muhammadiyah Usia >65 tahun 51 pasien (52,6%) 31 (32%) pasien berjenis
Bantul pada 2016 lebih kelamin laki-laki
banyak laki-laki yaitu Data dari profil kesehatan Indonesia pada 6 pasien memiliki riwayat
58% (Riska, 2016) tahun 2015, populasi yang rentan terserang penyakit asma
pneumonia adalah anak berusia <2 tahun dan
usia lanjut >65 tahun (Kementerian Kesehatan RI,
2016).
Karakteristik Demografi Pasien
Pekerjaan
Dan lain-lain
Tidak Bekerja
Mahasiswa/Pelajar
Swasta
Wiraswasta/Pedagang
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Petani/Nelayan
Buruh
0 5 10 15 20 25 30
Persentase
Jaminan Kesehatan
Riwayat Penyakit asma dapat meningkatkan risiko terjadinya pneumonia komunitas hingga 4 kali
lipat (Almira et al., 2015)
DM dapat menurunkan imunitas pasien secara umum yang membuat infeksi menjadi lebih mudah
terjadi serta lebih sulit ditangani (Pitaloka dan Wibisono, 2015).
Karakteristik Penyakit Pasien
Lama Rawat Inap
5.20%
Rata-rata±SD = 4,8±0,9 hari
1 kali 2 kali
Obat Non-Antibiotik;
73.40% Obat Antibiotik
Seftriakson 21 21,7
Seftazidim 3 3,1
Meropenem 2 2,1
Antibiotik Tunggal Sefuroksim 1 1,0
Sefoperazon 1 1,0
Levofloksasin 1 1,0
Co-amoksiklav 1 1,0
Seftriakson+Azitromisin 30 30,9
Sefuroksim+Azitromisin 7 7,3
Seftriakson+Levofloksasin 4 4,2
Seftazidim+Siprofloksasin 2 2,1
Seftazidim+Azitromisin 2 2,1
Meropenem+Azitromisin 1 1,0
Antibiotik Kombinasi Seftriakson+Siprofloksasin 1 1,0
Siprofloksasin+Azitromisin 1 1,0
Seftazidim+Levofloksasin 1 1,0
Sefoperazon+Azitromisin 1 1,0
Sefoperazon sulbaktam+Azitromisin 1 1,0
Sefuroksim+Levofloksasin 1 1,0
Pola Penggunaan Antibiotik Empirik
Pergantian
Sefuroksim+Levofloksasin 5 Meropenem 1 1,0
Azitromisin+MeropenemLevofloksasin
Sefotaksim 6 1 1,0
+Gentamisin
Kesesuaian Penggunaan Antibiotik Empirik
Total (n)
Kesesuaian
Sesuai Tidak Sesuai
Jenis 48 49 Kesesuaian Jenis, Rute,
Rute 48 49 Dosis, Frekuensi dan
Durasi 42 pasien
Dosis 47 50
Frekuensi 42 55 (43,3%)
Durasi 42 55
Pedoman RSA UGM untuk pasien rawat inap non ICU yaitu pemberian Sefalosporin generasi ke 2 atau 3 atau
Betalaktam dan penghambat betalaktamase+Makrolida atau Flurokuinolon saja
Pedoman RSA UGM untuk pasien rawat inap ICU yaitu pemberian Sefalosporin generasi ke 3 dengan aktivitas
antipseudomonas atau Betalaktam dan penghambat betalaktamase+Makrolida atau Flurokuinolon
Durasi pemberian antibiotik empirik adalah dalam jangka waktu 48-72 jam. Selanjutnya perlu dilakukan
evaluasi pada pasien berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta data penunjang lainnya
(Kemenkes RI, 2011).
Outcome Terapi Pasien
Persentase perbaikan tanda-tanda vital mencapai batas normal pada HR, T, RR,
SpO2 dan tidak batuk/batuk berkurang secara berturut-turut adalah sebagai
berikut: 20,6%; 15,5%; 56,7%; 34,0%; dan 50,5%
Outcome Terapi Pasien
Rata-rata perbaikan nilai TTV pada pasien dengan TTV tidak normal
saat pre-terapi dan TTV mencapai batas normal saat post-terapi
Tanda-tanda vital Pre terapi Post terapi Parameter
Tanda-tanda vital
HR (kali/menit) 118 86 normal
T/Suhu Badan (˚C) 38,3 36,3 HR (kali/menit) 600-100
RR (kali/menit) 28,9 20,1 T/Suhu Badan (˚C) 35-37,8
SpO2 (%) 87,8 98,1 RR (kali/menit) 12-22
SpO2 (%) >95
Jenis Bakteri Jumlah Kuman (n) Antibiotik Jumlah isolat (n)* % Sensitivitas
Ampisilin 0/12 0
sefuroksim adalah 0%.
Sefuroksim 0/1 0
Levofloksasin 0/1 0
Pasien kode 31 usia 43 tahun dirawat di bangsal Bima (bangsal dewasa) pada 7 November 2017. Hasil
pemeriksaan kultur sputum adalah bakteri Pseudomonas aeruginosa. Pasien mendapatkan terapi
antibiotik seftazidim selama 7 hari. Pasien memiliki riyawat penyakit tonsillitis dan tidak ada penyakit
penyerta saat menjalani rawat inap. Setelah menjalani rawat inap selama 7 hari status keluar rumah
sakit pasien adalah membaik.
Keterbatasan Penelitian
1. Evaluasi kesesuaian antibiotik empiris pada penelitian ini mengalami keterbatasan karena pedoman
tatalaksana pneumonia dewasa di RSA UGM hanya mencantumkan jenis antibiotik, sehingga perlu
tambahan literatur lain yaitu DIH.
2. Penelitian dilakukan secara retrospektif sehingga tidak diketahui alasan pemilihan dan pergantian
antibiotik pada pasien.
3. Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium secara lengkap pada semua pasien, pemeriksaan
laboratorium hanya pada hari pertama saat pasien masuk RS, dan tidak ada pemeriksaan kultur
bakteri pada pasien.
Kesimpulan
Kejadian pneumonia paling banyak terjadi pada usia >65 tahun sebanyak 51 pasien (52,6%). Jenis antibiotik
yang paling banyak digunakan adalah seftriakson dan diikuti oleh azitromisin. Pola penggunaan antibiotik
empirik tertinggi selama rawat inap adalah pemberian antibiotik kombinasi seftriakson+azitromisin sebanyak 30
pasien (30,9%).
Kesesuaian penggunaan antibiotik empirik pada pasien pneumonia di bangsal dewasa RSA UGM menunjukkan
bahwa pasien yang diberikan antibiotik sesuai terhadap pedoman sebesar 42 pasien (43,3%).
Outcome terapi berdasarkan status keluar pasien terdapat 83 pasien (85,6%) sembuh dan membaik.
Berdasarkan tanda – tanda vital, persentase perbaikan tanda – tanda vital mencapai batas normal pada HR, T,
RR, SpO2 dan tidak batuk/batuk berkurang secara berturut – turut adalah sebagai berikut: 20,6%; 15,5%; 56,7%;
34,0%; dan 50,5%.
Bakteri/kuman patogen terbanyak dari 55 sampel yang tumbuh adalah bakteri gram-positif yaitu
Staphylococcus aureus yang memiliki sensitivitas 100% terhadap linezolid, vankomisin, amikasin dan tobramisin
diikuti oleh Bakteri gram-negatif Escherichia coli yang memiliki sensitivitas 100% terhadap amikasin,
meropenem, dan nitrofurantoin.
Saran
1. Perlu dilakukan pembaruan terhadap pedoman tatalaksana pneumonia pada dewasa di RSA UGM
tahun 2015 agar lebih terperinci mengenai dosis, frekuensi, durasi antibiotik.
2. Diperlukan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan kultur bakteri setiap pasien pneumonia
3. Perlu dilakukan penelitian secara prospektif agar didapatkan informasi secara lebih lengkap, dan bisa