Displasia Abomasum

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

DISPLASIA ABOMASUM

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Chintya Octaviana (1802101010162)
Miftahul Husnaini (1802101010156)
Esty Widy Astuti (1802101010060)
Putri Utami (1802101010063)
Arum Firdayanti (1802101010070)
Khofivah Satria Yusril (1802101010146)
Afifah Sahara (1802101010110)
Nurazizah (1802101010093)
Andika TriHadi (1802101010105)

KELOMPOK 2
TOPIK
1 Pengertian Displasia Abomasum

2 Etiologi

3 Patogenesis

Gejala Klinis, Diagnosa Dan


4 Diagnosa banding

5 Pencegahan dan Pengobatan


Pengertian Displasia Abomasum
Displasia abomasum adalah kesalahan letak atau terpuntungnya abomasum
dan kedudukan normalnya di sebelah kanan terdesak berpindah ke sebelah k
iri. Kejadian paling banyak 80% terjadi dalam bulan pertama laktasi. Abomasu
m menjadi terisi gas, cairan atau keduanya, dan bergeser ke posisi abnormal.
Umumnya bergerak ke kiri dan ke depan, menempati posisi antara rumen dan
dinding perut kiri (Aksono, 2012).
Etiologi

Terjadinya salah letak dari posisi normal abomasum dapat disebabkan oleh
tingginya proporsi asupan konsentrat kering (bijian campur) dan rendah aka
n serat kasar, stress fisik misalnya lantai licin dan masalah ikutan skunder
misalna pada sapi menderita ketosis. Selama masa akhir kebuntingan dan
setelah melahirkan, sapi berpotensi meningkat resiko kemungkinan untuk t
erjadi masalah. Proporsi tubuh sapi yang tambun diperkirakan juga berpera
n dalam menyebabkan DAK (Displasia Abomasum Kiri) karna terdapat ruan
g lebih besar untuk terjadinya pergeseran gerak abomasum dari posisi nor
malnya (Aksono, 2012).
Ilustrasi posisi abomasum
normal dan abnormal keti
ka terjadi Displasia Abom
asum

Pemberian diet tinggi K pada masa kering sel


ama 2 sampai 3 minggu sebelum melahirkan dapat m
engakibatkan displasia abomasum serta gangguan ute
rus (Yanuarto et al., 2016).
Patogenesis

Faktor predisposisi terjadinya displasia abomasum adalah atoni a


bomasum, mungkin akibat makanan penguat terlalu banyak dan
adanya kepekaan herediter untuk terjadinya displasia. Kausa mek
anis yang dapat menyebabkan displasia abomasum adalah uteru
s gravid yang mengangkat rumen dari dasar abdomen dan bersa
maan dengan itu mendorong abomasum ke kranial dan ke kiri. Sa
pi yang aktif dalam masa berahi mempermudah terjadinya suatu
displasia.
Displasia abomasum dapat diterapi dengan cara opera
si, tetapi operasi dysplasia abomasums dapat menyebabkan beb
erapa komplikasi, antara lain peritonitis, selulitis, eviserasi aboma
sum, dan obstruksi intestinal
Gejala klinis
- Pada stadium awal tidak terdeteksi
- Anoreksia. tidak mau makan biji bijian, tetapi masih mau makan rumput.
- Temperatur, pulsus, respirasi normal
- Dalam kondisi lanjut terjadi penurunan BB, dehidrasi
- penurunan produksi susu bahkan sampai agalaktia
- mengalami ketosis sekunder
- jika disertai diare prognosis lebih jelek dibandingkan dengan feses yang kering/normal
- sebagian besar mengalami metabolik alkalosis, tetapi bisa juga metabolik asidosis atau
kondisi asam basa tubuh normal
- serum kalsium pada batas bawah
- magnesium dan fosfor sedikit meningkat atau normal
- glukosa darah turun kadang meningkat atau bahkan normal
- ketonemia
- 50% penderita metabolik alkalosis mengalami asiduria paradoks (Triakoso, 2019).
Diagnosa
Terdapat dua diagnosa yaitu :

a. Diagnosa Left Displasia Abomasum


Dilakukan dengan auskultasi dan perkusi pa
da daerah kiri abdomen, kemudian ditemuk
annya suara “ping”. Pemeriksaan laboratori
um tidak menjadi prioritas namun cukup me
mbantu terutama pada kondisi tidak adanya
“ping” pada abdomen kiri. Liptak test denga
n melakukan aspirasi cairan pada daerah ve
ntral lokasi “ping”. Jika ph cairan tersebut ku
rang dari 5 dan tidak ada protozoa maka bis
a dipastikan viscus tersebut adalah abomas
um. Jika ph cairan lebih dari 6 bisa dipastika
n cairan tersebut berasal dari rumen.
Diagnosa banding
Jarang sebuah LDA dapat hadir ya
ng tidak ping pada perkusi atau mungkin m
elakukan inkonsis abomasum penuh gas, ke
tika dikal, dengan memberikan “ping” yang
khas mirip dengan suara yang di dengar saa
t menjentikan jari seseorang terhadap tabun
g dalam yang dipompa. Jadi yang menjadi
diagnosa banding pada penyakit displasia a
bomasum yaitu terdapatnya bunyi ping pad
a daerah abdomen misalnya tymapani ( blo
at) abomasum ( Mc Arthur dan james, 2001
).
Pencegahan
Berikut beberapa tindakan pencegahan dis
pilasia abomasum yang dapat dilakukan :
1. Pemberian konsentrat harus dikurangi 2-4
minggu setelah melahirkan (masa awal la
ktasi)
2. Pemberian hijauan harus ditingkatkan. Ha
l ini agar rasio antara konsumsi konsentra
t dan hijauan tidak terlalu jauh
3. Hindari kegemukan sapi pada saat partus
, akan tetapi frekuensi pemberian hijauan
dilakukan sesering mungkin
4. Berikan kesempatan bagi ternak untuk be
rjalan bebas di tempat yang lapang maup
un paddock
Pengobatan
• Penanganan / Pengobatan DA
 Konservatif
 Operasi
• Konservatif (Terapi Non Operasi)
• 1. Penggunaan cairan elektrolit intravena
• 2. Rolling Technique (penggulingan hewan)
• Tingkat keberhasilan rendah
• Kemungkinan untuk kambuh lagi
• Berbahaya untuk hewan bunting

• 3. Pemberian ion Kalsium (Ca)


• 4. Pemberian garam inggris
• 5. Pemberian multivitamin
• contoh: Vitol-140® 10 cc IM; Vit B kompleks 10 cc IM (
Tiap 100 ml mengandung Vit B1 250 mg
• 6. Injeksi sulpidon 10 cc IM sebagai analgesik (penahan rasa sa
kit) dan antipiretik (anti demam)
• 7. Laparoskopi dan Fiksasi
• Merupakan cara pengikatan abomasum denga
n dinding abdomen dari luar denganmembuat luban
g kecil menggunakan alat seperti trokar dan benang
yang deberi penahan

• Operasi
• Right paramedian abomasopexy;
• Right flank omentopexy
• Left flank abomasopexy
Teknik Operasi Right Flank Omentopexy pada kasus LDA

 Cukur rambut di daerah flank kanan (di sekitar tempat incisi) hingga bersih
 Lakukan anastesi lokal atau bisa juga dengan anastesi regional (metode L terbalik)
 Desinfeksi kulit disekitar tempat incisi menggunakan alkohol dan povidon secara bergantian dan dila
kukan melingkar dari tengah ke samping luar, pasang kain penutup operasi
 Incisi daerah flank kanan sekitar 15-20 cm hingga memotong kulit, muskulus dan peritoneum
 Eksplorasi rongga abdomen dengan tangan kiri, identifikasi posisi abomasums kemudian lakukan p
engeluaran gas dengan menggunakan jarum yang dihubungkan dengan selang (hati-hati
saat memegang ujung jarum, jangan sampai menusuk organ lain).
 Ujung selang masukkan kedalam air untuk mendeteksi adanya gas yang keluar. Lakukan pengeluar
an gas semaksimal mungkin.
 Setelah gas dikeluarkan, jarum di tarik keluar,
 Lakukan reposisi abomasum
• Sumber ; Mamuti, D., Lika, E., Gjino, P., dan Doko, M. (2008). The study of displacement of the ab
omasum in the region of Tetovo – Macedonia. European Scientific Journal, 8(27): 177-188.
 Cari pylorus dan omentum, pilih bagian omentum yang
tebal kira-kira 5-7 cm dorsal dan caudal dari pylorus ke
mudian jahitkan dengan dinding abdomen. Buatlah jahit
an pada dua titik. Apabila kurang yakin, lakukan penjahi
tan pada bagian pylorus (usahakan hanya menusuk pa
da bagian muskularis saja, dan gunakan benang nylon
monofilament)
 Masukkan cairan fisiologis+antibiotic kedalam rongga p
erut untuk menjaga kelembaban organ dan mencegah
infeksi
 Lakukan penutupan dinding perut (peritoneum-muskulu
s-kulit)
 Terapi dengan injeksi antibiotic selama 3 hari
Daftar Pustaka
Aksono, B.T. (2012). Budi Daya Sapi Perah Jilid II.
Airlangga University Press, Surabaya.
Triakoso, N. (2019). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Veteriner Ruminansia, Kuda, Babi. Surabaya, Airlan
gga University Press.
Yanuarto., Nururrozi, A., Soedarmanto., Indarjuliant
o., dan Purnamaningsih, H. (2016). Peran makromi
neral pada reproduksi ruminansia. Jurnal Sain Vete
riner, 34(2) : 155-158.
Thank you
Kelompok 2 Present

Anda mungkin juga menyukai