Bahan Ajar HK Perselisihan SMT 6

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 39

HUKUM PERSELISIHAN I

DAN
HUKUM PERSELISIHAN II
(HUKUM ANTAR WEWENANG)

Disusun Oleh :
Hj. Annie Myranika, SH., MH.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF
TANGERANG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Hukum Perselisihan Secara Umum
Pengertian Hukum Perselisihan secara umum adalah meliputi
Hukum Perselisihan I dan Hukum Perselisihan II yaitu :
1. Hukum Antar Waktu.
2. Hukum Antar Tempat.
3. Hukum Antar Golongan.
4. Hukum Antar Agama.
5. Hukum Antar Adat.
6. Hukum Antar Perdata Internasional.
7. Hukum Antar Wewenang.
Ruang lingkup Hukum Perselisihan berlatar belakang pada sejarahnya
terbagi dalam 2 (dua) yaitu :

1. Hukum Perselisihan I (Bersifat keperdataan)


yaitu mengatur hubungan-hubungan hukum antara kepentingan
perseorangan dengan sebagian dari kepentingan masyarakat. Hal
ini mencangkup (1 s/d 6) lihat atas.

2. Hukum Perselisihan II (Bersifat publik)


yaitu hubungan hukum yang mengatur kepentingan antara Negara
dengan Warganegaranya atau mengatur hubungan antara Negara
yang satu dengan yang lain. Hal ini mencangkup (7) lihat atas.
Istilah lain dari Hukum Perselisihan adalah :

CONFLICTENRECHT Bhs. Belanda

Sistim Eropa
Continental
COLLISIERECHT
CONFLITS DE LOIS Bhs. Prancis
DROIT CONFLICT

CONFLICT OF LAW Bhs. Inggris


Istilah lain Hukum Perselisihan menurut Gouw
Gioksiong (S. Gautama) sebagai berikut :

Hukum Antar tempat (HAT)


Hukum Antar Waktu (HAW)
1. HUKUM INTERN Hukum Antar Golongan (HAG)
Hukum Antar Adat.
Hukum Antar Agama.

2. HUKUM EKSTERN Hukum Perdata Internasional (HPI)


Definisi Hukum Perselisihan menurut Gouw Giok Siong

Keseluruhan Peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan hukum


yang menunjukan stelsel hukum apakah yang berlaku atau apakah
yang merupakan hukum jika hubungan-hubungan dan peristiwa antar
Warga Negara dalam 1 Negara memperlihatkan titik pertalian dengan
stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah hukum yang berbeda dalam
lingkungan kuasa waktu, tempat, pribadi dan soal.
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa perngertian Hukum
Perselisihan I dan Hukum Perselisihan II.
Hukum Antar Waktu (HAW)

Istilah lain dari Hukum Antar Waktu adalah Hukum Intertemporal,


Hukum Peralihan atau Hukum Transitoir.
Definisi Hukum Antar Waktu menurut Gouw Giok Siong :
Keseluruhan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan
Hukum yang menunjukan hukum manakah yang berlaku atau apakah
yang merupakan hukum jika hubungan-hubungan dan peristiwa-
peristiwa antar Warga Negara dalam satu Negara, dan satu tempat
memperlihatkan titik pertalian dengan stelsel-stesel dan kaidah-kaidah
hukum yang berbeda dalam lingkungan kuasa waktu dan soal.
Skema Hukum Antar Waktu :

W W
T T

P P
S S
Hukum Antar Tempat (HAT)
Istilah lain dari Hukum Antar Tempat adalah Hukum Interlokal
(Interlocal Recht) atau Hukum Antar Daerah (Hukum Antar Regio).
Sunarjaati lebih senang dengan menggunakan istilah Hukum Antar
Adat.
Definisi Hukum Antar Tempat menurut Gouw Giok Siong :
Keseluruhan Peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan hukum
yang menunjukan stelsel hukum manakah yang berlaku atau apakah
yang merupakan hukum, jika hubungan-hubungan dan peristiwa-
peristiwa antar Warga Negara dalam satu Negara dan satu Waktu
tertentu memperlihatkan titik pertalian dengan stelsel-stelsel dan
kaidah-kaidah hukum yang berbeda dalam lingkungan kuasa tempat
dan soal.
Skema Hukum Antar Tempat :

W W
T T
P P
S S
Cara menyelesaikan HAT (Hukum Antar Tempat) yaitu dengan cara
menggunakan kaidah-kaidah hukum dalam Hukum Perdata
Internasional (HPI) diantaranya :
1. Status Personil / Status Perdata seseorang.
2. Azaz tempat di jadikan titik taut sekunder.
Ad.1. Status Personil dalam HPI (Hukum Perdata Internasional) didasar
kan pada : - Kewarganegaraan.
- Domisili.
Status Personil dalam HAT (Hukum Antar Tempat) adalah kewenangan
dan kemampuan seseorang yang diberikan oleh Hukum.
Misalnya : A seorang pria Batak, maka A ditentukan oleh Hukum Adat
Bataknya. Sehingga kawinnya harus jujur dan para ahli warisnya
adalah Laki-laki.
Ad. 2. Azaz Tempat dijadikan titik taut sekunder.
Misalnya : A pria (Jawa) menikah dengan B Wanita (Padang) perkawinan
itu dilakukan di Padang. Maka perkawinan itu dilakukan secara Adat
Padang (Hukum Adat Padang). Jadi Hukum dimana perkawinan itu
dilangsungkan.
Hukum Antar Golongan (HAG)

Definisi Hukum Antar Golongan (HAG) menurut Gouw Giok


Siong / S. Gautama adalah :
Keseluruhan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan
Hukum yang menunjuk stelsel Hukum manakah yang berlaku
atau apakah yang merupakan hukum jika hubungan-hubungan
dan peristiwa-peristiwa antar Warganegara, dalam satu Negara,
satu Tempat dan satu Waktu tertentu. Memperlihatkan titik
pertalian dengan stelsel dan kaidah-kaidah hukum yang
berbeda dalam lingkungan kuasa pribadi dan soal.
Skema Hukum Antar Golongan:

W W
T T
P P

S S
Beberapa tahapan dalam menyelesaikan Hukum Antar
Golongan ini, yaitu :
Tahap 1 : Kita harus menanyakan subyek hukumnya
(Termasuk golongan penduduk mana ? Eropa, Timur Asing
atau Pribumi ?).
Tahap 2 : Mencari Obyeknya
(Menyangkut hal apa ? Perkawinan, Waris, Adopsi dll).
Tahap 3 : Harus dilihat apakah ada pilihan Hukum ?
(Dapat dilihat dari fakta dan suasana yang meliputi peristiwa
Hukum tersebut. Jadi harus dicari apakah ada peraturan /
Undang-undang yang mengatur secara khusus peristiwa
tersebut ?).
Tahap 4 : Bahan menentukan Hukum yang dipakai.
Dasar hukum dari Hukum Antar Golongan adalah Pasal 163 I.S. Jo Pasal
131 I.S. yaitu :
Pasal 163 I.S. yang membagi 3 golongan penduduk :
 Golongan Eropa / yang disamakan dengannya.
 Golongan Timur Asing, Cina dan Non Cina.
 Golongan Bumi Putra / Pribumi.

Pasal 131 I.S. yaitu Tentang pernyataan berlakunya hukum :


 Golongan I Hukum yang berlaku adalah : BW dan WVK
 Golongan II Hukum yang berlaku adalah : BW dan WVK
 Golongan Hukum yang berlaku adalah : Hukum Adat.
Setelah Indonesia merdeka dan berlaku UUD’45 kiranya Pasal 163 I.S. dan Pasal
131 I.S. tidak berlaku lagi, tetapi dapat di konversi lagi sebagai berikut :
 WNI keturunan Eropa
 WNI keturunan Cina / non Cina
 WNI Pribumi / Asli
Hubungan antara Hukum Antar Golongan (HAG)
dengan bidang Hukum lain :

A. Hubungan Hukum Antar Golongan (HAG) dengan Hukum Antar


Tempat (HAT).
B. Hubungan Hukum Antar Golongan (HAG) dengan Hukum Perdata
Internasional (HPI).
C. Hubungan Hukum Antar Golongan (HAG) dengan Perbandingan -
Hukum.
Sumber-sumber Hukum Antar Golongan
Seperti halnya hukum lain, HAG mempunyai 2 sumber hukum yaitu :
1. Hukum tertulis.
2. Hukum tidak tertulis.
Ad. 1. Sumber Hukum Tertulis HAG adalah :
a. Stb. 1898 No. 158 yaitu tentang kawin campuran / Gemengde
Huwelijken Regeling (GHR).
b. Stb. 1933 No. 74 yaitu HOCI (Huwelijksordonantie Christen
Indonesiers) yaitu tentang perkawinan antara orang-orang
Indonesia (asli) yang beragama kristen lainnya.
c. Stb. 1917 No. 12 yaitu tentang penundukan sukarela pada sistem
Hukum yang berlaku bagi orang-orang Eropa.
d. Pasal 275 BW Ayat (2); mengenai pengesahan terhadap seorang tidak sah
yang lahir dari Ibu (Indonesia) dan ayahnya yang tunduk pada sistem
Eropa.
e. Pasal 284 BW yaitu tentang pengakuan terhadap anak seperti halnya isi
Pasal 275 BW.
f. Pasal 1601 – 1663 BW yaitu tentang hubungan kerja antara majikan dan
buruh yang mana hubungan tersebut sebenarnya pekerjaan yang dikerja -
kan oleh orang-orang Eropa.

Ad. 2. Sumber Hukum HAG yang tidak tertulis :


a. Yurispridensi.
b. Akta Notaris.
c. Karangan para ahli Hukum.
Hukum Perdata Internasional (HPI)

Definisi Hukum Perdata Internasional (HPI) menurut Gouw Giok


Siong adalah :
keseluruhan Peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan yang
menunjukan Stelsel hukum manakah yang berlaku atau apakah yang
merupakan hukum, jika hubungan-hubungan dan peristiwa-peristiwa
antara Warga Negara pada waktu tertentu memperlihatkan titik
pertalian dengan Stelsel-Stelsel dan kaidah-kaidah hukum dari dua
atau lebih Negara, yang berbeda dalam lingkungan kuasa tempat,
pribadi dan soal.
Skema Hukum Perdata Internasional :

W W
T T

P P

S S
Dalam HPI Indonesia, ada 3 Pasal yang sangat
penting mencerminkan segi-segi HPI yaitu :

1. Pasal 16 A.B. tentang status personil yaitu bahwa status personil


seseorang ditentukan oleh kewarganegaraan yang bersangkutan.
2. Pasal 17 A.B. tentang Benda-benda tidak bergerak yaitu bahwa
untuk benda-benda Hukum tidak bergerak berlaku hukum dimana
benda tidak bergerak itu berada (Lex Reisitae).
3. Pasal 18 A.B. tentang perbuatan Hukum yaitu bahwa untuk per –
buatan Hukum menunjuk kepada Negara mana Perbuatan Hukum
itu dilakukan (Locus Actus).
BAB II
PRINSIP-PRINSIP UMUM HUKUM PERSELISIHAN
A. Prinsip Kewarganegaraan (Prinsip Nasionalitas / Nationaliteit.
Menurut prinsip kewarganegaraan bahwa status personil seseorang
ditentukan oleh kewarganegaraannya / Hukum Nasionalnya. Hal ini
sesuai dengan isi dari Pasal 16 A.B Adapun Negara-negara yang
menganut prinsip kewarganegaraan adalah :
 Italia dan Negara-negara jajahannya
 Perancis
 Luxemburg
 Monaco
 Indonesia
 Belanda
 Dll.
Adapun alasan mereka yang menganut Prinsip Kewarganegaraan
adalah :
a. Prinsip ini paling cocok untuk perasaan hukum seseorang.
b. Lebih permanen dari pada Prinsip Domisili karena tidak mudah berubah
seperti halnya domisili seseorang.
c. Prinsip Kewarganegaraan membawa kepastian lebih banyak,
Misal : dalam hal mengatur cara-cara memperoleh kewarganegaraan /
kehilangan kewarganegaraan.
B. Prinsip Domisili.

Prinsip ini menggantungkan status personil seseorang berdasarkan


domisilinya (tempat tinggal). Negara-negara yang menganut Prinsip
Domisili adalah :
 Inggris
 Scotlandia
 Norwegia
 Negara-negara Amerika Latin
 Dll.
C. Prinsip yang di anut di Indonesia

Prinsip kewarganegaraan yang sekarang berlaku di Indonesia Dalam


Pasal 16 A.B. kalimat pertama dinyatakan bahwa Prinsip Nasionalitas
(kewarganegaraan) lah yang berlaku, karena dahulu Indonesia pernah
menganut prinsip domisili.
BAB III
BABAK PENYISIHAN / KWALIFIKASI

Yang menjadi bahasan Kwalifikasi ada 3 yaitu :


A. Peristilahan dan Pengertian Kwalifikasi.
B. Macam-macam Kwalifikasi.
C. Mengapa Kwalifikasi itu penting / Apa gunanya Kwalifikasi.
A. Peristilahan dan Pengertian Kwalifikasi.
Istilah Kwalifikasi adalah berasal dari :
 Qualification (Prancis).
 Classification, Characterization (Inggris).
 Qualificatie (Belanda)

Pengertian Kwalifikasi adalah : Mengkotak-kotakan atau menggolong -


golongkan fakta-fakta dalam peristiwa hukum atau kaidah-kaidah hukum.

B. Macam-macam Kwalifikasi.
Ada dua macam Kwalifikasi yang kita kenal yaitu :
1. Kwalifikasi fakta (Qualification of fact).
2. Kwalifikasi Hukum (Qualification of law).
Ad. 1.
Adalah mengkotak-kotakan / menggolong-golongkan fakta-fakta sehari-
hari kedalam kotak hukum yang telah ada.

Ad. 2.
Adalah mengkotak-kotakan / menggolong-golongkan fakta-fakta / kaidah
hukum kedalam kotak hukum, kemudian digolongkan menurut obyeknya.

C. Gunanya Kwalifikasi
Adalah untuk menyelesaikan secara yuridis permasalahan dalam HAG
atau HPI senantiasa menyangkut 2 sistem hukum yang berbeda. Walaupun
perbedaan dalam HAG serumit HPI yang mengandung unsur asing.
BAB IV
TITIK TAUT / TITIK PERTALIAN
(Aanknopingsputen / Point of Cantact)
Titik Taut ini terdiri dari :
A.Titik Taut Primer (Titik Taut Pembeda) Primaire Aanknopingsputen / Point
of Cantact artinya adalah fakta-fakta hal-hal, keadaan yang membedakan
bahwa suatu peristiwa hukum itu – merupakan HAG atau Bukan ?
Fakta-fakta diatas oleh Dr. Sunarjati Hartono, SH di katakan dengan hal-hal
dan keadaan dan ini meliputi :

1.Status Hukum.
2.Pilihan Hukum.
3.Tanah.
Fakta-fakta diatas oleh Prof. Dr. S. Gautama, SH disebut dengan tanda-
tanda, dan ini meliputi :
1. Para pihak (Subyek Hukum)
2. Pilihan Hukum
3. Tanah
4. Hakim.

B. Titik Taut Sekunder (Titik Taut Penentu).


Secundaire Aanknopings Punten / Secondary of Contact Adalah Faktor -
Faktor keadaan yang menentukan Hukum apa yang dipakai untuk
menyelesaikan peristiwa HAG tersebut.
Jika termasuk dalam Hukum Perjanjian, maka hal ini ditentukan oleh :
1. Maksud Para Pihak.
a. Secara Tegas
b. Secara Diam-diam / disimpulkan oleh Hakim.
2. Sifat dari hubungan Hukum / Miliaeu.
3. Kependudukan masyarakat yang jauh melebihi salah satu pihak.
4. Masuk dalam suasana Hukum pihak lain.
Jika kejadian-kejadiannya tidak termasuk dalam Hukum perjanjian, maka
penyelesaiannya dengan menggunakan azas-azas Yurisprudensi.

Ada 6 macam Yurisprudensi yaitu sebagai berikut :


1. Bidang Pengakuan dan Pengangkatan anak (Pengesahan Anak).
2. Bidang Hukum Waris.
3. Bidang Hukum Adopsi.
4. Bidang Hukum Perkawinan.
5. Bidang Hukum Perbuatan melawan Hukum.
6. Bidang Tanah pada perjanjian obligatoir.
a. Perjanjian Obligatoir.
b. Perjanjian Zakelijk (Kebendaan).
BAB V
AZAS-AZAS HUKUM PERSELISIHAN
Isi dari pada Hukum Antar Golongan ditentukan oleh 2 hal, yaitu ;
1. Kaidah Hukum
2. Azas Hukum.
Macam-macam Kaidah Hukum Antar Golongan :
3. Kaidah Yang Khas.
4. Kaidah Petunjuk.
5. Kaidah Pencerminan.
Macam-macam Azas yang ditemui dalam Hukum Antar Golongan yaitu :
1.Azas Sama Nilai.
2.Azas Status Istri Mengikuti Suami (Pasal 2 GHR).
3.Azas Perwarisan berlaku Hukum sang Pewaris.
4.Azas Kebebasan melakukan Pilihan Hukum.
5.Azas Status Tanah adalah tetap tidak berubah, sekalipun jatuh terhadap
orang yang tunduk pada Hukum yang berbeda.
6. Azas Hukum sang ayah berlaku bagi anak-anak yang lahir diluar
perkawinan yang diakui, jadi untuk pengakuan anak-anak yang lahir
diluar perkawinan, harus dilakukan menurut Hukum sang ayah.
BAB VI
PILIHAN HUKUM
Pilihan Hukum adalah Kebebasan seseorang untuk menentukan hukum
apakah yang akan berlaku baginya (Partij autonomie / kedaulatan pihak
yang berkepentingan untuk keinginannya).
Ada beberapa cara untuk penanggalan status perdata seseorang yaitu :
a. Secara Hukum Publik :
1. Dengan Naturalisasi (UU No. 8 Tahun 1958).
2. Persamaan Hak (Gelikstelling).
b. Secara Hukum Perdata yang meliputi :
1. Stb. 1917 No. 12.
2. Perkawinan Campuran (Stb. 1898 No. 158).
3. Pengakuan Anak (Adopsi).
4. Peleburan (Oplosing).
b. Secara Hukum Perdata yang meliputi :
1. Stb. 1917 No. 12.
2. Perkawinan Campuran (Stb. 1898 No. 158).
3. Pengakuan Anak (Adopsi).
4. Peleburan (Oplosing).
- Pindah Agama.
- Penggantian Nama.
- Perubahan Status Sosial.
DAFTAR PUSTAKA;
1. Ahmad Kamil H dan Fausan, M . ,KaidahKaidah Hukum Yurisprudensi,
Prenada Media, Jakarta, 2004.
2.Satjipto Rahardjo, Hukum Dalam Perspektif Sejarah dan Perubahan
Sosial, dalam Pembangunan Hukum Dalam Perspektif Politik Hukum
nasional, Editor Artdjo Alkostar dkk, Rajawali, Jakarta 1986
3.Sunarjati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional,
Alumni,Bandung,1991.
4.Supanto, Kejahatan Ekonomi Global dan Kebijakan Hukum Pidana,
Penertbit PT Alumni, Bandung, 2010
5. Dewi C. Wulansari. , Hukum Adat Indonesia Suatu Pengantar , Rineka
Aditama, Bandung, 2010
6.Prof Dr..Eman suparman.SH.,MH,’Hukum Perselisihan,Refika Tama

Anda mungkin juga menyukai