Suppositoria PPT Panjang
Suppositoria PPT Panjang
Suppositoria PPT Panjang
Suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat dapat dibuat dengan mencampur bahan obat yang dihaluskan
ke dalam minyak padat pada suhu kamar dan massa yang dihasilkan dibuat dalam bentuk sesuai, atau dibuat
dengan minyak dalam keadaan lebur dan membiarkan suspensi yang dihasilkan menjadi dingin di dalam
cetakan. Sejumlah zat pengeras yang sesuai dapat ditambahkan untuk mencegah kecenderungan beberapa
obat, (seperti kloralhidrat dan fenol) melunakkan bahan dasar. Yang penting, suppositoria meleleh pada suhu
tubuh.
Perkiraan bobot suppositoria yang dibuat dengan lemak coklat, dijelaskan dibawah ini. Suppositoria yang
dibuat dari bahan dasar lain, bobotnya lebih berat dari pada bobot yang disebutkan dibawah ini.
Suppositoria rektal. Suppositoria rektal untuk dewasa berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan
biasanya berbobot lebih kurang 2 g.
Suppositoria vaginal. Umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5 g, dibuat dari
zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur dalam air, seperti polietilen glikol atau gelatin
tergliserinasi. Ukuran berkisar, panjang 1,25 – 1,5 inchi dan diameter 5/8 inchi
Pengganti Lemak Coklat
Suppositoria dengan bahan dasar jenis lemak, dapat dibuat dari
berbagai minyak nabati, seperti minyak kelapa atau minyak kelapa
sawit yang dimodifikasi dengan esterifikasi, hidrogenasi, dan
fraksionasi hingga diperoleh berbagai komposisi dan suhu lebur
(misalnya minyak nabati terhidrogenasi dan lemak padat). Produk
ini dapat dirancang sedemikian hingga dapat mengurangi
terjadinya ketengikan. Selain itu sifat yang diinginkan seperti
interval yang sempit antara suhu melebur dan suhu memadat dan
jarak lebur juga dapat dirancang umtuk penyesuaian berbagai
formulasi dan keadaan iklim.
Suppositoria Gelatin Tergliserinasi
Bahan obat dapat dicampur ke dalam bahan dasar gelatin
tergliserinasi, dengan menambahkan sejumlah tertentu kepada bahan
pembawa yang terdiri dari lebih kurang 70 bagian gliserin, 20 bagian
gelatin dan 10 bagian air. Suppositoria ini harus disimpan dalam
wadah tertutup rapat, sebaiknya pada suhu dibawah 35 derajat.
Suppositoria dengan Bahan Dasar Polietilen Glikol
Beberapa kombinasi polietilen glikol mempunyai suhu lebur lebih tinggi dari
suhu badan telah digunakan sebagi bahan dasar suppositoria. Karena
pelepasan dari bahan dasar lebih ditentukan oleh disolusi dari pada pelelehan,
maka massalah dalam pembuatan dan penyimpanan jauh lebih sedikit
dibanding massalah yang disebabkan oleh jenis pembawa yang melebur.
Tetapi polietilen glikol dengan kadar tinggi dapat memperpanjang waktu
disolusi sehingga menghambat pelepasan. Pada etiket suppositoria polietilen
glikol harus tertera petunjuk “basahi dengan air sebelum digunakan”,
meskipun dapat disimpan tanpa pendinginan, suppositoria ini harus dikemas
dalam wadah tertutup rapat.
•Suppositoria dengan Bahan Dasar Surfaktan
Beberapa surfaktan nonionik dengan sifat kimia mendekati polietilen glikol dapat digunakan
sebagai bahan pembawa suppositoria. Contoh surfaktan ini adalah ester asam lemak
polioksietilen sorbitan dan polioksietilen stearat. Surfaktan ini dapat digunakan dalam bentuk
tunggal atau kombinasi dengan pembawa suppositoria lain untuk memperoleh rentang suhu
lebur yang lebar dan konsistensi. Salah satu keuntungan utama pembawa ini adalah dapat
terdispersi dalam air. Tetapi harus hati-hati dalam penggunaan surfaktan, karena dapat
meningkatkan kecepatan absorpsi obat atau dapat berinteraksi dengan molekul obat yang
menyebabkan penurunan aktivitas terapetik.
•Suppositoria Kempa atau Suppositoria Sisipan Suppositoria vaginal dapat dibuat dengan
cara mengempa massa serbuk menjadi bentuk yang sesuai. Dapat juga dengan cara
pengkapsulan dalam gelatin lunak.
BASIS SUPPOSITORIA
Basis suppositoria mempunyai peranan penting dalam pelepasan obat yang
dikandungnya. Salah satu syarat utama basis suppositoria adalah selalu padat
dalam suhu ruangan tetapi segera melunak, melebur atau melarut pada suhu
tubuh sehingga obat yang dikandungnya dapat tersedia sepenuhnya, segera
setelah pemakaian.
Menurut Farmakope Indonesia IV, basis suppositoria yang umum digunakan
adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi,
campuran polietilenglikol (PEG) dengan berbagai bobot molekul dan ester asam
lemak polietilen glikol. Basis suppositoria yang digunakan sangat berpengaruh
pada pelepasan zat terapeutik (FI IV,hlm.16).
Yang perlu diperhatikan untuk Syarat basis yang ideal antara
basis suppositoria adalah : lain :
melebur pada temperatur rektal
Asal dan komposisi kimia
tidak toksik, tidak menimbulkan
Jarak lebur/leleh
iritasi dan sensitisasi
Solid-Fat Index (SFI)
dapat bercampur (kompatibel)
Bilangan hidroksil dengan berbagai obat
Titik pemadatan tidak berbentuk metastabil
Keuntungan :
• Dapat disimpan pada suhu tinggi
• Mudah penanganannya
• Dapat bercampur dengan obat
• Tidak mendukung pertumbuhan mikroba
• Nontoksik dan tidak mensensitisasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat dalam rektum pada
pemberian obat dalam bentuk suppositoria
1. Faktor fisiologis
Antara lain ada tidaknya feses dalam rektum, sirkulasi darah di rektum,
beberapa kondisi patologik seperti diare sehingga terjadi dehidrasi pada
tubuh, pH cairan rektal, juga selaput lendir pada dinding rektum. Untuk
memberikan efek yang optimal rektum harus dikosongkan dulu. Cairan
rektal memiliki kapasitas dapar yang rendah, sehingga pH cairan rektal
sangat dipengaruhi pH zat aktif yang ada melarut. Bila diatur pH kritis
untuk memperoleh efisiensi absorpsi yang optimal maka dibutuhkan
penambahan dapar ke dalam formula. Selaput lendir bisa menghambat
absorpsi terutama bila selaput lendir tersebut kental dan tebal.
Penempatan suppositoria di dalam rektum, bila terlalu dalam akan menuju
vena hemoroidal atas.
Faktor fisikokimia Adanya zat tambahan
Antara lain koefisien partisi khusus ke dalam basis
lemak-air dari zat aktif, Misalnya surfaktan, dapat
kecepatan hancurnya basis, merubah tegangan
kecepatan disolusi zat aktif permukaan selaput mukosa
dalam cairan rektal, keadaan pada rektal sehingga absorpsi
zat aktif dalam suppositoria zat berkhasiat menjadi lebih
(jika terlarut, maka dalam baik. Surfaktan dapat
basis biasanya proses memperbesar kelarutan suatu
pelepasan dan disolusi zat zat berkhasiat sehingga
aktif menjadi lebih lambat), diabsorpsi lebih cepat, tapi
kelarutan zat aktif dalam juga dapat membentuk suatu
cairan rektal, ukuran partikel kompleks senyawa baru yang
zat aktif. lambat diabsorpsi.
Faktor Aliran Darah
Makin banyak pembuluh darah di sekitar suppositoria maka absorpsi obat akan
semakin cepat. Tetapi luas permukaan absorpsi terbatas di daerah kolon dan
tidak ada perbedaan luas permukaan yang mencolok di daerah kolon, baik di
pinggir, di tengah maupun di dalam daerah kolon. Setelah obat diabsorpsi dari
usus halus obat dialirkan melalui vena porta hepatika ke hati. Hati
memetabolisme obat tersebut, dapat berupa modifikasi atau mengurangi efek
obat tersebut. di lain pihak jumlah yang lebih banyak dari obat yang sama
dengan di atas akan diabsorpsi melalui anorektal. Vena haemoroid halus yang
mengelilingi kolon dan rektum masuk vena kava inferior sehingga tidak masuk
ke hati. Vena haemoroid menuju ke vena porta dan bermuara di hati. Tetapi
lebih dari setengah pemberian melalui rektal diabsorpsi langsung ke sirkulasi
tubuh. Sirkulasi limfa juga membantu absorpsi obat melalui rektal dan
mengalihkannya dari hati. Rektal tidak mempunyai daya kapasitas buffer.
Menurut Schumber, asam dan basa lemah lebih cepat diabsorpsi daripada asam
/ basa kuat dan yang terionisasi kuat lainnya.
Suppositoria untuk tujuan sistemik Suppositoria untuk efek lokal
Basis yang digunakan tersedia dan ekonomis.
Untuk hemoroid, anestetika lokal
Zat aktif harus terdispersi baik dalam basis dan
dapat lepas dengan baik (pada kecepatan yang dan antiseptik (tidak untuk
diinginkan) dalam cairan tubuh di sekitar diabsorbsi).
suppositoria.
Basis tidak diabsorpsi, melebur dan
Jika zat aktif larut air, gunakan basis lemak
digunakan lagi.
Kondisi penyimpanan sediaan.
Penyimpanan