Suppositoria PPT Panjang

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 42

SUPPOSITORIA

Ahmad Zulkifli 19208004


Ai Siti Rahmiati 19208005
Alise Kumala 19208006
Cici Nuraini 19208013
Dani Ramdhani 19208014
Dwiyani Pujiati 19208021
Eli Cuherli 19208022
Elviana Marsella 19208025
Fitri Yuliana 19208034
Hari Nurdin 19208036
Heni Suharti 19208037
 Menurut Farmakope Indonesia edisi IV suppositoria
adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan
bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau
uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada
suhu tubuh. (FI ed.IV hal 1 6)
 Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung
jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik
yang bersifat lokal atau sistemik. Bahan dasar
suppositoria yang umum digunakan adalah lemak
coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati
terhidrogenasi, campuran polietilen glikol berbagai
bobot molekul, dan ester asam lemak polietilen glikol.
MACAM-MACAM SUPPOSITORIA
1. SUPPOSITORIA VAGINA
Suppositoria
Vagina dimaksudkan disisipkan untuk efek
lokal dan umumnya sebagai kontrasepsi , antiseptik
dalam kebersihan kewanitaan dan sebagai bahan spesifik
untuk menghadapi invasi patogen. Umumnya
Suppositoria vagina lebih bervariasi kebanyakan obat yang digunakan adalah nonoxynol-9
dalam bentuk dan biasanya globular ovaluntuk kontrapsi dan trichomonas vaginalis untuk
menghambat vaginitas karena trichomonas
dan bentuk  kerucut dimodifikasi. vaginalis,candida (monilia) albinalis. suppositoria vagina
Digambarkan dengan bobot sekitar 5 gr,dapat juga dibuat melalui proses seperti pembuatan
tetapi kebanyakan suppositoria vagina tablet, dimana memanfaatkan laktosa dalam jumlah
banyak . Tablet ini dapat disisipkan secara manual atau
komersil menunjukkan berbagai bobot menggunakan alat penyisip plastik yang spesial.
antara 3 dan 4 gram dan beberapa Pencelupan tablet kedalam air memfasilitasi penyisipan.
Seringkali serbuk kering seperti asam borat didispersikan
bobotnya sampai 8 gr. Suppositoria kedalam kapsul besar untuk penyisipan kedalam vagina.
vagina digunakan terutama untuk efek Diantara bahan anti-infeksi ditemukan sediaan bahan
lokal, walaupun harus tetap diingat komersial sediaan vagina seperti nystatin , clotirmazole ,
butocona zole nitrat , terconazole dan miconazole (anti
bahwa  permukaan epitel mukus dalam fungi) dan triple sulfat (tri sulfat),sulfanilamid,povidone
saluran vagina terisi dengan sirkulasi lodine , clindamycin fosfat, metronidazole dan
ovyletracylcine (anti bakteri)
jadi obat dapat diabsorpsi dan
      
mempunyai efek sistemik.
      
2. Suppositoria Uretra
Suppositoria uretra yang disebut inserts adalah bentuk yang
paling sering digunakan ini adalah batang silinder , berdiameter
3-6 mm, fleksibel cukup untuk dimasukkan. Untuk uretra pria
panjangnya 100-150 mm dan untuk wanita 60-75 mm.
Suppositoria Uretra banyak digunakan sebagai antibakteri dan
sebagai sediaan anastetik lokal untuk pemeriksaan uretra.
Pelabelan dan pengemasan suppositoria pada temperatur kamar
tetapi menempatkan suppositoria dalam kulkas untuk
memastikan waktu yang cukup untuk penyisipan ini harus selalu
dibasahkan.
3. Suppositoria Rectal
Suppositoria rektal biasanya panjangnya sekitar 32 mm (1½ inchi), bentuk
silinder dan salah satu atau keduanya runcing. Beberapa suppositoria mempunyai
bentuk seperti peluru, torpedo atau jari kecil. Bergantung pada kerapatan dari
basis dan zat obat yang ada dalam suppositoria, bobot suppositoria rektal dapat
bervariasi. Suppositoria beratnya menurut FI.ed.IV kurang lebih 2 gr. Suppositoria
rektal untuk balita dan anak-anak sekitar setengah dari  bobot dan ukuran
suppositoria dewasa dan lebih mirip bentuk pensil.
Suppositoria rektal dimaksudkan untuk efek lokal banyak digunakan untuk
membesarkan dari sakit pada konstipasi, radiasi, gatal, dan agen inflamasi
dengan hemoroid atau dengan kondisi anorektal  lainnya. Suppositoria
antihemoroid biasanya mengandung komponen anastetik, vasokontriktor,
astrigents, analgesik, dan agen pencegah.
Keuntungan Suppositoria
• Dapat menghindari terjadinya iritasi
obat pada lambung.
•  Dapat menghindari kerusakan obat
oleh enzim pencernaan.
• Obat dapat masuk langsung dalam
saluran darah dan berakibat obat
dapat memberi efek lebih cepat
daripada penggunaan obat
peroral.Baik, bagi pasien yang
mudah muntah atau tidak sadar.
• Menghindari pengrusakan dalam
sirkulasi portal.
• Digunakan pada pasien yang tidak
dapat menelan.
• Cara yang efektif untuk yang suka
muntah.
 
Kelemahan suppositoria

• Tidak nyaman digunakan


• Absorbsi obat sering kali tak teratur atau sulit
diramalkan
• Daerah absorpsinya lebih kecil.
• Absorpsi hanya melalui difusi pasif.
• Pemakaian kurang praktis.
• Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang rusak
oleh pH di rectum.
Cara pembuatan suppositoria

Pembuatan supositoria secara umum yaitu bahan dasar supositoria yang


digunakan dipilih agar meleleh pada suhu tubuh atau dapat larut dalam
bahan dasar, jika perlu dipanaskan. Jika obat sukar larut dalam bahan
dasar, harus dibuat serbuk halus. setelah campuran obat dan bahan dasar
meleleh atau mencair, tuangkan ke dalam cetakan supositoria kemudian
didinginkan.Tujuan dibuat serbuk halus untuk membantu homogenitas
zat aktif dengan bahan dasar.Cetakan suppositoria terbuat dari besi yang
dilapisi nikel atau logam lainnya namun
ada juga yang terbuat dari plastik. Cetakan ini mudah dibuka secara longit
udinal untukmengeluarkan supositoria. Untuk mengatasi massa yang
hilang karena melekat pada cetakan,supositoria harus dibuat berlebih
(±10%), dan sebelum digunakan cetakan harus dibasahi lebih dahulu
dengan parafin cair atau minyak lemak, atau spiritus sapotanus (Soft Soap
liniment) agar sediaan tidak melekat pada cetakan. Namun, spiritus
sapotanus tidak boleh digunakan untuk supositoria yang mengandung
garam logam karena akan bereaksi dengan sabunnya dan
sebagai pengganti digunakan
oleum recini dalam etanol. Khusus supositoria dengan bahan dasar PEG
dan Tween bahan pelicin cetakan tidak diperlukan, karena bahan dasar
tersebut dapat mengerut  sehingga mudah dilepas dari cetakan pada
proses pendinginan.
Metode Pembuatan Suppositoria
1. Pencetakan dengan tangan (manual)
Pencetakan dengan tangan (manual) merupakan metode
paling sederhana, praktis dan ekonomis untuk
memproduksi sejumlah kecil suppositoria. Caranya
dengan menggerus bahan pembawa / basis sedikit demi
sedikit dengan zat aktif, di dalam mortir hingga
homogen. Kemudian massa suppositoria yang
mengandung zat aktif digulung menjadi bentuk silinder
lalu dipotong-potong sesuai diameter dan panjangnya.
Zat aktif dicampurkan dalam bentuk serbuk halus atau
dilarutkan dalam air. Untuk mencegah melekatnya
bahan pembawa pada tangan, dapat digunakan talk.
2. Pencetakan dengan kompresi /
cetak kempa / cold compression

Pada pencetakan dengan kompresi, suppositoria dibuat dengan mencetak


massa yang dingin ke dalam cetakan dengan bentuk yang diinginkan. Alat
kompresi ini terdapat dalam berbagai kapasitas yaitu 1,2 dan 5 g. Dengan
metode kompresi, dihasilkan suppositoria yang lebih baik dibandingkan cara
pertama, karena metode ini dapat mencegah sedimentasi padatan yang larut
dalam bahan pembawa suppositoria. Umumnya metode ini digunakan dalam
skala besar produksi dan digunakan untuk membuat suppositoria dengan
pembawa lemak coklat / oleum cacao. Beberapa basis yang dapat digunakan
adalah campuran PEG 1450 – heksametriol-1,2,6 6% dan 12% polietilen oksida
4000.
Click icon to add picture
Metode pencetakan dengan penuangan sering juga digunakan untuk
pembuatan skala industri. Teknik ini juga sering disebut sebagai teknik
pelelehan. Cara ini dapat dipakai untuk membuat suppositoria dengan
hampir semua pembawa. Cetakannya dapat digunakan untuk membuat 6 -
600 suppositoria. Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode ini ialah
melelehkan bahan pembawa dalam penangas air hingga homogen,
membasahi cetakan dengan lubrikan untuk mencegah melekatnya
suppositoria pada dinding cetakan, menuang hasil leburan menjadi suppo,
selanjutnya pendinginan bertahap (pada awalnya di suhu kamar, lalu pada
lemari pendingin bersuhu 7-10 0C, lalu melepaskan suppo dari cetakan.
Cetakan yang umum digunakan sekarang terbuat dari baj a tahan karat,
aluminium, tembaga atau plastik.

Pencetakan dengan penuangan / cetak tuang / fusion


Suppusitoria dengan bahan lemak
coklat

Suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat dapat dibuat dengan mencampur bahan obat yang dihaluskan
ke dalam minyak padat pada suhu kamar dan massa yang dihasilkan dibuat dalam bentuk sesuai, atau dibuat
dengan minyak dalam keadaan lebur dan membiarkan suspensi yang dihasilkan menjadi dingin di dalam
cetakan. Sejumlah zat pengeras yang sesuai dapat ditambahkan untuk mencegah kecenderungan beberapa
obat, (seperti kloralhidrat dan fenol) melunakkan bahan dasar. Yang penting, suppositoria meleleh pada suhu
tubuh.
Perkiraan bobot suppositoria yang dibuat dengan lemak coklat, dijelaskan dibawah ini. Suppositoria yang
dibuat dari bahan dasar lain, bobotnya lebih berat dari pada bobot yang disebutkan dibawah ini.
Suppositoria rektal. Suppositoria rektal untuk dewasa berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan
biasanya berbobot lebih kurang 2 g.
Suppositoria vaginal. Umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5 g, dibuat dari
zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur dalam air, seperti polietilen glikol atau gelatin
tergliserinasi. Ukuran berkisar, panjang 1,25 – 1,5 inchi dan diameter 5/8 inchi
Pengganti Lemak Coklat
Suppositoria dengan bahan dasar jenis lemak, dapat dibuat dari
berbagai minyak nabati, seperti minyak kelapa atau minyak kelapa
sawit yang dimodifikasi dengan esterifikasi, hidrogenasi, dan
fraksionasi hingga diperoleh berbagai komposisi dan suhu lebur
(misalnya minyak nabati terhidrogenasi dan lemak padat). Produk
ini dapat dirancang sedemikian hingga dapat mengurangi
terjadinya ketengikan. Selain itu sifat yang diinginkan seperti
interval yang sempit antara suhu melebur dan suhu memadat dan
jarak lebur juga dapat dirancang umtuk penyesuaian berbagai
formulasi dan keadaan iklim.
Suppositoria Gelatin Tergliserinasi
Bahan obat dapat dicampur ke dalam bahan dasar gelatin
tergliserinasi, dengan menambahkan sejumlah tertentu kepada bahan
pembawa yang terdiri dari lebih kurang 70 bagian gliserin, 20 bagian
gelatin dan 10 bagian air. Suppositoria ini harus disimpan dalam
wadah tertutup rapat, sebaiknya pada suhu dibawah 35 derajat.
Suppositoria dengan Bahan Dasar Polietilen Glikol
Beberapa kombinasi polietilen glikol mempunyai suhu lebur lebih tinggi dari
suhu badan telah digunakan sebagi bahan dasar suppositoria. Karena
pelepasan dari bahan dasar lebih ditentukan oleh disolusi dari pada pelelehan,
maka massalah dalam pembuatan dan penyimpanan jauh lebih sedikit
dibanding massalah yang disebabkan oleh jenis pembawa yang melebur.
Tetapi polietilen glikol dengan kadar tinggi dapat memperpanjang waktu
disolusi sehingga menghambat pelepasan. Pada etiket suppositoria polietilen
glikol harus tertera petunjuk “basahi dengan air sebelum digunakan”,
meskipun dapat disimpan tanpa pendinginan, suppositoria ini harus dikemas
dalam wadah tertutup rapat.
•Suppositoria dengan Bahan Dasar Surfaktan
Beberapa surfaktan nonionik dengan sifat kimia mendekati polietilen glikol dapat digunakan
sebagai bahan pembawa suppositoria. Contoh surfaktan ini adalah ester asam lemak
polioksietilen sorbitan dan polioksietilen stearat. Surfaktan ini dapat digunakan dalam bentuk
tunggal atau kombinasi dengan pembawa suppositoria lain untuk memperoleh rentang suhu
lebur yang lebar dan konsistensi. Salah satu keuntungan utama pembawa ini adalah dapat
terdispersi dalam air. Tetapi harus hati-hati dalam penggunaan surfaktan, karena dapat
meningkatkan kecepatan absorpsi obat atau dapat berinteraksi dengan molekul obat yang
menyebabkan penurunan aktivitas terapetik.
•Suppositoria Kempa atau Suppositoria Sisipan Suppositoria vaginal dapat dibuat dengan
cara mengempa massa serbuk menjadi bentuk yang sesuai. Dapat juga dengan cara
pengkapsulan dalam gelatin lunak.
 
BASIS SUPPOSITORIA
Basis suppositoria mempunyai peranan penting dalam pelepasan obat yang
dikandungnya. Salah satu syarat utama basis suppositoria adalah selalu padat
dalam suhu ruangan tetapi segera melunak, melebur atau melarut pada suhu
tubuh sehingga obat yang dikandungnya dapat tersedia sepenuhnya, segera
setelah pemakaian.
Menurut Farmakope Indonesia IV, basis suppositoria yang umum digunakan
adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi,
campuran polietilenglikol (PEG) dengan berbagai bobot molekul dan ester asam
lemak polietilen glikol. Basis suppositoria yang digunakan sangat berpengaruh
pada pelepasan zat terapeutik (FI IV,hlm.16).
Yang perlu diperhatikan untuk  Syarat basis yang ideal antara
basis suppositoria adalah : lain :
 melebur pada temperatur rektal
 Asal dan komposisi kimia
 tidak toksik, tidak menimbulkan
 Jarak lebur/leleh
iritasi dan sensitisasi
 Solid-Fat Index (SFI)
 dapat bercampur (kompatibel)
 Bilangan hidroksil dengan berbagai obat
 Titik pemadatan  tidak berbentuk metastabil

 Bilangan penyabunan  mudah dilepas dari cetakan


 memiliki sifat pembasahan dan
(saponifikasi)
 Bilangan iodida emulsifikasi
 bilangan airnya tinggi
 Bilangan air (jumlah air yang
 stabil secara fisika dan kimia
dapat diserap dalam 100 g selama penyimpanan
lemak)  dapat dibentuk dengan tangan,
 Bilangan asam mesin, kompresi atau ekstrusi
Tipe basis suppositoria berdasarkan
karakteristik fisik
a. Basis suppositoria yang meleleh (Basis berlemak)
Basis berlemak merupakan basis yang paling banyak dipakai, terdiri dari
oleum cacao, dan macam-macam asam lemak yang dihidrogenasi dari
minyak nabati seperti minyak palem dan minyak biji kapas.
Menurut USP, oleum cacao merupakan :
Lemak yang diperoleh dari biji Theobroma cacao yang dipanggang.
Secara kimia adalah trigliserida yang terdiri dari oleapalmitostearin dan
oleo distearin
Pada suhu kamar, berwarna kekuning-kuningan sampai putih padat sedikit
redup, beraroma coklat
Melebur pada 30-36oC
Titik leleh :31-34 oC
Kelarutan : mudah larut dalam kloroform, eter, petroleum spirit, larut
dalam etanol panas, sedikit larut dalam etanol 95%
Stabilitas dan penyimpanan : pemanasan diatas 36 oC menyebabkan
pembentukan kristal metastabil. Oleum cacao disimpan di suhu < 25 oC
Bilangan iod 34 - 38
Bilangan asam 4
Mudah tengik dan meleleh harus disimpan di tempat sejuk dan kering
terhindar dari cahaya.
Hal-hal yang harus diperhatikan :
• Gunakan panas minimal pada proses peleburan, < 40oC
• Jangan memperlama proses pemanasan
• Jika melekat pada cetakan gunakan lubrikan
• Titik pemadatan oleum cacao terletak 12-13 oC dibawah titik leburnya
sehingga dapat dimanfaatkan dalam pembuatan suppo (menjaga suppo
tetap cair tanpa berubah menjadi bentuk tidak stabil)
• Penambahan emulgator seperti tween 61 sebanyak 5-10 % akan
meningkatkan absorpsi air sehingga menjaga zat-zat yang tidak larut
tetap terdispersi/tersuspensi dalam oleum cacao
• Kestabilan suspensi dapat ditingkatkan dengan penambahan bahan-
bahan seperti Al‑monostearat atau silika yang memberikan leburan
oleum cacao bersifat tiksotropik.
• Untuk obat-obat yang dapat menurunkan titik lebur oleum cacao
seperti minyak atsiri, creosote, fenol. Kloralhidrat, digunakan campuran
malam atau spermaceti (lemak ikan paus)
Basis suppositoria larut air dan basis
yang bercampur dengan air
Basis yang penting dari kelompok ini adalah basis gelatin tergliserinasi dan basis polietilen
glikol. Basis gelatin tergliserinasi terlalu lunak untuk dimasukkan dalam rektal sehingga
hanya digunakan melalui vagina (umum) dan uretra. Basis ini melarut dan bercampur
dengan cairan tubuh lebih lambat dibandingkan dengan oleum cacao sehingga cocok
untuk sediaan lepas lambat. Basis ini menyerap air karena gliserin yang higroskopis. Oleh
karena itu, saat akan dipakai, suppo harus dibasahi terlebih dahulu dengan air.
Polietilen glikol (PEG) merupakan polimer dari etilen oksida dan air, dibuat menjadi
bermacam-macam panjang rantai, berat molekul dan sifat fisik. Polietilen glikol tersedia
dalam berbagai macam berat molekul mulai dari 200 sampai 8000. PEG yang umum
digunakan adalah PEG 200, 400, 600, 1000, 1500, 1540, 3350, 4000, 6000 dan 8000.
Pemberian nomor menunjukkan berat molekul rata-rata dari masing-masing polimernya.
Polietilen glikol yang memiliki berat molekul rata-rata 200, 400, 600 berupa cairan bening
tidak berwarna dan yang mempunyai berat molekul rata-rata lebih dari 1000 berupa lilin
putih, padat dan kekerasannya bertambah dengan bertambahnya berat molekul. Basis
polietilen glikol dapat dicampur dalam berbagai perbandingan dengan cara melebur,
dengan memakai dua jenis PEG atau lebih untuk memperoleh basis suppo dengan
konsistensi dan karakteristik yang diinginkan. PEG menyebabkan pelepasan lebih lambat
dan memiliki titik leleh lebih tinggi daripada suhu tubuh. Penyimpanan PEG tidak perlu di
kulkas dan dapat dalam penggunaan dapat dimasukkan secara perlahan tanpa kuatir
suppo akan meleleh di tangan (hal yang umum terjadi pada basis lemak).
Keuntungan basis PEG : Kerugian basis PEG:
 stabil dan inert  secara kimia lebih reaktif

 polimer PEG tidak mudah daripada basis lemak.


 dibutuhkan perhatian lebih
terurai.
 Mempunyai rentang titik
untuk mencegah kontraksi
volume yang membuat
leleh dan kelarutan yang luas
bentuk suppo rusak
shg memungkinkan formula  kecepatan pelepasan obat
supo dgn berbagai derajat larut air menurun dengan
kestabilan panas dan laju meningkatnya jumlah PEG
disolusi yg berbeda dgn BM tinggi.
 Tidak membantu  cenderung lebih mengiritasi
pertumbuhan jamur mukosa drpd basis lemak.
Basis surfaktan
Surfaktan tertentu disarankan sebagai basis hidrofilik
sehingga dapat digunakan tanpa penambahan zat
tambahan lain. Surfaktan juga dapat dikombinasikan
dengan basis lain. Basis ini dapat digunakan untuk
memformulasi obat yang larut air dan larut lemak.

Keuntungan :
• Dapat disimpan pada suhu tinggi
• Mudah penanganannya
• Dapat bercampur dengan obat
• Tidak mendukung pertumbuhan mikroba
• Nontoksik dan tidak mensensitisasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat dalam rektum pada
pemberian obat dalam bentuk suppositoria

1. Faktor fisiologis
Antara lain ada tidaknya feses dalam rektum, sirkulasi darah di rektum,
beberapa kondisi patologik seperti diare sehingga terjadi dehidrasi pada
tubuh, pH cairan rektal, juga selaput lendir pada dinding rektum. Untuk
memberikan efek yang optimal rektum harus dikosongkan dulu. Cairan
rektal memiliki kapasitas dapar yang rendah, sehingga pH cairan rektal
sangat dipengaruhi pH zat aktif yang ada melarut. Bila diatur pH kritis
untuk memperoleh efisiensi absorpsi yang optimal maka dibutuhkan
penambahan dapar ke dalam formula. Selaput lendir bisa menghambat
absorpsi terutama bila selaput lendir tersebut kental dan tebal.
Penempatan suppositoria di dalam rektum, bila terlalu dalam akan menuju
vena hemoroidal atas.
 Faktor fisikokimia  Adanya zat tambahan
Antara lain koefisien partisi khusus ke dalam basis
lemak-air dari zat aktif, Misalnya surfaktan, dapat
kecepatan hancurnya basis, merubah tegangan
kecepatan disolusi zat aktif permukaan selaput mukosa
dalam cairan rektal, keadaan pada rektal sehingga absorpsi
zat aktif dalam suppositoria zat berkhasiat menjadi lebih
(jika terlarut, maka dalam baik. Surfaktan dapat
basis biasanya proses memperbesar kelarutan suatu
pelepasan dan disolusi zat zat berkhasiat sehingga
aktif menjadi lebih lambat), diabsorpsi lebih cepat, tapi
kelarutan zat aktif dalam juga dapat membentuk suatu
cairan rektal, ukuran partikel kompleks senyawa baru yang
zat aktif. lambat diabsorpsi.
Faktor Aliran Darah

Makin banyak pembuluh darah di sekitar suppositoria maka absorpsi obat akan
semakin cepat. Tetapi luas permukaan absorpsi terbatas di daerah kolon dan
tidak ada perbedaan luas permukaan yang mencolok di daerah kolon, baik di
pinggir, di tengah maupun di dalam daerah kolon. Setelah obat diabsorpsi dari
usus halus obat dialirkan melalui vena porta hepatika ke hati. Hati
memetabolisme obat tersebut, dapat berupa modifikasi atau mengurangi efek
obat tersebut. di lain pihak jumlah yang lebih banyak dari obat yang sama
dengan di atas akan diabsorpsi melalui anorektal. Vena haemoroid halus yang
mengelilingi kolon dan rektum masuk vena kava inferior sehingga tidak masuk
ke hati. Vena haemoroid menuju ke vena porta dan bermuara di hati. Tetapi
lebih dari setengah pemberian melalui rektal diabsorpsi langsung ke sirkulasi
tubuh. Sirkulasi limfa juga membantu absorpsi obat melalui rektal dan
mengalihkannya dari hati. Rektal tidak mempunyai daya kapasitas buffer.
Menurut Schumber, asam dan basa lemah lebih cepat diabsorpsi daripada asam
/ basa kuat dan yang terionisasi kuat lainnya.
Suppositoria untuk tujuan sistemik Suppositoria untuk efek lokal
Basis yang digunakan tersedia dan ekonomis.
Untuk hemoroid, anestetika lokal
Zat aktif harus terdispersi baik dalam basis dan

dapat lepas dengan baik (pada kecepatan yang dan antiseptik (tidak untuk
diinginkan) dalam cairan tubuh di sekitar diabsorbsi).
suppositoria.
Basis tidak diabsorpsi, melebur dan
Jika zat aktif larut air, gunakan basis lemak

dengan kadar air rendah. melepaskan obat secara perlahan-


Jika zat aktif larut lemak, gunakan basis larut
lahan.
air. Dapat ditambahkan surfaktan untuk Basis harus dapat melepas sejumlah
mempertinggi kelarutannya.
Untuk meningkatkan homogenitas zat aktif obat yang memadai dalam 1/2 jam,
dalam basis sebaiknya digunakan pelarut yang
melarutkan zat aktif atau zat aktif dihaluskan
dan meleleh seluruhnya dengan
sebelum dicampur dengan basis yang meleleh. melepas semua obat antara 4-6
Zat aktif yang larut sedikit dalam air atau jam agar terjadi efek lokal dalam
pelarut lain yang tercampur dalam basis, kisaran waktu tersebut.
dilarutkan Pilih basis untuk efek lokal
dulu sebelum dicampur dengan basis.
Zat aktif yang langsung dapat dicampur dengan Obat harus didistribusikan secara
basis, terlebih dahulu digerus halus sehingga homogen dalam basis suppositoria.
100 % dapat melewati ayakan 100 mesh.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM
FORMULASI

1. Pemilihan Obat / Zat Aktif


Suatu zat aktif dapat dberikan dalam bentuk suppositoria jika:
Dapat diabsorpsi dengan cukup melalui mukosa rektal untuk mencapai kadar
terapeutik dalam darah (absorpsi dapat ditingkatkan dengan bahan pembantu).
Absorpsi zat aktif melalui rute oral buruk atau menyebabkan iritasi mukosa
saluran pencernaan, atau zat aktif berupa antibiotik yang dapat mengganggu
keseimbangan flora normal usus.
Zat aktif berupa polipeptida kecil yang dapat mengalami proses enzimatis pada
saluran pencernaan bagian atas (sehingga tidak berguna jika diberikan melalui
rute oral).
Zat aktif tidak tahan terhadap pH saluran pencernaan bagian atas.
Zat aktif digunakan untuk terapi lokal gangguan di rektum atau vagina.
 Densitas bulk Kelarutan (solubilitas)
Jika terdapat perbedaan yang  Peningkatan kelarutan zat aktif
signifikan antara densitas zat aktif dalam basis meningkatkan
dengan eksipien,diperlukan
homogenitas produk, tetapi
perlakuan khusus untuk mencapai
homogenitas produk. Usaha yang menyulitkan/mengurangi
dapat dilakukan untuk mengatasi hal pelepasan zat aktif jika terjadi
ini yaitu dengan menurunkan ukuran kecenderungan yang besar
partikel atau meningkatkan viskositas dari zat aktif untuk tetap
produk. Peningkatan viskositas berada dalam basis.
produk dapat dicapai dengan  Afinitas zat aktif terhadap
penambahan bahan pengental, atau
basis/eksipien dapat diatur
dengan menurunkan suhu campuran
agar mendekati titik solidifikasi dengan derajat misibilitas dari
sehingga fluiditasnya turun. kedua komponen suppositoria.
Pemilihan Basis
Peran utama basis suppositoria:
• Menjadikan zat aktif tertentu dapat dibuat dalam bentuk suppositoria yang
tepat dengan karakteristik fisikokimia zat aktif dan keinginan formulator
• Basis digunakan untuk mengatur penghantaran pengobatan pada tempat
absorpsinya.
Karakteristik basis yang menentukan selama produksi:
• Kontraksi
Sedikit kontraksi pada saat pendinginan volume suppositoria diinginkan
untuk memudahkan pengeluaran dari cetakan.
• Ke-inert-an (inertness)
Tidak boleh ada interaksi kimia antara basis dengan bahan aktif.
• Pemadatan
Interval antara titik leleh dengan titik solidifikasi harus optimal: jika
terlalu pendek maka penuangan lelehan ke dalam cetakan akan sulit; jika
terlalu panjang, waktu pemadatan menjadi lama sehingga laju produksi
suppositoria menurun.
• Viskositas
Jika viskositas tidak cukup, komponen terdispersi dari campuran akan
membentuk sedimen, mengganggu integritas dari produk akhir.
Karakteristik basis yang menentukan selama penyimpanan:
• Ketidakmurnian (Impurity)
Kontaminasi bakteri / fungi harus diminimalisir dengan basis yang
non-nutritif dengan kandungan air minimal.
• Pelunakan (softening)
Suppositoria harus diformulasi agar tidak melunak atau meleleh
selama transportasi atau penyimpanan.
• Stabilitas
Bahan yang dipilih tidak teroksidasi saat terpapar udara, kelembapan
atau cahaya.
Karakteristik basis yang menentukan selama penggunaan:
• Pelepasan
Pemilihan basis yang tepat memberikan penghantaran bahan aktif
yang optimal ke tempat target.
• Toleransi
Suppositoria akhir toksisitasnya harus minimal, dan tidak
menyebabkan iritasi jaringan mukosa rektal yang sensitif.
Pengemasan
• Suppositoria gliserin dan gelatin umumnya dikemas dalam wadah gelas ditutup
rapat supaya mencegah perubahan kelembapan suppositoria.
• Suppo yang diolah dengan basis oleum cacao biasanya dibungkus terpisah-pisa
atau dipisahkan satu sama lainnya pada ceah-celah dalam kotak untuk
mencegah terjadinya kontak antar suppo tersebut dan mencegah perekatan.
• Suppo dengan kandungan obat yang peka terhadap cahaya dibungkus satu
persatu dalam bahan tidak tembus cahaya seperti lembaran logam (alufoil).
Sebenarnya kebanyakan suppositoria yang terdapat di pasaran dibungkus
dengan alufoil atau bahan plastik satu per satu. Beberapa di antaranya dikemas
dalam strip kontinu berisi suppositoria yang dipisahkan dengan merobek
lubang-lubang yang terdapat di antara suppositoria tersebut. Suppo ini biasa
juga dikemas dalam kotak dorong (slide box) atau dalam kotak plastik.
Labelling
Label sediaan harus
mengandung:
 Nama dan jumlah senyawa

aktif yang terkandung.


 Sediaan tidak boleh ditelan.
 Tanggal sediaan tidak boleh

digunakan lagi.
 Kondisi penyimpanan sediaan.
Penyimpanan

Karena suppo umumnya dipengaruhi panas, maka perlu


menjaga dalam tempat dingin.
• Suppo yang basisnya oleum cacao harus disimpan di
bawah 30 0F (-1,1°C) dan akan lebih baik apabila
disimpan di dalam lemari es.
• Suppo yang basisnya gelatin gliserin baik sekali bila
disimpan di bawah 35 0F (1,6°C).
• Suppo dengan basis polietilen glikol mungkin dapat
disimpan pada suhu ruang biasa tanpa pendinginan.
• Suppo yang disimpan dalam lingkungan yang
kelembapan nisbinya tinggi mungkin akan menarik
uap air dan cenderung menjadi seperti spon,
sebaliknya bila disimpan dalam tempat yang kering
sekali mungkin akan kehilangan kelembapannya
sehingga akan menjadi rapuh.
Evaluasi Suppositoria
1. Appearance
Tes ini lebih ditekankan pada distribusi zat berkhasiat
di dalam basis suppo. Suppo dibelah secara
longitudinal kemudian dibuat secara visual pada bagian
internal dan bagian eksternal dan harus nampak
seragam. Penampakan permukaan serta warna dapat
digunakan untuk mengevaluasi ketidakadaan:
-celah
-lubang
-eksudasi
-pengembangan lemak
-migrasi senyawa aktif
 Keragaman Bobot
Timbang masing-masing suppo
sebanyak 10, diambil secara acak.
Lalu tentukan bobot rata-rata. Tidak
lebih dari 2 suppo yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata
lebih dari % deviasi, yaitu 5 %.
Keragaman bobot juga merupakan
bagian dari uji keseragaman sediaan,
dilakukan bila sediaan mengandung
zat aktif 50 mg atau lebih yang
merupakan 50% atau lebih dari bobot
sediaan. Jika tidak, keseragaman
sediaan ditentukan dengan metode
keseragaman kandungan
3. Waktu Hancur / Disintegrasi
Uji ini perlu dilakukan terhadap suppo kecuali suppo yang ditujukan untuk
pelepasan termodifikasi atau kerja lokal diperlama. Suppo yang digunakan untuk
uji ini sebanyak 3 buah. Suppo diletakkan di bagian bawah ‘perforated disc’ pada
alat, kemudian dimasukkan ke silinder yang ada pada alat. Lalu diisi air sebanyak
4 liter dengan suhu 36-37 oC dan dilengkapi dengan stirer. Setiap 10 menit
balikkan tiap alat tanpa mengeluarkannya dari air. Disintegrasi tercapai ketika
suppo :
• Terlarut sempurna
• Terpisah dari komponen-komponennya, yang mungkin terkumpul di
permukaan air (bahan lemak meleleh) atau tenggelam di dasar (serbuk tidak
larut) atau terlarut (komponen mudah larut) atau dapat terdistribusi di satu atau
lebih cara ini.
• Menjadi lunak, dibarengi perubahan bentuk, tanpa terpisah sempurna menjadi
komponennya, massa tidak lagi memiliki inti padatan yang membuatnya tahan
terhadap tekanan dari pengaduk kaca.
Suppo hancur dalam waktu tidak lebih dari 30 menit untuk suppo basis lemak dan
tidak lebih dari 60 menit untuk suppo basis larut air, kecuali dinyatakan lain.
Ketegaran / Kehancuran Suppositoria
Tes ini menentukan ketegaran suppo di bawah kondisi tertentu
terhadap pemecahan suppositoria dan ovula yang diukur dengan
menggunakan sejumlah tertentu massa atau beban untuk
menghancurkannya. Tes ini didasarkan untuk suppo dan ovula berbasis
lemak. Uji ini tidak sesuai untuk sediaan yang memiliki bahan
pembantu hidrofilik, seperti campuran gelatin-gliserol.
Metode
Cek apakah alat yang digunakan sudah dalam keadaan vertikal atau belum. Alat dipanaskan sampai
suhunya 25 oC. Sediaan yang akan diuji telah diletakkan dalam suhu yang sesuai dengan suhu yang akan
digunakan minimal 24 jam. Tempatkan sediaan di antara kedua penjepit dengan bagian ujung menghadap
ke atas.
Tunggu selama 1 menit dan tambahkan lempeng 200 g pertama. Tunggu lagi selama 1 menit dan
tambahkan lempeng berikutnya. Hal tersebut diulang dengan cara yang sama sampai sediaan hancur.
Massa yang dibutuhkan menghancurkan sediaan dihitung berdasarkan massa yang dibutuhkan untuk
menghancurkan sediaan (termasuk massa awal yang terdapat pada alat). Hal-hal yang perlu diperhatikan:
•Apabila sediaan hancur dalam 20 detik setelah pemberian lempeng terakhir maka massa yang terakhir ini
tidak masuk dalam perhitungan.
•Apabila sediaan hancur dalam waktu antara 20 dan 40 detik setelah pemberian lempeng terakhir maka
massa yang dimasukkan ke dalam perhitungan hanya setengah dari massa yang digunakan, misal 100 g.
•Apabila sediaan belum hancur dalam waktu lebih dari 40 detik setelah pemberian lempeng terakhir maka
seluruh massa lempeng terakhir dimasukkan ke dalam perhitungan.
5. Berhubungan dengan Pelelehan Suppositoria
a. Kisaran Leleh
Uji ini disebut juga uji kisaran meleleh makro, dan uji ini merupakan suatu
ukuran waktu yang diperlukan suppositoria untuk meleleh sempurna bila
dicelupkan ke dalam penangas air dengan temperatur tetap (37 oC). Sebaliknya
uji kisaran meleleh mikro adalah kisaran leleh yang diukur dalam pipa kapiler
hanya untuk basis lemak. Alat yang biasa digunakan untuk mengukur kisaran
leleh sempurna dari suppositoria adalah suatu alat disintegrasi tablet USP.
Suppositoria dicelupkan seluruhnya dalam penangas air yang konstan, dan
waktu yang diperlukan unutk meleleh sempurna atau menyebar dalam air
sekitarnya diukur. (Leon Lachman, 1990, hal. 586)
Uji Pencairan atau Uji Melunak dari Suppositoria Rektal
Uji ini mengukur waktu yang diperlukan suppositoria rektal untuk mencair
dalam alat yang disesuaikan dengan kondisi in vivo. Suatu penyaringan melalui
selaput semi permeabel diikat pada kedua ujung kondensor dengan masing-
masing ujung pipa terbuka. Air pada 37 oC disirkulasi melalui kondensor
sehingga separuh bagian bawah pipa kempis dan separuh bagian atas
membuka. Tekanan hidrostatis air dalam alat tersebut kira-kira nol ketika pipa
tersebut mulai kempis. Suppositoria akan sampai pada level tertentu (lihat
gambar pada buku) dan waktu tersebut diukur untuk suppositoria meleleh
dengan sempurna dalam pipa tersebut. (Leon Lachman, 1990, hal. 586)
Pelelehan dan Pemadatan
Pembebasan senyawa aktif dari basisnya adalah fungsi
langsung dari suhu melelehnya. Untuk mendapatkan
efek terapetik yang ideal dari sediaan ini maka
pemahaman yang baik terhadap faktor-faktor dalam
pembuatan sediaan, pada saat pelelehan (atau fusion)
dan pemadatan, akan menentukan bioavailabilitas
optimum dari sediaan akhir. Metode yang umum
digunakan:
-tabung kapiler terbuka
-tabung U
-titik jatuh
6. Keseragaman Kandungan
Diambil tidak kurang 30 suppo lalu ditetapkan kadar 10 satuan
satu per satu. Kecuali dinyatakan lain, persyaratannya adalah
kadar dalam rentang 85,0%-115,0% dari yang tertera pada
etiket dam simpangan baku relatif kurang dari atau sama
dengan 6,0%.
Jika satu satuan berada di luar rentang tersebut, tapi dalam
rentang 75,0%-125,0% dari yang tertera dalam etiket, atau
simpangan baku relatif lebih besar dari 6,0%, atau jika kedua
kondisi tidak dipenuhi, dilakukan uji 20 satuan tambahan.
Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari satu satuan dari 30
terletak di luar rentang 85,0%-115,0% dari yang tertera pada
etiket dan tidak ada satuan terletak di luar rentang 75,0%-
125,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku
relatif dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8%. (FI ed.IV hal
999-1000)
7.Penentuan Waktu 8.Metode Uji Disolusi Sediaan
Pelembekan dari Suppositoria Suppositoria
Lipofilik Belum ada metode atau
(Softening time determination desain alat yang dijadikan
of lipophilic suppositories) standar untuk digunakan
Uji ini dilakukan untuk dalam laboratorium farmasi.
menentukan waktu yang Faktor-faktor yang dapat
dibutuhkan sediaan di dalam mempengaruhi disolusi
air sampai sediaan melembek farmasi dari sediaan
hingga sediaan tidak suppositoria: pengaruh
mempunyai ketegaran / surfaktan dan kelarutan,
ketahanan saat berat tertentu pengaruh viskositas, zat
diberikan. Metode ini dapat tambahan dan ukuran
menggunakan beberapa alat partikel zat aktif.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai