Materi - Akt - Pajak

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 98

AKUNTANSI PERPAJAKAN

1. PENGANTAR
2. KONSEP DASAR AKUNTANSI PAJAK
3. PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI DAN AKUNTANSI
PERPAJAKAN
4. AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN
5. AKUNTANSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
6. AKUNTANSI BEA PEROLEHAN HAK ATAS
TANAH DAN BANGUNAN
7. AKUNTANSI BEA MATERAI
8. REKONSILIASI FISKAL
PEMBUKUAN DALAM PERSPEKTIF
PERPAJAKAN
Definisi Akuntansi & Akuntansi Perpajakan
Pembukuan dalam Perspektif Pajak
Pasal 28 UU No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan
Stelses Kas dan Stelsel Akrual Dalam Pembukuan
Siklus Akuntansi
Definisi Akuntansi
“Accounting is a service activity. Its function is to
provide quantitative information, primarily financial
in nature, about economic entities that is intended to
be useful in making economic decisions—in making
reasoned choices among alternative courses of
action.” (Statement of the Accounting Principles
Board No. 4, p. 40)
DEFINISI AKUNTANSI PERPAJAKAN
Niswonger dan Fees (Accounting Principles,
2007):
Akuntansi perpajakan dirumuskan sebagai bagian dari
akuntansi yang menekankan kepada penyusunan
surat pemberitahuan pajak (tax return) dan
pertimbangan konsekuensi perpajakan terhadap
transaksi atau kegiatan perusahaan dalam rangka
pemenuhan kewajiban perpajakan (tax compliance).
Major Internal and External Stakeholder
Groups

Investors
Government
Community
Board of Directors
Analysts Management Suppliers
Employees
Customers Employees

Creditors

7
PENGERTIAN PEMBUKUAN
Pasal 1 angka 29 UU KUP

Proses Pencatatan secara teratur untuk mengumpulkan DATA dan INFORMASI KEUANGAN

MELIPUTI
 Harta
 Kewajiban
 Modal
 Penghasilan dan Biaya
 Harga Perolehan dan Penyerahan Barang/Jasa

Dengan menyusun LAPORAN KEUANGAN


(NERACA & LABA RUGI)
Untuk periode Tahun Pajak tersebut
KEWAJIBAN PEMBUKUAN TAHUN PAJAK 2007 - 2008
Pasal 28 ayat (1) UU KUP Jo. PMK No.01/PMK.03/2007

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YG MELAKUKAN


KEGIATAN USAHA WAJIB PAJAK
ATAU PEKERJAAN BEBAS, PEREDARAN BRUTO BADAN
DALAM 1 (SATU) TAHUN >= 1,8 MILIAR

DI INDONESIA

WAJIB
MENYELENGGARAKAN
PEMBUKUAN
KEWAJIBAN PEMBUKUAN TAHUN PAJAK 2009 - DST
Pasal 28 ayat (1) UU KUP Jo. Pasal 14 ayat (1) UU PPh No. 36 Tahun 2008

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YG


MELAKUKAN KEGIATAN USAHA WAJIB PAJAK
ATAU PEKERJAAN BEBAS, PEREDARAN BRUTO BADAN
DALAM SATU TAHUN >= 4,8 MILIAR

DI INDONESIA

WAJIB
MENYELENGGARAKAN
PEMBUKUAN
KEWAJIBAN PEMBUKUAN TAHUN PAJAK 2009 - DST
Pasal 28 ayat (1) UU KUP Jo. Pasal 14 ayat (1) UU PPh No. 36 Tahun 2008

KEWAJIBAN PEMBUKAN

Pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang


lazim dipakai di Indonesia, misalnya berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan, kecuali peraturan perundang-undang perpajakan
menentukan lain (Pasal 28 ayat 7 UU KUP No.28 Tahun 2007)
DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN PEMBUKUAN
TETAPI WAJIB PENCATATAN UNTUK TAHUN 2007 - 2008
Pasal 28 ayat (2) UU KUP

TIDAK WAJIB PEMBUKUAN TETAPI


WAJIB MELAKUKAN PENCATATAN

WP ORANG PRIBADI
YANG MELAKUKAN
KEGIATAN USAHA/
WP ORANG PRIBADI
PEKERJAAN BEBAS YANG TIDAK MELAKUKAN
KEGIATAN USAHA
ATAU
PEKERJAAN BEBAS
YANG DIPERBOLEHKAN MENGHITUNG
PENGHASILAN NETO DGN MENGGUNAKAN
NORMA PENGHITUNGAN
PENGHASILAN NETO  PEREDARAN
BRUTONYA DALAM 1 (SATU) TAHUN KURANG
DARI Rp 1.800.000.000,00 (PMK NO.
01/PMK.03/2007)
DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN PEMBUKUAN
TETAPI WAJIB PENCATATAN UNTUK TAHUN 2009 - DST
Pasal 28 ayat (2) UU KUP

TIDAK WAJIB PEMBUKUAN TETAPI


WAJIB MELAKUKAN PENCATATAN

WP ORANG PRIBADI
YANG MELAKUKAN
KEGIATAN USAHA/
WP ORANG PRIBADI
PEKERJAAN BEBAS YANG TIDAK MELAKUKAN
KEGIATAN USAHA
ATAU
PEKERJAAN BEBAS
YANG DIPERBOLEHKAN MENGHITUNG
PENGHASILAN NETO DGN MENGGUNAKAN
NORMA PENGHITUNGAN
PENGHASILAN NETO  PEREDARAN
BRUTONYA DALAM 1 (SATU) TAHUN KURANG
DARI Rp 4.800.000.000,00 (Ps. 14 ayat (2) UU
PPh No.36 Th 2008)
SYARAT PEMBUKUAN
Pasal 28 ayat (3), (4), (5), (7) UU KUP

 Harus memperhatikan itikad baik;


 Mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha sebenarnya;
 Diselenggarakan di Indonesia;
 Huruf latin;
 Angka Arab;
 Satuan mata uang Rupiah;
 Bahasa Indonesia atau Bahasa Asing yang diizinkan Menteri Keuangan
yaitu bahasa Inggris;
 Diselenggarakan dgn prinsip taat asas dan dgn stelsel akrual atau stelsel
kas;
 Sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta,kewajiban,
modal, penghasilan & biaya, serta penjualan & pembelian (sehingga
dapat dihitung besarnya pajak yang terutang).
PERUBAHAN TAHUN BUKU DAN/ATAU METODE PEMBUKUAN
Pasal 28 ayat (6) UU KUP

PERUBAHAN

METODE PEMBUKUAN,
misal :
 Pengakuan Penghasilan
& biaya
TAHUN BUKU  Metode Penyusutan
Aktiva Tetap
 Metode Penilaian Persediaan

 Harus mendapat persetujuan Direktur Jenderal Pajak


 Diajukan sebelum dimulainya tahun buku yang bersangkutan dengan alasan-
alasan perubahan
PENGERTIAN PENCATATAN
Pasal 28 ayat (9) UU KUP

PENGUMPULAN DATA SECARA TERATUR


tentang
 Peredaran atau penerimaan bruto dan
atau;
 Penghasilan bruto

SEBAGAI DASAR UNTUK


MENGHITUNG JUMLAH PAJAK TERUTANG,
(termasuk Penghasilan yg bukan objek pajak
dan atau yg dikenakan pajak yg
bersifat final)
KEWAJIBAN PENYIMPANAN BUKU/CATATAN/DOKUMEN
Pasal 28 ayat (11) UU KUP

PENYIMPANAN BUKU/CATATAN/DOKUMEN YANG MENJADI DASAR


PEMBUKUAN ATAU PENCATATAN & DOKUMEN LAIN TERMASUK
PEMBUKUAN SECARA ELEKTRONIK/PROGRAM APLIKASI ONLINE

SELAMA 10 TAHUN
DI INDONESIA

BADAN ORANG PRIBADI

Tempat Kegiatan
Tempat Kedudukan atau
Tempat Tinggal
KEGIATAN PENCATATAN
Pasal 28 ayat (12) UU KUP dan Peraturan Menkeu
(Keputusan Dirjen Pajak KEP-520/PJ./2000)

1. WP OP YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA ATAU PEKERJAAN


PENCATATAN BEBAS YANG DIPERBOLEHKAN MENGHITUNG PENGHASILAN
WAJIB NETO DENGAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO
DILAKUKAN 2. WP OP YANG TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN USAHA ATAU
PEKERJAAN BEBAS

SYARAT PENCATATAN

1. PENCATATAN HARUS DIBUAT LENGKAP DAN BENAR


2. DIDUKUNG DENGAN DOKUMEN ;
* YANG MENJADI DASAR PENGHITUNGAN PEREDARAN ATAU
PENERIMAAN BRUTO DAN ATAU PENGHASILAN BRUTO
* PENGHASILAN YANG BUKAN OBJEK PAJAK DAN ATAU
* PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA
FINAL
3. JANGKA WAKTU PENCATATAN MELIPUTI JANGKA WAKTU 12 BULAN
MULAI TANGGAL 1 JANUARI SAMPAI DENGAN TANGGAL 31 DESEMBER
Conceptual Framework of
Accounting

Objectives
of Financial
Reporting

Qualitative Elements
Characteristics of Financial
of Information Statements
Accounting

Recognition and Measurement Concepts

Assumptions Principles Constraints


Qualitative Characteristics of
Accounting Information
Decision
Makers

Benefits > Cost

Understandability

Decision
Usefulness

Relevance Reliability

Predictive Feedback Timeliness Verifiability Representational


Value Value Faithfulness

Neutrality

Comparability
(including
Consistency)

Materiality
BAB II

KONSEP DASAR
AKUNTANSI PAJAK
KONSEP DASAR
AKUNTANSI PAJAK
Pokok Bahasan :

1. Pembukuan
2. Hubungan akuntansi pajak dengan akuntansi
komersial
3. Konsep dasar dan tujuan akuntansi pajak

22
1. PEMBUKUAN
A. Pentingnya Pembukuan Untuk Perpajakan

Informasi pembukuan diperlukan untuk


menghitung pajak terhutang dan verifikasi,
serta pemeriksaan dan investigasi terhadap
kebenaran penghitungan jumlah utang
pajak tersebut.

23
1. PEMBUKUAN
 Pentingnya pembukuan untuk perpajakan :

1. Mempermudah Wajib Pajak (WP) mengisi SPT.


2. Mempermudah perhitungan penghasilan kena
pajak.
3. Penyajian informasi tentang posisi financial dan
hasil usaha untuk bahan analisis atau
pengambilan keputusan ekonomi perusahaan.

24
1. PEMBUKUAN
B. Persyaratan Pembukuan

1. Diselenggarakan dengan itikad baik dan mencerminkan keadaan


yang sebenarnya
2. Sekurang-kurangnya terdiri dari catatan tentang harta, kewajiban,
utang, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan
pembelian
3. Ditutup setiap akhir tahun dengan membuat Neraca dan Laporan
L/R berdasarkan prinsip pembukuan yang taat azas (konsisten)
dengan tahun sebelumnya.
4. Diselenggarakan dengan huruf latin, angka Arab, dengan bahasa
Indonesia dan satuan mata uang rupiah (atau dengan bahasa
Inggris dan mata uang US$ dengan ijin Menteri Keuangan.
5. Pembukuan dan dokumen yang menjadi dasarnya serta dokumen
lain yang berhubungan dengan kegiatan usaha (pekerjaan bebas)
harus disimpan selama 10 tahun.

25
1. PEMBUKUAN
C. Sanksi Tidak Diselenggarakannya Pembukuan

WP yang sudah mampu melakukan pembukuan


untuk tujuan Pajak, namun tidak melakukannya :
penghasilan netonya dihitung berdasar norma
perhitungan, pajak yang kurang dibayar dari hasil
penerapan norma perhitungan akan dikenai sanksi
berupa kenaikan pajak 50% atau 100% dari pajak
yang kurang dibayar (pasal 13 ayat 3) UU KUP.

26
2. Hubungan Akuntansi Pajak
Dengan Akuntansi Komersial

A. Tujuan Akuntansi

 Komersial
Menyediakan laporan & informasi keuangan serta info
lain kepada pihak pengambil keputusan.
 Pajak
Menyajikan laporan keuangan & informasi lain (tax
compliance) kepada administrasi pajak.
 UU Pajak memiliki prioritas untuk dipatuhi di atas
praktek dan kelaziman akuntansi

27
2. Hubungan Akuntansi Pajak
Dengan Akuntansi Komersial

B. Lembaga Pembuat Ketentuan


Metode, prosedur dan teknik akuntansi
dipengaruhi hukum pajak berdasarkan :
 UU Perpajakan
 Peraturan pemerintah
 Keputusan Presiden
 Keputusan Menteri
 Keputusan Direktorat Jenderal Pajak

Keputusan pengadilan pajak merujuk kepada ketentuan


akuntansi perpajakan seperti :Majelis pertimbangan pajak,
peradilan tata usaha negara, peradilan pidana, dan
lembaga peradilan lainnya.

28
3. Konsep Dasar Dan Tujuan
Akuntansi Pajak
A. Konsep Dasar Akuntansi Perpajakan
 Tujuan Kebijakan Perpajakan :
1. Aspek Alokasi
Tax policy diarahkan pada sikap netral
(tidak/cenderung pengaruhi alokasi & diserahkan pada
mekanisme pasar).
2. Aspek Distribusi
Diarahkan untuk pengaruhi penyebaran pemilikan atau
penguasaan faktor-2 produksi dan pemerataan hasil
pembangunan.
3. Aspek Stabilisasi
dilakukan melalui politik perpajakan, dimana
pemerintah melakukan stabilitas ekonomi dengan
tingkat pendayagunaan tertentu, SDM, stabilitas harga
dan tingkat inflasi.
29
3. Konsep Dasar Dan
Tujuan Akuntansi Pajak

Konsep dasar akuntansi berlaku umum Laporan


Keuangan Fiskal dan Komersial meliputi :
 Accrual Basis : pengakuan transaksi saat terjadi,
dilaporkan pada periode tsb.
 Going Concern : mengasumsikan aktivitas perusahaan
akan tetap berlangsung terus.

30
3. Konsep Dasar Dan
Tujuan Akuntansi Pajak
B. Tujuan pelaporan keuangan perpajakan
Menyajikan informasi sebagai bahan
menghitung Penghasilan Kena Pajak,
terutama dalam sistem self assesment
sebagai laporan pertangungjawaban atas
kepercayaan menghitung pajak terhutang
bagi setiap WP.

C. Ciri kualitatif pelaporan keuangan perpajakan :


Sama dengan ciri kualitatif pelaporan akuntansi komersial meliputi :
1. Relevan
2. Dapat dimengerti
3. Keandalan
4. Dapat diperbandingkan

31
3. Konsep Dasar Dan
Tujuan Akuntansi Pajak

D. Sifat dan keterbatasan pelaporan keuangan fiskal


1. Laporan Keuangan bersifat historis
2. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan
estimasi dan berbagai pertimbangan
3. Lebih mengutamakan hal yang material (tanpa mengurangi
kelengkapan materi)
4. Laporan keuangan terutama menekankan makna ekonomis
(substansi) setiap transaksi (tanpa, dalam kondisi tertentu,
memperhatikan bentuk yuridis formalnya).
5. Terdapatnya alternatif yang dapat digunakan mengakibatkan
variasi dalam pengukuran sumber ekonomis dan tingkat
kesuksesan antar WP.
6. Informasi kualitatif, sedangkan fakta (yang tidak mendasar) yang
tidak dapat dikuantifikasikan umumnya dikesampingkan.

32
BAB III
PRINSIP- PRINSIP AKUNTANSI
DAN
AKUNTANSI PERPAJAKAN
PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI DAN AKUNTANSI
PERPAJAKAN
 Prinsip, prosedur, metode dan teknik akuntansi yang
mengatur penyusunan Laporan Keuangan  Standar
Akuntansi Keuangan
 Fungsi akuntansi adalah menyajikan data kuantitatif yang
akan digunakan dalam pengambilan keputusan  harus
memenuhi tujuan kualitatif:
 Relevan
 Dapat dimengerti
 Daya Uji
 Netral
 Tepat Waktu
 Daya Banding
 Lengkap
 Batasannya: 1) manfaat lebih besar dari beban, 2) Material
(cukup berarti).

34
Recognition, Measurement, and
Reporting

Assumptions Constraints
• Cost-Benefit
• Economic Entity
• Materiality
• Going Concern
• Industry Practice
• Arm’s-Length
• Conservatism
Transactions Principles
• Monetary Unit • Historical Cost
• Periodicity • Revenue
Recognition
• Matching
• Full Disclosure

Recognition and Measurement Concepts


PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI DAN AKUNTANSI
PERPAJAKAN
a) Kesatuan Ekonomi (harus ada pemisahan yg jelas antara
perusahaan dengan pemilik);
b) Kesinambungan Usaha (Going Concern)  Historical Cost
dan Periodisasi;
c) Harga Pertukaran yang Obyektif/Wajar  Arm’s-length
Price, tidak dipengaruhi hubungan istimewa, tidak ada
transfer pricing;
d) Mempertemukan pendapatan dan beban yang paling tepat
berdasarkan Stelsel Akrual  Untuk tujuan perpajakan,
stelsel akrual dan stelsel cash modified (campuran) diakui
untuk penghitungan penghasilan dan biaya kena pajak;
e) Konsisten  jika ada perubahan metode akuntansi /
pembukuan harus diungkapkan dalam laporan keuangan 
secara fiskal harus mendapat persetujuan dari Direktur
Jenderal Pajak.

36
What About Conservatism?
The
The concept
concept ofof conservatism
conservatism can can
be
be summarized
summarized as as follows:
follows: When
When
in
in doubt,
doubt, recognize
recognize all
all losses
losses but
but
don’t
don’t recognize
recognize anyany gains.
gains.
Recognition, Measurement, and
Reporting
Measurement
Measurement
1. Historical cost
2. Current replacement cost
3. Current market value
4. Net realizable value
5. Present (or discounted) value
Perbandingan SPT Tahunan PPh Badan dan Laporan Keuangan Komersial
NO ASPEK SPT TAHUNAN PPh BADAN LAPORAN KEUANGAN

1 Pengguna Fiskus Berbagai pengguna (Multi Users)


2 Sifat Informasi Rahasia Dapat digunakan oleh umum, khususnya untuk
laporan keuangan listed company.
3 Pedoman Udang-Undang Perpajakan dan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU):
Penyusunan Peraturan Pelaksanaannya PSAK, Interpretasi PSAK, Peraturan Pemerintah
untuk Industri, IFRS, buletin teknis, pedoman
atau praktik konvensional, hasil riset dan
pendapat ahli.
4 Mata Uang Wajib dalam Rupiah dan mata Dapat menggunakan mata uang lain selain
Pelaporan uang US$ sepanjang memperoleh Rupiah. Jika laporan keuangan disajikan dalam
izin dari otoritas pajak terkait. mata uang selain mata uang fungsionalnya,
laporan keuangan harus lebih dahulu dilakukan
remeasurement.
5 Dasar Transaksi dicatat dan dilaporkan Transaksi dicatat dengan asas substance over
Pencatatan apabila memenuhi syarat dan form.
Transaksi ketentuan perpajakan. Transaksi
dicatat dengan mengutamakan
hakikat formal atau hukum
daripada substansinya.
6 Batas Waktu Disampaikan paling lambat 4 bulan Pasal 66 (1) UU No.40 Tahun 2007 “Perseroan
Penyampaian setelah akhir tahun pajak dan Terbatas”, Direksi menyampaikan laporan
dapat melakukan perpanjangan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh
paling lama 2 bulan. Dewan Komisaris dalam jangka waktu 6 bulan
setelah tahun buku Perseoran berakhir.
Sumber: Marisi P. Purba, Akuntansi Pajak Penghasilan,2009, hal.3-4.
SIKLUS AKUNTANSI & FISKAL

Dokumen Jurnal
Buku Besar Neraca saldo
Sumber transaksi

Laporan
Rekonsiliasi SPT Tahunan
Keuangan
Fiskal PPh Badan
(Laba Rugi)

Koreksi Fiskal

Perbedaan temporer Perbedaan permanen


PSAK 46
(koreksi positif/negatif) (koreksi positif/negatif)
BAB IV
AKUNTANSI
PAJAK PENGHASILAN
PASAL 21
DASAR HUKUM
Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun
2008
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan
Dengan Pekerjaan , Jasa, Dan Kegiatan Pribadi
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
250/PMK.03/2008 tentang Besarnya Biaya Jabatan
atau Biaya Pensiun yang dapat Dikurangkan dari
penghasilan Bruto Pegawai Tetap atau Pensiunan.
 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-
57/Pj/2009 Tentang perubahan Atas peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-31/Pj/2009
Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21
Dan/Atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan
Dengan Pekerjaan, Jasa dan kegiatan Orang Pribadi.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.
46 Tentang Akuntansi Pajak Tangguhan
Pengertian Akuntansi Pajak
Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah
Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama
dan dalam bentuk apapun yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
wajib dilakukan oleh:
 Pemberi kerja yang membayar gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai
Bendahara pemerintah yang membayar
gaji,upah,honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau
kegiatan;
Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan
uang pensiun dan pembayaran lain dengan nama apa
pun dalam rangka pensiun
Badan yang membayar honorarium atau pembayaran
lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa
termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan
bebas, dan Penyelenggara kegiatan yang melakukan
pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan
kegiatan
Akuntansi PPh Pasal 21
adalah proses pencatatan transaksi kaitannya dengan
PPh Pasal 21, misalnya pembayaran gaji, upah dan lain
sebagainya.

Ketika ada transaksi kaitannya dengan


pemotongan/pemungutan PPh pasal 21, pembayaran
PPh Pasal 21 dan juga pembayaran gaji/upah karyawan
maka perlu asda pencatatan akuntansi yang sesuai
dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
Contoh :
Andi bekerja pada perusahaan PT. ABC dengan
memperoleh gaji sebulan Rp. 6.000.000,- dan
membayar iuran pensiun sebesar Rp. 150.000,- per
bulan. Andi menikah tetapi belum mempunyai anak.
Diminta :
Akuntansi bagi PT. ABC sebagai pemotong PPh Pasal
21
Akuntansi bagi Andi sebagai karyawan yang dipotong
PPh Pasal 21
LATIHAN
1. Ahmad Zakaria, ber-NPWP, pada tahun 2017
bekerja pada perusahaan PT Zamrud Abadi
dengan memperoleh gaji sebulan Rp
7.500.000,00 dan membayar iuran pensiun
sebesar Rp 100.000,00. Ahmad menikah dan
mempunyai 1 anak. Bagaimana akuntansi :
a. Saat pemotongan pajak atas pembayaran gaji
setiap bulan
b. Saat menyetor PPh Pasal 21 ke kas negara dan
pembayaran pensiun via bank.
2. Karyawati Ken Prameswari (tidak kawin), ber-
NPWP, bekerja pada PT Prabu Kedaton dengan
memperoleh gaji sebesar Rp 8.750.000,00
sebulan. Perusahaan ikut dalam program
jamsostek. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan
premi Jaminan Kematian dan premi Jaminan Hari
Tua dibayar oleh pemberi kerja setiap bulan
masing-masing sebesar 1,00%, 0,30% dan
3,70% dari gaji. Prameswari membayar iuran
Pensiun Rp 50.000,00 dan iuran Jaminan Hari
Tua sebesar 2,00% dari gaji untuk setiap bulan.
Bagaimana akuntansi :
a.Saat pemotongan pajak atas pembayaran gaji setiap
bulan
b.Saat menyetor PPh Pasal 21 ke kas negara dan
pembayaran pensiun via bank.
AKUNTANSI
PPh PASAL 22
A. DASAR HUKUM
Undang-undang Pajak penghasilan Nomor 36 tahun 2008
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
08/PMK.03/2008
Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-1637/PJ.532/2000
Tentang Pembebanan PPN dan PPh Pasal 22 Impor
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 253/PMK.03/2008
Tentang Wajib Pajak Badan Tertentu Sebagai Pemungut
Pajak Penghasilan Dari Pembeli Atas Penjualan Barang
Yang Tergolong Sangat Mewah.
B. PENGERTIAN AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN
PASAL 22

PPh pasal 22 merupakan salah satu bentuk


pemotongan dan pemungutan PPh yang dilakukan
oleh Pihak lain terhadap Wajib Pajak yang melakukan
penyerahan barang.
Pada umumnya pengenaan PPh Pasal 22 ini dikenakan
terhadap perdagangan barang yang dianggap
menguntungkan sehingga penjual atau pembelinya
kemungkinan besar akan mengalami keuntungan.
PPh Pasal 22 ini dapat dikenakan pada Pengusaha
Kena Pajak yang melakukan penyerahan barang kena
pajak yang tergolong mewah
Jadi Akuntansi PPH Pasal 22 adalah bagaimana proses
pencatatan transaksi kaitannya dengan PPh Pasal 22
Ketika perusahaan melakukan transaksi penyerahan
barang/jasa kena pajak kepada bendaharawan
pemerintah maka selain dipungut PPN, juga akan
dipungut PPh Pasal 22 oleh bendaharawan
pemerintah.
Saat itu perusahaan akan mencatat:
Kas/Piutang Dagang xxx
Penjualan xxx
PPN Keluaran xxx
(Mencatat Penjualan)
 
PPh Pasal 22 dibayar dimuka xxx
PPN Keluaran xxx
Kas xxx
(Mencatat pemungutan PPh Pasal 22 dan PPN)
PPh pasal 22 yang dipungut oleh pemungut rnaka bagi
perusahaan dianggap sebagai biaya dibayar dimuka.
Biaya ini nantinya akan dapat dipakai sebagai kredit
pajak untuk pajak terutang tahunan nantinya
Berdasarkan Undang-undang No. 36 Tahun 2008 pasal 22
menyebutkan bahwa Menteri Keuangan dapat menetapkan
beberapa pihak yang berhak memungut PPh Pasal 22, diantaranya
adalah sebagai berikut:

a. Bendahara pemerintah untuk memungut pajak


sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan
barang
b. Badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari
Wajib Pajak yang melakukan kegiatan di bidang
impor atau kegiatan usaha di bidang lain; dan
c. Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak
dari pembeli atas penjualan barang yang tergolong
sangat mewah.
Berdasarkan pada ketentuan baru yang mengatur tentang PPh
Pasal 22, yang berlaku mulai 1 Januari 2009 para pihak yang
berhak yang menjadi pemungut atas PPh Pasal 22 dapat
dijabarkan lebih luas yaitu sebagai berikut:

a.Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,


atas impor barang
b.Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Bendahara
Pemerintah baik di tingkat Pusat ataupun di tingkat
Daerah, yang melakukan pembayaran atas pembelian
barang
c. Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik
Daerah, yang melakukan pembelian barang dengan
dana yang bersumber dari belanja negara (APBN)
dan/atau belanja daerah (APBD)
d. Bank Indonesia (BI), PT Perusahaan Pengelola Aset
(PPA), Perum Badan Urusan Logistik (BULOG), PT
Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PT Perusahaan
Listrik Negara (PLN), PT Garuda Indonesia, PT Indosat,
PT Krakatau Steel, PT Pertamina, dan bank- bank
BUMN yang melakukan pembelian barang yang
dananya bersumber dari APBN maupun non-APBN
e.Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha
industri semen, industri kertas, industri baja, dan
industri otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor
Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil produksinya di
dalam negeri
f. Produsen atau importir bahan bakar minvak, gas, dan
pelumas atas penjualan bahan bakar minyak, gas, dan
pelumas
g.Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor
perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan
yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak atas
pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri
atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul
h.Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang
yang tergolong sangat mewah.
Beberapa Barang yang Tergolong Mewah
yang Dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 22

Berdasarkan pada Peraturan Menteri


Keuangan Nomor 253/PMK.03/2008.
Beberapa penjualan barang yang tergolong
sangat mewah adalah sebagai berikut:
1.Pesawat udara pribadi dengan harga jual
lebih dari Rp 20 milyar;
2.Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga
jual Iebih dari Rp 10 milyar;
3. Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau
harga pengalihannya Iebih dari Rp 10 miliar dan luas
bangunan Iebih dari 500 m2
4. Apartemen, kondominium, dan sejenisnya dengan
harga jual atau pengalihannya Iebih dari Rp 10 milyar
dan/atau luas bangunan Iebih dari 400m2
5.Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang
kurang dari 10 orang berupa sedan, jeep, sport utility
vehicle (SUV), multi purpose vehicle (MPV), minibus
dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 5
milyar dan dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000
cc.
Tarif Pajak Penghasilan Pasal
22
a. Atas impor:
1. yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API),
sebesar 2,5% (dua setengah persen) dari nilai impor;
2. yang tidak menggunakan API, sebesar 7,5% (tujuh
setengah persen) dari nilai impor
3. yang tidak dikuasai, sebesar 7,5% (tujuh setengah
persen) dari harga jual lelang;
b.Atas pembelian barang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 butir 2,3, dan 4 sebesar 1,5% (satu setengah
persen) dari harga pembelian.
c.Atas penjualan hasil produksi atau pembelian bahan-
bahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 butir 5,6
dan 7 berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih
lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
Ketentuan di atas hanya berlaku bagi wajib pajak
yang mempunyai NPWP. Ketentuan bagi wajib pajak
yang tidak mempunyai NPWP akan lebih tinggi 100%
dari tarif pajak semula jika mempunyai NPWP.
Misalnya suatu transaksi terutang PPh Pasal 22
sebesar 1.5 % dari harga jual tidak termasuk PPN, bagi
WP yang tidak ber-NPWP akan dipungut PPh 22
dengan tariff 2x lipat (lebih tinggi 100%) yaitu sebesar
3 %.
Dasar Pengenaan Pajak

a.Harga Jual/Beli
Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua
biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh
penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak
termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut
menurut Undang-undang ini dan potongan harga
yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
Contoh:

PT. ABC sebagai penjualan barang elektronik, menjual


TV kepada Departemen Keuangan dengan harga jual
Rp. 2.200.000,- sudah termasuk PPN. Berapakah
besarnya Pajak penghasilan yang harus dipungut oleh
Departemen Keuangan?
b. Nilai Impor
Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi
dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan
berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan
cukai untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah yang dipungut menurut Undang-
Undang ini
PT. ABC mengimpor barang elektronik dari Taiwan
sebanyak 100 unit dengan harga US$ 100, ditambah bea
masuk 1%, bea lainnya sebesar 0,5% dari harga jual. Pada
saat itu kurs yang berlaku Rp 10.000,-/$. Berapakah
besarnya Pajak penghasilan yang harus dipungut oleh
Dirjen Bea Cukai?
Karena Dirjen Bea Cukai adalah salah satu badan yang
ditunjuk sebagai pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22.
Jika PT. ABC diasumsikan mempunyai API maka atas
transaksi penjualan di atas harus dipungut PPh Pasal 22
sebesar 2,5 % dari harga Jual sebelum dikenakan PPN 10%.
Latihan 1

1.PT. ABC sebagai penjualan barang elektronik, menjual


3 buah AC kepada Pemerintah Daerah setempat
dengan harga jual @ Rp. 3.000000,- belum termasuk
PPN.
Pertanyaan:
a. Berapakah besarnya Pajak penghasilan yang harus
dipungut oleh Pemerintah Daerah?
b. Buatlah jurnal atas transaksi di atas?
2. PT. ABC mengimpor barang elektronik dari Taiwan
sebanyak 10 unit dengan harga US$ 1,000, ditambah
bea masuk 1%, bea lainnya sebesar 0,5% dari harga
jual. Pada saat itu kurs yang berlaku Rp 9.000,-/$.
Diasumsikan PT. ABC mempunyai API.
Pertanyaan:
a. Berapakah besarnya Pajak penghasilan yang harus
dipungut oleh Dirjen Bea Cukai?
b. Buatlah jurnal atas transaksi di atas?
c. Industri Tertentu
1. Pada tanggal 1 Januari 2014, PT. Atik, salah satu
pabrikasi otomotif, menjual hasil produksinya
kepada PT. Ria dengan nilai sebesar Rp.
500.000.000,-, belum termasuk PPN. Atas
pembelian tersebut diperhitungkan PPN 10% dan
PPh Pasal 22 sebesar 0,45%. Dari transaksi diatas
buatlah pencatatan yang dilakukan oleh PT. Ria dan
PT. Atik
2. PT. Dede sebagai distributor kertas membeli produk
kertas sebesar Rp. 330.000.000,- (termasuk PPN) dari
perusahaan kertas PT. Eded pada tanggal 1 Juni 2014.
sistem pencatatanyang digunakan oleh PT. Dede
adalah sistem periodik. Besarnya PPn dan PPh 22
yang dipotong oleh PT. Eded sebesar 0,1%. Dari
transaksi diatas buatlah pencatatan yang dilakukan
oleh PT. Dede dan PT. Eded
Dasar Hukum

Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun


2008
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 244/ PMK.03/2008 tentang objek dan
besarnya tarif PPh Pasal 23
Pengertian Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal
23

PPh Pasal 23 merupakan salah satu bentuk


pemotongan dan pemungutan PPh yang dilakukan atas
penghasilan (dividen, bunga, royalti, dan hadiah,
penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah
dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 serta sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa
dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2)................
dan imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa
manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain
selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21)
dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan,
disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo
pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak
badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha
tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap.
Jadi Akuntansi PPh Pasal 23 adalah bagaimana proses
pencatatan transaksi kaitannya dengan PPh Pasal 23.
Ketika perusahaan menerima penghasilan yang berasal
dari deviden, bunga, royalty dan sebagaimana yang
telah diatur dalam peratuan menteri keuangan, maka
perusahaan akan dipotong PPh Pasal 23 oleh
perusahaan yang memberikan penghasilan tersebut.
Oleh karena itu ketika perusahaan menerima
penghasilan ini maka perusahaan akan mencatat
sebagai berikut:
Kas xxx
Pendapatan Deviden/Sewa/Bunga xxx
(Mencatat penerimaan pendapatan deviden, sewa,
lainnya)

PPh Pasal 23 dibayar dimuka xxx


Kas xxx
(mencatat PPh Pasal 23 yang dipungut)
Bagi perusahaan yang memungut PPh Pasal 23 atas
penghasilan yang berasal dari deviden, bunga, royalty
dan sebagaimana yang telah diatur dalam peratuan
menteri keuangan dari perusahaan yang menerimanya.
Selain itu perusahaan ini mempunyai kewajiban untuk
membayar dan melaporkan PPh Pasal 23 yang telah
dipotong tersebut.
Maka perusahaan akan mencatat sebagai
berikut:
Biaya Deviden/Sewa/Bunga xxx
Kas xxx
(Mencatat pengeluaran deviden, sewa, lainnya)
Kas xxx
Hutang PPh Pasal 23 xxx
(mencatat pemungutan PPh Pasal 23)
Hutang PPh Pasal 23 xxx
Kas xxx
(mencatat pembayaran PPh Pasal 23)
Objek dan Tarif Pajak Penghasilan
Pasal 23

Dengan diterbitkannya PMK Nomor 244/PMK.03/2008


sebagai juklak dari UU PPh No. 36 Tahun 2008 yang
berlaku mulai 1 Januari 2009. Maka objek dan besaran
tarif untuk Pasal 23 menyesuaikan dengan ketentuan
tersebut. Ketentuan ini cenderung memaksa WP untuk
memiliki NPWP kecuali bila yang bersangkutan
memilih dipotong lebih tinggi.
Berikut ini adalah ringkasannya, atas
penghasilan dari:

1. Dividen, bunga, royalti, sawa dan penghasilan lain


sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali
sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta yang telah dikenai PPh Final
pasal 4 (2), terutang PPh Pasal 23 sebesar 15% dari
jumlah bruto
2. Atas Imbalan sehubungan dengan jasa lain selain
jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21, dipotong PPh
Pasal 23 sebesar 2% dari jumlah bruto tidak
termasuk PPN,
Penghasilan yang Tidak Dipotong Pajak
Penghasilan Pasal 23

Selain penghasilan di atas, ada juga beberapa


penghasilan yangdikecualikan dari pemotongan PPh
Pasal 23 adalah:
•Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank
•Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan
dengan sewa guna usaha dengan hak opsi
Dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(3) huruf f UU PPh dan dividen yang diterima oleh
orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (2c) UU PPh
Bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (3) huruf i UU PPh
Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh
koperasi kepada anggotanya
• Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan
usaha atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai
penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan yang terdiri
dari:
a. Perusahaan pembiayaan yang merupakan badan
usaha di luar bank dan lembaga keuangan bukan
bank yang knusus didirikan untuk melakukan
kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga
pembiayaan dan telah memperoleh ijin usaha dari
Menteri Keuangan.
b. BUMN atau BUMD yang knusus didirikan untuk
memberikan sarana pembiayaan bagi usaga mikro,
menengah dan koperasi, termasuk PT (Persero)
Permodalan Madani.
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23
Dalam masalah pemotong pajak ini, nampaknya tidak
ada perubahan berarti yaitu tetap badan pemerintah,
Subjek Pajak badan dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya. Wajib Pajak Orang
Pribadi dapat ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak
sebagai pemotong PPh Pasal 23. Ketentuan inipun tak
mengalami perubahan. Pihak yang dipotong PPh
Pasal 23 tidak mengalami perubahan yaitu Wajib
Pajak Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT).
Tarif Bagi Wajib Pajak Ber-
NPWP
Berdasarkan Pasal 23 ayat (1a) Undang-undang Pajak
Penghasilan yang baru, Wajib Pajak yang menerima atau
memperoleh penghasilan yang merupakan objek
pemotongan PPh Pasal 23 dan tidak memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP), maka besarnya tarif pemotongan PPh
Pasal 23 adalah lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada
tarif PPh Pasal 23 umumnya. Hal ini dapat ditafsirkan
bahwa Jika bagi Wajib Pajak yang berNPWP dikenakan tarif
15%, maka bagi yang tidak berNWP akan dikenakan tarif
30%. Begitu juga jika Wajib Pajak berNPWP dikenakan tarif
2% maka bagi yang tidak berNPWP menjadi 4%.
Contoh 1:

PT. ABC membayar jasa service kepada CV. Service


sebesar Rp. 3.000.000,-

Buatlah pencatatan yang harus dilakukan oleh :


PT. ABC
CV. SERVICE
Contoh :

Pada tanggal 20 Januari 2010 PT. ABC menerima


penghasilan Deviden dari PT. BCA sebesar Rp
130.000.000,-. Tanggal 2 Februari 2010 PT. BCA
menyetor Pajak yang telah dipotong atas penghasilan
tersebut. Berapakah besar PPh Pasal 23 yang telah
dipotong dan bagaimanakah pencatatan atas transaksi
tersebut ?
Buatlah Jurnal yang harus dibuat oleh PT. ABC dan PT.
BCA!
Latihan
PT. ABC membayar jasa maklon kepada CV. Sejahtera
sebesar RP. 30.000.000,- (Diasumsikan kedua
perusahaan memiliki NPWP)
Pertanyaan :
•Berapakah PPh Pasal 23 yang dipotong oleh PT. ABC?
•Buatlah jurnal atas transaksi di atas?
Departemen Keuangan membayar sewa kendaraan roda
empat dari CV. Rentalindo sebesar Rp. 5,000,000.
(Diasumsikan CV. Rentalindo tidak mempunyai NPWP)
Pertanyaan :
•Pajak apa saja dan berapakah pajak yang harus
dipotong oleh Departemen Keuangan ?
•Buatlah jurnal atas transaksi di atas ?

Anda mungkin juga menyukai