PERTEMUAN 5 - Musyarakah

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 46

AKUNTANSI SYARIAH

(Pertemuan 5)
Dr. Zumratul Meini, S.E., M.S.E., M.S.Ak.
Universitas Nasional Jakarta
AKAD MUSYARAKAH
PENGERTIAN MUSYARAKAH
 Bahasa: al-syirkah/al-ikhtilath (percampuran) atau
persekutuan dua orang atau lebih, sehingga antara
masing-masing sulit dibedakan atau tidak dapat
dipisahkan
 PSAK106 mendefinisikan musyarakah sebagai akad kerja
sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan
dibagi berdasarkan kesepakatan & kerugian berdasarkan
porsi kontribusi dana
Karakteristik Akad Musyarakah

 Modal musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau aktiva
nonkas, termasuk aktiva tidak berwujud seperti lisensi dan hak paten yang
sesuai dengan syariah
 Setiap mitra harus memberi kontribusi dalam modal dan pekerjaan
Karakteristik Akad Musyarakah

 Keuntungan atau pendapatan musyarakah dibagi di antara mitra musyarakah


berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian musyarakah dibagi diantara
mitra musyarakah secara proporsional berdasarkan modal yang disetorkan
 Keuntungan dibagi menggunakan nisbah yang disepakati dan menggunakan
nilai realisasi keuntungan
Karakteristik Akad Musyarakah

Jaminan modal
 Dalam pembiayaan musyarakah setiap mitra tidak dapat menjamin modal mitra
lainnya, namun setiap mitra dapat meminta mitra lainnya untuk menyediakan
jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang disengaja
 PSAK 106 par 7 memberikan beberapa contoh kesalahan yang disengaja yaitu:
(a) pelanggaran terhadap akad; antara lain, penyalahgunaan dana investasi,
manipulasi biaya dan pendapatan operasional; atau (b) pelaksanaan yang tidak
sesuai dengan prinsip syariah
Karakteristik Akad Musyarakah
Perjanjian
 Untuk menghindari persengketaan di kemudian hari, sebaiknya akad kerja
sama dibuat secara tertulis dan dihadiri para saksi. Akad atau perjanjian
tersebut harus mencakup berbagai aspek antara lain terkait dengan besaran
modal dan penggunaannya (tujuan usaha musyarakah), pembagian kerja di
antara mitra, nisbah yang digunakan sebagai dasar pembagian laba, periode
pembagian laba dan lain sebagainya.
Karakteristik Akad Musyarakah

Persengketaan
Apabila terjadi perselisihan diantara dua belah pihak maka dapat diselesaikan
secara musyawarah di antara mereka berdua atau melalui badan arbitrase
syariah.
Hikmah Akad Musyarakah
 Dalam musyarakah dapat ditemukan nilai ajaran Islam tentang
ta’awun (gotong-royong), ukhuwah (persaudaraan) dan keadilan.
Keadilan sangat terasa ketika penentuan nisbah untuk
pembagian keuntungan yang bisa saja berbeda dari porsi modal
karena disesuaikan oleh faktor lain selain modal misalnya;
keahlian, ketersediaan waktu, dan sebagainya. Selain itu
keuntungan yang dibagikan kepada pemilik modal merupakan
keuntungan riil, bukan merupakan nilai nominal yang telah
ditetapkan sebelumnya seperti bunga/riba. Prinsip keadilan juga
terasa ketika hanya orang yang punya modal saja yang dapat
dibebankan/menanggung risiko finansial.
Skema Musyarakah

Musyarakah
Mitra11
Mitra Mitra22
Mitra

Proyek
Proyek
Usaha
Usaha

Laba/Rugi Laba/Rugi
Mitra1 Keuntungan/k Mitra2
Keuntungan/k
erugian
erugian

Hasilusaha:
Hasil usaha:
Apabilauntung
Apabila untungakan
akandibagi
dibagisesuai
sesuainisbah
nisbah
Apabilarugi,
Apabila rugi,akan
akanditanggung
ditanggungsesuai
sesuaiporsi
porsimodal
modal
Jenis Akad Musyarakah
Berdasarkan ulama fikih

1. Syirkah Al-Milk merupakan kepemilikan bersama (co-


ownership) yang keberadaannya muncul apabila dua
orang atau lebih memperoleh kepemilikan bersama
(joint ownership) atas suatu kekayaan (aset).
a) Apabila harta bersama (warisan/hibah/wasiat) dapat
dibagi, namun para mitra memutuskan untuk tetap
memilikinya bersama, maka syirkah Al Milk tersebut
bersifat ikhtiari (sukarela/voluntary).
b) Apabila barang tersebut tidak dapat dibagi-bagi dan
mereka terpaksa harus memilikinya bersama, maka
syirkah Al-Milk tersebut bersifat jabari (tidak
sukarela/involuntary atau terpaksa).
2. Syirkah Al ’uqud (kontrak), yaitu kemitraan yang tercipta
dengan kesepakatan dua orang atau lebih untuk
bekerjasama dalam mencapai tujuan tertentu. Setiap mitra
dapat berkontribusi dengan modal/modal dan atau kerja,
serta berbagi keuntungan dan kerugian. Syirkah jenis ini
dapat dianggap sebagai kemitraan yang sesungguhnya,
karena para pihak yang bersangkutan secara sukarela
berkeinginan untuk membuat suatu kerjasama investasi dan
berbagi untung dan risiko. Berbeda dengan syirkah al-milk,
dalam kerja sama jenis ini setiap mitra dapat bertindak
sebagai wakil dari pihak lainnya.
Syirkah Al’uqud dibagi menjadi:
 Syirkah Abdan
 Syirkah Wujuh
 Syirkah ‘Inan
 Syirkah Mufawwadhah
1. Syirkah Abdan
Syirkah abdan (syirkah fisik)/syirkah a’mal (syirkah kerja)/ syirkah shanaa’i
(syirkah para tukang)/ syirkah taqabbul (syirkah penerimaan). Merupakan
bentuk syirkah antara dua pihak atau lebih dari kalangan pekerja/profesional
dimana mereka sepakat untuk bekerja sama mengerjakan suatu pekerjaan
dan berbagi penghasilan yang diterima.
 Contoh: kerja sama antara para akuntan, dokter, ahli hukum, tukang jahit,
tukang bangunan dan lainnya.
2. Syirkah Wujuh

Kerja sama antara dua pihak di mana masing-masing pihak sama sekali tidak
menyertakan modal. Mereka menjalankan usahanya berdasarkan kepercayaan
pihak ketiga. Setiap mitra menyumbangkan nama baik, reputasi,
creditworthiness, tanpa menyetorkan modal.
Contoh: dua orang atau lebih membeli sesuatu barang tanpa modal atau
dengan kredit, yg ada hanyalah nama baik mereka dan kepercayaan para
pedagang terhadap mereka, dan keuntungan yang diperoleh adalah untuk
mereka
Setiap mitra menjadi penanggungjawab dan agen bagi mitra yang lain, dengan
kata lain pembelian barang tersebut ditanggung bersama. Keuntungan dibagi
kepada para mitra berdasarkan kesepakatan bersama
3. Syirkah ’inan
adalah bentuk kerja sama di mana posisi dan komposisi pihak-pihak yang
terlibat di dalamnya adalah tidak sama, baik dalam hal modal maupun
pekerjaan.
 Setiap mitra bertindak sebagai agen untuk kepentingan pihak lain (mutual
agency), tetapi bukan merupakan penjamin bagi mitra usaha lainnya. Namun
demikian, kewajiban terhadap pihak ketiga adalah sendiri-sendiri, tidak
ditanggung secara bersama-sama
4. Syirkah mufawwadhah
adalah bentuk kerjasama dimana posisi dan komposisi pihak-pihak yang
terlibat di dalamnya harus sama, baik dalam hal modal, pekerjaan, agama,
keuntungan maupun risiko kerugian.
Masing-masing mitra memiliki kewenangan penuh untuk bertindak bagi
dan atas nama pihak yang lain  setiap mitra sepenuhnya
bertanggungjawab atas tindakan-tindakan hukum dan komitmen-komitmen
dari para mitra lainnya dalam segala hal yang menyangkut kemitraan ini.
Bentuk syirkah ini mirip seperti firma, namun dalam firma jumlah modal yang
disetorkan tidak harus sama.
Jenis Akad Musyarakah
Berdasarkan PSAK

 Musyarakah permanen
Dalam musyarakah permanen bagian modal setiap mitra ditentukan saat akad dan
jumlahnya tetap hingga akhir masa akad (PSAK no 106 par.04)
 Musyarakah menurun/Musyarakah mutanaqisah
Dalam musyarakah menurun, bagian modal salah satu mitra akan dialihkan secara
bertahap kepada mitra lain, sehingga pada akhir akad mitra yang lain akan memiliki
usaha tersebut secara penuh.
Dasar Syariah
 Al-Quran

“ Maka mereka berserikat pada sepertiga.” (QS An-Nisa:12)

“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu


sebagian mereka berbuat dzalim kepada sebagian yang lain kecuali orang
yang beriman dan mengerjakan amal shaleh.” (QS Shad: 24)
 As-Sunah

Hadis Qudsi dari Abu Hurairah: “Aku (Allah) adalah pihak ketiga dari dua
orang yang berserikat, sepanjang salah seorang dari keduanya tidak
berkhianat terhadap lainnya. Apabila seseorang berkhianat terhadap lainnya
maka Aku keluar dari keduanya.” (HR. Abu Dawud dan al-Hakim dari Abu
Hurairah).
Rukun Musyarakah

1. Pelaku (para mitra)

2. Obyek musyarakah

3. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)

4. Nisbah keuntungan
Ketentuan Syariah
1. Pelaku
a) Para mitra harus cakap hukum
b) Setiap mitra dianggap sebagai wakil dari mitra lain dan dari usaha kerja sama

2. Obyek Musyarakah
a) Modal
b) Kerja
Ketentuan Syariah
1. Modal
 Modal yang diberikan harus tunai
 Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, perak, atau aset
perdagangan
 Jika modal dalam bentuk nonkas, maka harus menggunakan nilai tunainya
 Modal yang diserahkan oleh setiap mitra harus dicampur.
 Dalam kondisi normal, setiap mitra memiliki hak untuk mengelola aset
kemitraan.
 Mitra tidak boleh meminjam uang atas nama usaha musyarakah, demikian
juga meminjamkan uang kepada pihak ketiga
 Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan
modal itu untuk kepentingannya sendiri
 Pada prinsipnya dalam musyarakah tidak boleh ada penjaminan modal,
 Modal yang ditanamkan tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek atau
investasi yang dilarang oleh syariah.
Ketentuan Syariah
2. Kerja
 Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar
pelaksanaan musyarakah
 Tidak dibenarkan bila salah seorang di antara mitra menyatakan
tidak ikut serta menangani pekerjaan dalam kemitraan tersebut
 porsi kerja antara satu mitra dengan mitra lainnya tidak harus sama.
 Setiap mitra bekerja atas nama pribadi atau mewakili mitranya.
 Para mitra harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah.
 Seorang mitra yang melaksanakan pekerjaan di luar wilayah tugas
yang ia sepakati, berhak mempekerjakan orang lain untuk
menangani pekerjaan tersebut.
 Jika seorang mitra mempekerjakan pekerja lain untuk melaksanakan
tugas yang menjadi bagiannya, biaya yang timbul harus
ditanggungnya sendiri.
Ketentuan Syariah

3. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul). Akad


dapat dilakukan secara lisan atau secara tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan cara cara komunikasi
modern. Namun bentuk perjanjian musyarakah secara
tertulis lebih baik dengan disaksikan oleh saksi-saksi
yang memenuhi syarat untuk menghindari persengketaan
di kemudian hari.
Ketentuan Syariah
Nisbah
a. Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati oleh para
mitra diawal akad
b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak
c. Keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan ditentukan dasar perhitungan
keuntungan
d. Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan tetapi
harus menggunakan nilai realisasi keuntungan
e. Mitra tidak dapat menentukan bagian keuntungannya sendiri dengan menyatakan
nilai nominal tertentu
f. Pada prinsipnya keuntungan milik para mitra namun diperbolehkan
mengalokasikan keuntungan untuk pihak ketiga bila disepakati

 Kerugian
kerugian akan dibagi secara proporsional sesuai dengan porsi modal dari masing-
masing mitra
Berakhirnya Akad Musyarakah
Jika:
 salah seorang mitra menghentikan akad
 salah seorang mitra meninggal, atau hilang akal. Dalam hal ini mitra yang meninggal
atau hilang akal dapat digantikan oleh salah seorang ahli warisnya yang cakap
hukum (baligh dan berakal sehat) apabila disetujui oleh semua ahli waris lain dan
mitra lainnya
 modal musyarakah hilang/habis
Penentuan Nisbah
1. Pembagian keuntungan proporsional sesuai modal
Menurut pendapat ini, keuntungan harus dibagi di antara para
mitra secara proporsional sesuai modal yang disetorkan,
tanpa memandang apakah jumlah pekerjaan yang
dilaksanakan oleh para mitra sama ataupun tidak sama.
Apabila salah satu pihak menyetorkan modal lebih besar,
maka pihak tersebut akan mendapatkan proporsi laba yang
lebih besar
2. Pembagian keuntungan tidak proporsional dengan modal
Menurut pendapat ini, dalam penentuan nisbah yang
dipertimbangkan bukan hanya modal yang disetorkan, tapi
juga tanggung jawab, pengalaman, kompetensi atau waktu
kerja yang lebih panjang.
Akuntansi untuk Mitra Aktif/Pasif
 Pengakuan investasi musyarakah
Investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau aset nonkas
untuk usaha musyarakah.
Pengukuran investasi musyarakah:
Pencatatan ketika mitra aktif mengeluarkan biaya pra akad:
Dr. Uang muka akad xxx
Cr. Kas xxx
Apabila mitra lain sepakat biaya ini dianggap sebagai bagian investasi
musyarakah
Dr. Investasi musyarakah xxx
Cr. Uang muka akad xxx
Apabila mitra lain tidak setuju biaya ini dianggap sebagai bagian investasi
musyarakah
Dr. Beban Musyarakah xxx
Cr. Uang muka akad xxx
Akuntansi untuk Mitra Aktif/Pasif
 apabila investasi dalam bentuk kas akan dinilai sebesar jumlah yang diserahkan; dan dicatat:

Dr. Investasi musyarakah–kas xxx


Cr. Kas xxx

pencatatan yang dilakukan jika nilai wajar aset nonkas yang diserahkan
lebih besar dari nilai buku, maka selisihnya akan dicatat dalam akun
selisih penilaian aset musyarakah:
Dr. Investasi musyarakah xxx
Dr. Akumulasi penyusutan xxx
Cr. Selisih penilaian aset musyarakah xxx
Cr. Aset nonkas xxx
Akuntansi untuk Mitra Aktif/Pasif
Pencatatan amortisasi selisih penilaian asset musyarakah adalah sebagai
berikut:
Dr. Selisih penilaian aset musyarakah xxx
Cr Keuntungan xxx

Pencatatan yang dilakukan jika nilai wajar asset non kas yang diserahkan
lebih kecil dari nilai buku, maka selisihnya dicatat sebagai kerugian:
Dr. Investasi musyarakah xxx
Dr. Akumulasi penyusutan xxx
Dr. Kerugian xxx
Cr. Aset nonkas xxx
Akuntansi untuk Mitra Aktif/Pasif
 Apabila investasi dalam bentuk aset non-kas dan diakhir akad akan diterima
kembali maka atas aset nonkas musyarakah disusutkan berdasarkan nilai wajar
tersebut.
Dr. Beban depresiasi xxx
Cr. Akumulasi depresiasi xxx
Apabila dari investasi musyarakah diperoleh keuntungan, jurnal:
Dr. Kas/Piutang xxx
Cr. Pendapatan investasi musyarakah xxx

Apabila dari investasi yang dilakukan rugi, jurnal:


Dr. Kerugian xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx
Akuntansi untuk Mitra Aktif/Pasif
 Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas,
dan diakhir akad dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai
wajar aset nonkas yang disepakati ketika aset tersebut
diserahkan. Ketika akad musyarakah berakhir, aset nonkas
akan dilikuidasi/dijual terlebih dahulu dan keuntungan atau
kerugian dari penjualan aktiva ini (selisih antara nilai buku
dengan nilai jual) didistribusikan pada setiap mitra sesuai
kesepakatan.
 Jika untung maka akan dicatat:
Dr. Piutang xxx
Cr. Pendapatan xxx
 Jika rugi, akan dicatat:
Dr. Kerugian xxx
Cr Penyisihan Kerugian xxx
Akuntansi untuk Mitra Aktif/Pasif
 Pencatatan di akhir akad:
1. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa kas:
- Jika tidak ada kerugian, jurnal:
Dr. Kasxxx
Cr. Investasi musyarakah xxx
- Jika ada kerugian, jurnal:
Dr. Kas xxx
Dr. Penyisihan kerugian xxx
Cr. Investasi musyarakah xxx
2. Apabila modal investasi berupa aset nonkas, dan dikembalikan
dalam bentuk aset nonkas yang sama pada akhir akad:
- Jika tidak ada kerugian, jurnal:
Dr. Aset nonkasxxx
Cr. Investasi musyarakah xxx
- Jika ada kerugian, maka perusahaan harus menyetorkan uang
sebesar nilai kerugian, jurnal:
Dr. Penyisihan kerugian xxx
Cr. Kas xxx
Dr. Aset nonkasxxx
Cr. Investasi musyarakah xxx
Akuntansi untuk Mitra Aktif/Pasif
3. Apabila modal investasi berupa aset nonkas, dan
dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai wajar ketika
aset nonkas diserahkan,
- Jika tidak ada penyisihan kerugian dan penjualan aset
nonkas menghasilkan keuntungan;
Dr. Kas xxx
Cr. Investasi musyarakah xxx
Cr.Piutang xxx
- Jika ada penyisihan kerugian dan penjualan aset nonkas
menghasilkan keuntungan:
Dr. Kas xxx
Dr Penyisihan kerugian xxx
Cr. Investasi musyarakah xxx
Cr. Piutang xxx
Akuntansi untuk Mitra Aktif/Pasif

 Penyajian
Mitra pasif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha
musyarakah dalam laporan keuangan:
(a) Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif disajikan sebagai
investasi musyarakah
(b) Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset nonkas yang diserahkan
pada nilai wajar disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari investasi
musyarakah\
Akuntansi untuk Pengelola Dana
1. Pengukuran investasi musyarakah:
Dr. Uang muka akad xxx
Cr. Kas xxx
2. Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi kelayakan) tidak
dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari
seluruh mitra.
 Apabila mitra lain sepakat biaya ini dianggap sebagai bagian investasi
musyarakah
Dr. Investasi musyarakah xxx
Cr. Uang muka akad xxx
 Apabila mitra lain tidak setuju biaya ini dianggap sebagai bagian investasi
musyarakah
Dr. Beban xxx
Cr. Uang muka akad xxx
Akuntansi untuk Pengelola Dana
 Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif atau mitra aktif diakui sebagai
dana syirkah temporer sebesar:
(a) jumlah yang diterima untuk penerimaan dalam bentuk kas, Jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Dana syirkah temporer xxx
 dana syirkah temporer harus dipisahkan (dalam bentuk sub ledger) antara
dana yang berasal dari mitra aktif atau mitra pasif.

(b) nilai wajar untuk penerimaan dalam bentuk aset nonkas, Jurnal:
Dr. Aset nonkas xxx
Cr. Dana syirkah temporer xxx
Akuntansi untuk Pengelola Dana
 Apabila di akhir akad aset nonkas tidak dikembalikan maka yang mencatat
beban depresiasi adalah usaha musyarakah atas dasar nilai wajar dan
disusutkan selama masa akad atau selama umur ekonomis. Sedangkan jika
dikembalikan, yang mencatat beban depresiasi adalah mitra yang menyerahkan
aset nonkas sebagai modal investasinya.
Dr. Beban depresiasi xxx
Cr. Akumulasi depresiasi xxx

Sebelum pembagian laba, pengelola akan mengakui pendapatan dan beban di


mana dicatat dengan cara yang tidak berbeda dengan akuntansi konvensional.
Jurnal penutup:
Dr. Pendapatan xxx
Cr. Beban xxx
Cr. Pendapatan yang belum dibagikan xxx
Akuntansi untuk Pengelola Dana
Pencatatan untuk pembagian laba untuk mitra aktif/pasif:
Dr. Beban bagi hasil xxx
Cr. Utang xxx
Pada saat pembagian laba tersebut dibagikan:
Dr. Utang xxx
Cr. Kas xxx
Pada akhir periode, akun pendapatan yang belum dibagikan
dan beban bagi hasil ditutup. Jurnal:
Dr. Pendapatan belum dibagihasilkan xxx
Cr. Beban bagi hasil xxx
Akuntansi untuk Pengelola Dana

 Jika pengelola mengakui adanya kerugian, jurnal penutup:


Dr. Pendapatan xxx
Dr. Kerugian yang belum dialokasikan xxx
Cr. Beban xxx
 Untuk pengakuan pendisitribusian kerugian,Jurnal:
Dr. Penyisihan kerugian xxx
Cr Kerugian yang belum dialokasikan xxx
Akuntansi untuk Pengelola Dana
 Pencatatan yang dilakukan pada akhir akad:
1. Apabila dana investasi yang diserahkan kas, jurnal:
Dr. Dana syirkah temporer xxx
Cr. Kas xxx
Cr. Penyisihan kerugian xxx
2. Apabila dana investasi yang diserahkan berupa aset nonkas,
dan di akhir akad dikembalikan, jurnal:
Dr. Dana syirkah temporer xxx
Cr. Aset nonkas xxx
Jika aset harus dikembalikan, dan terjadi kerugian maka harus
menyerahkan kas untuk menutup kerugian. Jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Penyisihan kerugian xxx
Akuntansi untuk Pengelola Dana
3. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan di
akhir akad dikembalikan dalam bentuk kas, maka aset nonkas harus
dilikuidasi/dijual terlebih dahulu dan keuntungan atau kerugian dari
penjualan aset didistribusikan pada setiap mitra sesuai kesepakatan.
Jika penjualan menghasilkan keuntungan:
Dr. Kas xxx
Dr. Akumulasi depresiasi xxx
Cr. Aset nonkas xxx
Cr. Keuntungan xxx
Dr. Keuntungan xxx
Cr. Utang xxx
Jika penjualan tersebut menghasilkan kerugian:
Dr. Kas xxx
Dr. Akumulasi depresiasi xxx
Dr. Kerugian xxx
Cr. Aset nonkas xxx
Dr. Piutang xxx
Cr. Kerugian xxx
Akuntansi untuk Pengelola Dana

Ketika pelunasan, asumsi tidak ada penyisihan


4.
kerugian dan dari penjualan aset nonkas mengalami
kerugian:
Dr. Dana syirkah temporer xxx
Cr. Kas xxx
Cr. Piutang xxx
 Ketika pelunasan, asumsi ada penyisihan kerugian
dan dari penjualan aset nonkas mengalami kerugian:
Dr. Dana syirkah temporer xxx
Cr. Kas/Kewajiban xxx
Cr. Piutang xxx
Cr. Penyisihan kerugian xxx
Akuntansi untuk Pengelola Dana
 Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah menurun
(dengan pengembalian modal mitra secara bertahap)
dinilai sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas
yang diserahkan untuk usaha musyarakah pada awal
akad ditambah dengan jumlah modal syirkah temporer
yang telah dikembalikan kepada mitra pasif, dan
dikurangi kerugian (jika ada)
Akuntansi untuk Pengelola Dana
Penyajian
Pengelola menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait
dengan usaha musyarakah dalam laporan keuangan:
(a) Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang
diterima dari mitra pasif disajikan sebagai investasi musyarakah;
(b) Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai
unsur dana syirkah temporer;
(c) Selisih penilaian aset musyarakah, disajikan sebagai unsur
ekuitas.
Pengungkapan
Mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah,
tetapi tidak terbatas, pada:
(a) isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi dana,
pembagian hasil usaha,aktivitas usaha musyarakah, dan lain-lain;
(b) pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif; dan
(c) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
Terima Kasih
Referensi:
Sri Nurhayati, Wasilah. (2014). Akuntansi Syariah di Indonesia. Salemba Empat
Rizal Yaya, Aji Erlangga M., Ahim Abdurahim. (2016). Akuntansi Perbankan
Syariah. Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai