Akad Musyarakah
Akad Musyarakah
Akad Musyarakah
AKAD MUSYARAKAH
Dosen Pengampu:
Anita Dwi Utami, S.E.,M.Ak.
Disusun Oleh :
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS APRIL
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT.karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Akad Musyarakah”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Akuntansi
Syariah. Dalam proses pembuatan penulisan ini penulis banyak menghadapi banyak
kenadala, tetapi itu semua bisa diatasi dengan dukungan dan motivasi dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Dengan
demikian, penulis berharap kritikan dan saran yang membangun dari pembaca demi
penyempurnaan makalah ini.Semoga penulisan ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca
dikemudian hari.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep Bagi hasil, dalam menghadapi ketidakpastian merupakan salah satu prinsip
yang sangat mendasar dari ekonomi Islam yang dianggap dapat mendukung aspek
keadilan.Keadilan merupakan aspek mendasar dalam perekonomian Islam. Penetapan suatu
hasil usaha didepan dalam suatu kegiatan usaha dianggap sebagai sesuatu hal yang dapat
memberatkan salah satu pihak yang berusaha, sehingga melanggar aspek keadilan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi akad musyarakah?
2. Bagaimana jenis-jenis akad musyarakah?
3. Bagaimana karakteristik dan jenis akad musyarakah?
4. Bagaimana dasar syariah tentang akad musyarakah?
5. Bagaimana berakhirnya akad musyarakah?
6. Bagaimana penetapan nisbah dalam akad musyarakah?
7. Bagaimana perlakuan akuntansi dalam akad musyarakah?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mendeskripsikan definisi akad musyarakah
2. Mendeskripsikan jenis-jenis akad musyarakah
3. Mendeskripsikan karakteristik dan jenis akad musyarakah
4. Mendeskripsikan dasar syariah tentang akad musyarakah
5. Mendeskripsikan berakhirnya akad musyarakah
6. Mendeskripsikan penetapan nisbah dalam akad musyarakah
7. Mendeskripsikan perlakuan akuntansi dalam akad musyarakah
BAB II
PEMBAHASAN
PSAK 106 mendefinisikan musyarakah sebagai akad kerja sama antara dua
pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan
kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Para mitra
bersama-sama menyediakan dana untuk mendanai sebuah usaha tertentu dalam
masyarakat, baik usaha yang sudah berjalan maupun yang baru, selanjutnya salah satu
mitra dapat mengembalikan dana tersebut dan bagi hasil yang telah disepakati
nisbahnya secara bertahap atau sekaligus kepada mitra lain. Investasi musyarakah
dapat dalam bentuk kas, setara kas, atau aset nonkas.
“Jikaulah saudara-saudara itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam
yang sepertiga itu.” (QS. An-Nisa’: 12)
…ت
ِ صا ِل َحا َ ض إِ ََّّل الَّذِينَ آ َمنُوا َو
َّ ع ِملُوا ال ٍ علَ َٰى بَ ْع َ َِيرا مِنَ ْال ُخل
ُ طاءِ لَيَ ْبغِي بَ ْع
َ ض ُه ْم ً … َوإِ َّن َكث
2. Hadist
Hadist-hadist Rasul yang dapat dijadikan rujukan dasar akad musyarakah, adalah:
فاذا خانه خرجت من بينهما, مالم يخن أحدهما صاحبه, أ نا ثالث الشركين: عن أبي هريرة رفعه قال ان هللا يقول
(رواه أبوا داود والحاكم عن أبي هريرة
“Dari Abu Hurairah yang dirafa’kan kepada Nabi SAW, bahwa Nabi SAW
bersabda, sesungguhnya Allah SWT berfirman: “aku adalah pihak ketiga antara
dua orang yng bersrikat selama salah satu pihak tidak menghianati pihak yang
lain. jika salah satu pihak telah berkhianat, aku keluar dari mereka”. (HR. Abu
Daud dari Abu Hurairah).
Hadits ini merupakan hadits qudsi dan kedudukannya shahih menurut hakim.
Dalam hadits ini Allah memberikan pernyataan bahwa Dia akan bersama dua
orang yang saling bersekutu dalam suatu usaha perniagaan, dalam arti, Allah akan
menjaga, memberikan pertolongan dan berkah-Nya atas usaha perniagaan yang
dilakukan, usaha yang dijalankan akan semakin berkembang sepanjang tidak ada
pihak yang berkhianat.
3. Ijma’
Berdasarkan sumber hukum di atas maka secara ‘Ijma para ulama sepakat
bahwa hukum musyarakah yaitu boleh. Hanya saja, mereka berbeda pendapat
tentang jenisnya. Ibnu Qudamah dalam kitabnya al-Mughni telah berkata:
Muslimin telah berkonsensus akan legitimasi syarikah/musyarakah secara global,
walaupun perbedaan pendapat terdapat dalam beberapa elemen dari padanya.
Apabila biaya akad tidak disepakati menambah pembiayaan musyarakah, maka biaya
akad (jasa notaris) akan menambah biaya, sehingga jumlahnya adalah:
Tgl Keterangan Debit Kredit
(Rp) (Rp
)
01/04/2010 Biaya 200.000
akad musyaraka 200.000
h
Uang
muka musyarak
ah
(Biaya akad musyarakah tidak diakui menambah pembiayaan)
2. Kerugian musyarakah
Apabila dalam melaksanakan pekerjaan (masa penyelesaian proyek)
mengalami kerugian, maka ada dua kemungkinan penyebab terjadinya kerugian,
pertama; kerugian yang terjadi karena ketidak sengajaan atau kejadian luar biasa
(force majour), kedua; kerugian yang terjadi karena kelalaian mitra usaha.
50.000.000,00 karena terjadi kebakaran yang disebabkan oleh arus pendek listrik
(ketidak sengajaan).
Analisis:
Terjadi kerugian yang tidak disebabkan oleh kelalaian partner, maka akan mengurangi
pembiayaan musyarakah, yang berarti menambah kerugian Bank Muslim Syariah
sesuai porsinya. Porsi Bank Muslim Syariah adalah 40%, maka kerugian yang
ditanggung Bank Muslim Syariah adalah Rp. 20.000.000,00 (40% x Rp.
50.000.000,00).
Tgl Keterangan Debit Kredit
(Rp) (Rp)
01/07/20 Kerugian musyaraka 20.000.0
10 h 00 20.000.0
Pembayaran musyara 00
kah
(Kerugian akibat kebakaran pembiayaan musyarakah dengan PT. Prayoga)
Transaksi 2 (Penyerahan aktiva non kas dan selisih lebih nilai aktiva)
05/05/2011 Bank Muslim Syariah menyerahkan seperangkat peralatan bengkel yang
sudah dimiliki Bank sebagai pembiayaan musyarakah pada tahap kedua dengan nilai
wajar Rp. 15.000.000,00. Peralatan bengkel ini dahulu dibeli dengan harga Rp.
14.000.000,00.
Analisis:
Bank Muslim Syariah menyerahkan pembiayaan musyarakah tahap kedua dalam
bnetuk aktiva non kas (peralatan bengkel). Terjadi perbedaan nilai wajar aktiva
dengan nilai bukunya. Peralatan bengkel dibeli dengan harga Rp. 14.000.000,00,
sedang nilai wajarnya Rp. 15.000.000,00. Pembiayaan musyarakah diakui sebesar Rp.
15.000.000,00 (sebesar nilai wajar), selisihnya Rp. 1.000.000,00 diakui sebagai
keuntungan Bank.
Tgl Keterangan Debit Kredit
(Rp) (Rp)
05/06/20 Pembiayaan musyara 15.000.0
11 kah 00 14.000.0
Persediaan perl. 00
Bengkel 1.000.00
Keunt. Penyerahan 0
aktiva
(Penyerahan perlengkapan bengkel pembiayaan musyarakah pada Bpk. Yoga)
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
1. Musyarokah adalah akad kerjasama yang terjadi diantara para pemilik modal
(mitra musyarakah) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara
bersama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah pembagian hasil sesuai dengan
kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional sesuai dengan
kontribusi modal.
2. Berdasarkan eksistensinya, Musyarakah dapat dibagi menjadi akad Syarikah Amlak
(Amlak Jabr dan Amlak Ikhtiar) dan Syarikah Uqud (Inan, Mufawadhah, Wujuh, dan
A’mal). Sedangkan berdasarkan kontribusi dana investasi, jenis akad musyarokah ada
dua yaitu musyarokah permanen dan musyarokah menurun.
3. Dasar syariah tentang akad musyarokah dijelaskan di dalam QS. An-Nisa: 12, QS.
Ash-Shad: 24, HR. Abu Daud dari Abu Hurairah serta Ijma’ Ulama’.
4. Penetapan nisbah dalam akad musyarokah dapat ditentukan melalui dua cara yaitu:
Pembagian keuntungan proporsional sesuai modal dan Pembagian keuntungan tidak
proporsional dengan modal.
5. Perlakuan akuntansi untuk transaksi musyarakah akan dilihat dari dua sisi pelaku
yaitu mitra aktif dan mitra pasif.
6. Ilustrasi akuntansi dalam akad musyarokah dapat digambarkan melalui beberapa
kasus yaitu pembiayaan musyarokah kas (permanen), kerugian musyarokah, dan
pembiayaan musyarokah aktiva non kas.
DAFTAR PUSTAKA