Pharmaceutical Care

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 44

TAHAP PHARMACEUTICAL CARE

KHURIN IN WAHYUNI,S.FARM., M.FARM.,APT


DEPARTEMEN FARMASI KOMUNITAS
• Secara prinsip, Pelayanan Kefarmasian terdiri dari
beberapa tahap yang harus dilaksanakan secara
berurutan:
• Penyusunan informasi dasar atau database pasien
• Evaluasi atau Pengkajian (Assessment)
• Penyusunan rencana pelayanan kefarmasian (RPK)
• Implementasi RPK
• Monitoring Implementasi
• Tindak Lanjut (Follow Up)
• Untuk lingkungan praktek yang minim data pasien seperti di apotek,
maka perlu penyesuaian dalam praktek pelayanan kefarmasian. Tahap
penyusunan dan evaluasi informasi dengan cara wawancara menjadi
tumpuan untuk menentukan tahap selanjutnya dalam pelayanan
kefarmasian.
PENYUSUNAN INFORMASI
DASAR/DATABASE PASIEN
• Penyusunan database dilakukan dengan menyalin nama, umur, berat
badan pasien serta terapi yang diberikan yang tertera pada resep.
Mengenai masalah medis (diagnosis, gejala) dibuat dengan menyusun
perkiraan masalah medis yang dimiliki pasien dari terapi yang
diberikan. Masalah medis yang diperkirakan selanjutnya
dikonfirmasikan ulang kepada pasien dan dokter bila perlu.
LANJUTAN…
• Riwayat alergi perlu ditanyakan khususnya pada pasien yang mendapat
antibiotik atau senyawa-senyawa obat lainnya yang potensi menimbulkan
alergi. Riwayat obat yang perlu ditanyakan adalah riwayat penggunaan obat
satu bulan terakhir. Hal ini diperlukan untuk memprediksikan efek samping
dan efek yang disebabkan DRP lainnya, serta untuk membantu pemilihan
obat.
EVALUASI/PENGKAJIAN
• Tujuan yang ingin dicapai dari tahap ini adalah
identifikasi masalah yang berkaitan dengan terapi
obat. Berbagai masalah yang dapat timbul berkaitan
dengan terapi obat perlu dipahami secara mendalam.
• Pelaksanaan evaluasi dilakukan dengan
membandingkan problem medik, terapi, dan database
yang telah disusun, kemudian dikaitkan dengan
pengetahuan tentang farmakoterapi, farmakologi dan
ilmu pengetahuan lain yang berkaitan.
RENCANA PELAYANAN
KEFARMASIAN (RPK)
• Rencana Pelayanan Kefarmasian memuat beberapa hal berikut:
• Rekomendasi terapi.
• Dalam rekomendasi terapi diajukan saran tentang
pemilihan/penggantian obat, perubahan dosis, interval dan bentuk
sediaan.
RENCANA MONITORING TERAPI
OBAT MELIPUTI:
• Monitoring efektivitas terapi. Monitoring terapi obat pada kasus DM
dilakukan dengan memantau tanda-tanda vital sebagaimana yang tercantum
dalam tabel 5 (Target Penatalaksanaan Diabetes). Selain itu parameter klinik
juga dapat membantu monitoring efektivitas terapi.
• Monitoring reaksi obat merugikan (adverse reactions) meliputi efek
samping obat, alergi dan interaksi obat.
• Pelaksanaan monitoring terapi obat bagi pasien di apotek
memiliki keterbatasan bila dibandingkan dengan di rumah
sakit, antara lain kesulitan untuk mengikuti perkembangan
pasien setelah keluar dari apotek.
• Metode yang paling tepat digunakan adalah monitoring melalui
telepon baik apoteker yang menghubungi maupun sebaliknya,
pasien melaporkan melalui telepon tentang kejadian yang tidak
diharapkan kepada apoteker. Khususnya dalam memonitor
terjadinya reaksi obat merugikan, perlu disampaikan reaksi
obat merugikan yang potensial akan terjadi serta memiliki
signifikansi secara klinik dalam konseling kepada pasien.
• Selain itu pasien dihimbau untuk melaporkan kejadian yang
dicurigai reaksi obat merugikan kepada apoteker. Selanjutnya
apoteker dapat menyusun rekomendasi terkait reaksi obat
merugikan tersebut.
• Rencana Konseling
• Rencana konseling memuat pokok-pokok materi konseling yang akan
disampaikan.
• Tahap kegiatan konseling:
• 1. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien 2. Menilai
pemahaman pasien tentang penggunaan Obat melalui Three Prime
Questions, yaitu:
• - Apa yang disampaikan dokter tentang Obat Anda?
• - Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian Obat Anda?
• - Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah
Anda menerima terapi Obat tersebut?
• 3. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada
pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan Obat
• 4. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
penggunaan Obat
• 5. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien
• Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda
tangan pasien sebagai bukti bahwa pasien memahami informasi yang
diberikan dalam konseling
IMPLEMENTASI RENCANA
PELAYANAN KEFARMASIAN
• Kegiatan ini merupakan upaya melaksanakan Rencana
Pelayanan Kefarmasian (RPK) yang sudah disusun.
Rekomendasi terapi yang sudah disusun dalam RPK,
selanjutnya dikomunikasikan kepada dokter penulis resep.
• Metode penyampaian dapat dipilih antara berbicara langsung
(pada apotek di poliklinik atau apotek pada praktek dokter
bersama) atau melalui telepon. Komunikasi antarprofesi yang
sukses memerlukan teknik dan cara tersendiri yang dapat
dipelajari dan dikembangkan berdasarkan pengalaman.
• Monitoring Implementasi
• Implementasi rencana monitoring adalah dengan melaksanakan
monitoring terapi obat dengan metode seperti yang sudah disebutkan
di atas. Demikian pula implementasi Rencana Konseling dilaksanakan
dengan konseling kepada pasien.
• Tindak Lanjut
• Tindak lanjut (follow up) merupakan kegiatan yang menjamin
kesinambungan pelayanan kefarmasian sampai pasien
dinyatakan sembuh atau tertatalaksana dengan baik. Kegiatan
yang dilakukan dapat berupa pemantauan perkembangan pasien
baik perkembangan kondisi klinik maupun perkembangan
terapi obat dalam rangka mengidentifikasi ada atau tidaknya
DRP yang baru. Bila ditemukan DRP baru, maka selanjutnya
apoteker menyusun atau memodifikasi RPK.
• Kegiatan lain yang dilakukan dalam tindak lanjut adalah
memantau hasil atau outcome yang dihasilkan dari rekomendasi
yang diberikan. Hal ini sangat penting bagi apoteker dalam
menilai ketepatan rekomendasi yang diberikan.
• Kegiatan tindak lanjut memang sulit dilaksanakan di lingkup farmasi
komunitas, kecuali pasien kembali ke apotek yang sama, apoteker
secara aktif menghubungi pasien atau pasien menghubungi apoteker
melalui telepon.
PROBLEMA APA YANG TIMBUL
PADA PELAYANAN

• problem medis adalah kondisi sakit,


berkaitan dengan gangguan fisiologis
yang diindikasikan melalui bukti klinis
dari adanya cidera akibat suatu
penyakit.
• problem terapi terkait obat adalah
masalah pasien yang diakibatkan
oleh obat ataupun oleh proses
pemberian obat
Contoh:
•Diabetes adalah problem medis

•Pasien membutuhkan terapi obat


diabetes. Terpenuhi tidaknya obat
tsb dengan baik dan sesuai adalah
problem terapi terkait obat
•Kepatuhan dari pasien
Kejadian medication error dibagi dalam 4 fase yaitu fase prescribing,
fase transcribing, fase dispensing dan fase administration oleh pasien.

Fase prescribing adalah error yang terjadi pada fase penulisan resep.
Contoh: obat yg diresepkan tidak tepat indikasi, tidak tepat pasien atau
kontraindikasi, tidak tepat obat atau obat tidak ada indikasinya, tidak tepat dosis
dan aturan pakai.

Fase transcribing adalah error yg terjadi pada saat pembacaan resep untuk
proses dispensing.
Contoh: salah membaca resep karena tulisan tidak jelas, salah dalam
menerjemahkan order pembuatan resep dan signature

Fase dispensing adalah error yg terjadi pada saat penyiapan hingga penyerahan
resep oleh petugas apotek.
Contoh: salah mengambil obat dari rak penyimpanan karena kemasan atau nama
yg mirip, salah dalam menghitung jumlah tablet yg akan diracik, atau salah dalam
pemberian informasi.

Fase administration adalah error yg terjadi pada proses penggunaan obat. Contoh:
pasien salah menggunakan obat, ataupun salah waktu minum obatnya
Jenis-jenis Medication Error
1. wrong-drug error
2. Extra-dose error
3. Omission error
4. Wrong dose or wrong strength error
5. Wrong route error
6. Wrong time error
7. Wrong dosage form error
Wrong drug error
Pemberian obat pada pasien yang sebenarnya tidak harus mengkonsumsi
obat tersebut.

Extra dose error


Frekwensi pemberian lebih sering dari yang diinstruksikan dokter. Contohnya:
dokter menginstruksikan bahwa obat diberikan setiap pagi hari, tetapi
pasien juga memakan obat tsb pada malam hari

Omission error
Dosis tidak diberikan pada waktu yang semestinya, kecuali ada penjelasan
lain. Jika pasien menolak meminum obat atau obat dihentikan sesuai
peraturan (mis. “jangan menelan sesuatu sebelum pelaksanaan operasi”)
maka ini tidak dikategorikan medication error.

Wrong dose error or wrong strength error


Bila utk tablet, dosis yg diberikan tidak boleh lebih atau kurang dari 17% dari
dosis yg sebenarnya
Utk injeksi, bila dosis yg diberikan lebih dari 5% atau 10% dari yg sebenarnya
maka dikategorikan medication error.
Wrong route error
Terjadi kalau rute pemberiannya salah. Termasuk dlm kategori ini adalah bila
pemberian obat melalui sisi yg salah (contoh: utk telinga kanan diberikan ke
telinga kiri)

Wrong-time error
Adalah pemberian obat yg lebih atau kurang dari 30 menit dari waktu yg
seharusnya tanpa ada alasan yang jelas.
Alasan jelas: - dokter meminta pasien tidak mengkonsumsi apapun melalui
mulut
-pasien tdk berada di ruang rawat karena harus menjalani
pemeriksaan tertentu
-bila dibutuhkan dosis „prn‟

Wrong dosage-form error


Adalah pemberian obat dengan bentuk berbeda dari yang diresepkan dokter.
Contoh: yg diminta tablet, diberikan suspensi.
tablet extended release digerus termasuk error karena telah merusak waktu
pelepasan obat

Anda mungkin juga menyukai