Prinsip Pemberian Obat
Prinsip Pemberian Obat
Prinsip Pemberian Obat
OBAT
KELOMPOK 4:
• Grechia Tambunan (201101186)
• Priscilia D. A. Purba (201101150)
• Della Zefanya Girsang (201101074)
• Elisa Hutabarat (201101168)
• Cyntia Veronica Pasaribu (201101156)
• Norita Lumban Gaol (201101154)
• Sweety Yulia Saragih (201101162)
• Annisa Khalidia (201101064)
• Four Aprelna Hutagalung (201101056)
• Rahmadani Putri Dinanti (201101192)
PENGERTIAN OBAT
Obat adalah zat apa pun yang menyebabkan perubahan fisiologi atau psikologi
organisme saat dikonsumsi. Obat-obatan biasanya dibedakan dari makanan dan
zat yang menyediakan nutrisi. Konsumsi obat dapat dilakukan
melalui inhalsi, injeksi, merokok , ingesti, absorpso melalui kulit,
atau disolusi di bawah lidah.Dalam farmakologi, obat adalah zat kimia,
biasanya struktur kimianya diketahui, yang ketika diberikan pada organisme
hidup akan menghasilkan efek biologis.
PRINSIP PENGOBATAN
• Pertimbangan:
Diagnosa ditegakkan dengan tepat
Obat diberikan sesuai dengan agen penyakit
Dosis, cara dan frekuensi pemberian sesuai aturan.
TUJUAN PEMBERIAN OBAT
Memberikan obat sesuai dengan prosedur agar
mendapatkan efek obat yang di inginkan dan bisa
memberikan efek penyembuhan terhadap suatu
penyakit ataupun keluhan yang di rasakan oleh
seseorang.
OBAT IDEAL
1. EFEKTIF
2. AMAN
3. SELEKTIF
4. MUDAH DALAM PEMBERIAN
5. BEBAS DARI INTERAKSI OBAT
6. BIAYA MURAH
7. STABIL SECARA KIMIA
8. MEMILIKI NAMA GENERIK YANG SIMPEL
Obat yang ada saat ini masih jauh dari ideal. Tidak ada obat
yang memenuhi semua kriteria obat ideal, tidak ada obat yang
aman, semua obat menimbulkan efek samping, respons
terhadap obat sulit diprediksi dan mungkin berubah sesuai
dengan hasil interaksi obat, dan banyak obat yang mahal, tidak
stabil dan sulit diberikan. Karena banyak obat yang tidak ideal,
semua anggota tim kesehatan harus berlatih “care” untuk
meningkatkan efektif terapeutik dan memminimalkan
kemungkinan bahaya yang ditimbulkan
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN
OBAT
Secara umum, perawat memiliki peran sebagai advokat
(Pembela) klien, koordinator, kolaborator, konsultan,
pembaharu dan perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan. Dalam manajemen terapi, perawat memiliki
peran yang penting. Peran sebagai kolaborator dan
pemberi asuhan keperawatan, mewajibkan seorang
perawat memastikan bahwa kebutuhan pasien akan terapi
dapat terpenuhi dengan tepat. Salah satu pendekatan yang
digunakan adalah dengan proses keperawatan, meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implemetasi dan evaluasi.
PRINSIP BENAR OBAT
1. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang
identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup
berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien
tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara
identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu
diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing
(baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk
menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label
pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan
botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga
saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus
dikembalikan ke bagian farmasi Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi.
Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat
nama obat dan kerjanya.
3. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus
berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien.
Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik
ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya
ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya
ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi
Anda harus tetap hati-hati dan teliti.
4. Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat
diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
a. Oral
Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis,
paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau
bukal) seperti tablet ISDN.
b. Parenteral
Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi parenteral
berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
c. Topikal
Yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes
mata.
d. Rektal
Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair pada suhu
badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp),
hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal
memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya
tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
e. Inhalasi
Yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang
sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya
salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi
oksigen.
5. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus
diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi
satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh
diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu
sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk
menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6. Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh
siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu
tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
TANGGUNG JAWAB PERAWAT DALAM
PENGOBATAN