Kel 6

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

Kelompok 6

– Putu Abdi Rossa Yuliana 1605511118


– Mecris Mides Yumame 1605511127
– Feliciano Gomez Nai Sia Braz 1605511174
Stationing, Pelebaran di Tikungan, &
Tikungan Gabungan
STATIONING
Penomoran Panjang Jalan (Stationing)
– Penomoran (stationing) panjang jalan pada tahap perencanaan adalah memberikan
nomor pada interval-interval tertentu dari awal pekerjaan.
– Nomor jalan (Sta jalan) dibutuhkan sebagai sarana komunikasi untuk dengan cepat
mengenal lokasi yang sedang dibicarakan, selanjutnya menjadi panduan untuk
lokasi suatu tempat.
– Nomor jalan ini sangat bermanfaat pada saat pelaksanaan dan perencanaan.
– Di samping itu dari penomoran jalan tersebut diperoleh informasi tentang panjang
jalan secara keseluruhan.
– Setiap Sta jalan dilengkapi dengan gambar potongan melintangnya.
Penomoran Panjang Jalan (Stationing)
Nomor jalan atau Sta jalan ini sama fungsinya dengan patok km di
sepanjang jalan. Perbedaannya adalah:
Patok km Patok Sta
merupakan petunjuk jarak yang merupakan petunjuk jarak yang
diukur dari patok km 0, yang diatur dari awal pekerjaan (proyek)
umumnya terletak di ibukota provinsi sampai dengan akhir pekerjaan.
atau kota madya.
berupa patok permanen yang merupakan patok sementara selama
dipasang dengan ukuran standar masa pelaksanaan ruas jalan
yang berlaku. tersebut.
Metode penomoran
– Sta jalan dimulai dari 0+000m yang berarti 0 km dan 0 m dari awal pekerjaan. Sta
10+250 berarti lokasi jalan terletak pada jarak 10 km dan 250 meter dari awal
pekerjaan. Jika tidak terjadi perubahan arah tangan pada alynemen horizontal
maupun alynemen vertical, maka penomoran selanjutnya dilakukan :
• Setiap 100 m pada medan datar
• Setiap 50 m pada medan berbukit
• Setiap 25 m pada medan pegunungan
– Pada tikungan penomoran dilakukan pada setiap titik penting, jadi terdapat Sta titik
TC, dan Sta titik CT pada tikungan jenis lingkaran sederhana Sta titik TS, Sta titik SC, Sta
titik CS, dan Sta titik ST pada tikungan jenis spiral-busur lingkaran, dan spiral.
– Dengan format umum stationing X+YYY,ZZZ, dimana X menunjukkan besaran
kilometer, Y adalah besaran meter, dan Z adalah besaran per seribuan meter.
Stationing pada lengkung horizontal selain setiap jarak diatas, juga disesuaikan
dengan bentuk lengkungnya (FC,SCS,SS), karena perlu adanya penentuan
station pada tempat perubahan – perubahan lengkung.
Penomoran pada Tikungan

Sta TC = Sta titik A + d1 – T


Sta CT = Sta TC + LC
Sta TS = Sta CT + (d2 – T – TS)
Sta SC = Sta TS + LS
Gambar . Sistim Penomoran Jalan
Sta CS = Sta SC + LC
Sta ST = Sta CS + LS
Pelebaran di Tikungan
Kendaraan yang bergerak dari jalan lurus menuju ke tikungan
seringkali tak dapat mempertahankan lintasannya pada lajur yang
disediakan. Hal ini disebabkan karena :

– Pada waktu membelok yang diberi belokan pertama kali hanya roda depan,
sehingga lintasan roda belakang agak keluar lajur (off tracking).
– Jejak lintasan kendaraan tidak lagi berimpit, karena bemper depan dan
belakang kendaraan akan mempunyai lintasan yang berbeda dengan lintasan
roda depan dan roda belakang kendaraan.
– Pengemudi akan mengalami kesukaran dalam mempertahankan lintasannya
setiap pada lajur jalannya terutama pada tikungan-tikungan yang tajam atau
pada kecepatan-kecepatan yang tinggi.
Untuk menghindari hal tersebut di atas maka pada tikungan-tikungan
yang tajam perlu perkerasan jalan diperlebar

– Pelebaran perkerasan ini merupakan factor dari jari-jari lengkung kecepatan


kendaraan, jenis dan ukuran kendaraan rencana yang dipergunakan sebagai dasar
perencanaan.
– Pada umumnya truk tunggal merupakan jenis kendaraan yang dipergunakan
sebagai dasar penentuan penambahan lebar perkerasan yang dibutuhkan.
– Tetapi pada jalan-jalan dimana banyak dilewati kendaraan berat, jenis kendaraan
semi trailer merupakan kendaraan yang cocok dipilih untuk kendaraan rencana.
– Tentu saja pemilihan jenis kendaraan rencana ini sangat mempengaruhi
kebutuhan akan pelebaran perkerasan dan biaya pelaksanaan jalan tersebut.
Pelebaran jalan di tikungan
mempertimbangkan :
1) Kesulitan pengemudi untuk menempatkan kendaraan tetap pada lajurnya.
2) Penambahan lebar (ruang) lajur yang dipakai saa kendaraan melakukan
gerakan melingkar.
3) Pelebaran di tikungan ditentukan oeh radius belok kendaraan rencana
Dalam melakukan pelebaran perlu memperhatikan beberapa
factor yaitu :

1) Pada tikungan tanpa spiral pelebaran dilakukan pada bagian dalam, dan
dilakukan ½ sampai 2/3 dibagian lurus dan sisanya pada tikungan
2) Pada tikungan dengan spiral pelebaran dapat dilakukan pada bagian dalam
atau membagi 2 sama besar dan menempatkan di luar dan dalam tikungan
3) Sebaiknya dilakukan sepanjang superelevation run off (panjang pencapaian
kemiringan), tetapi jarak yang lebih pendek sering dipergunakan.
4) Pelebaran harus dilakukan secara teratur sebelum memasuki tikungan.
5) Untuk penampakan tepi perkerasan, pelebaran harus merupakan lengkung
menerus dan bukan – bagian – bagian yang lurus.
Gambar Desain pelebaran (Sumber: PPGJR, 1997)
– Menurut Tata cara perencanaan Geometrik Jalan Antar kota 1997 Pelebaran
ditentukan oleh radius belok kendaraan rencana dan besarnya ditetapkan
sesuai dengan table.
– Menurut Standar perencanaan Geometrik untuk jalan perkotaan 1992
Pelebaran ditentukan tipe jalan dan jari – jari, yang diberikan dalam bentuk
table. Pada jalan utama dengan lalin yang tinggi dipakai kendaraan rencana
truck semi trailer.
– Menurut AASHTO 1984 Pelebaran ditentukan oleh derajat lengkungnya. Dimana
derajat lengkung ini berhubungan dengan R dengan rumus :
Elemen-elemen dari pelebaran perkerasan tikungan
terdiri dari :

– Off Tracking (U)


– Kesukaran dalam mengemudi di tikungan (Z)
Off Tracking

– Untuk perencanaan geometric jalan antar kota, Bina Marga


mempertimbangkan lebar B dengan mengambil posisi kritis kendaraan yaitu
pada saat roda depan kendaraan pertama kali dibelokan dan tinjauan
dilakukan untuk lajur sebelah dalam.

– Kondisi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut yang berdasarkan


kendaraan rencana truk tunggal.
Gambar pelebaran perkerasan
pada tikungan

b = lebar kendaraan rencana


B = lebar perkerasan yang ditempati satu
kendaraan di tikungan pada lajur sebelah
dalam
U = B-b
C = lebar kebebasan samping di kiri dan
kanan kendaraan
z = lebar tambahan akibat kesukaran
mengemudi di tikungan
n = jumlah lajur
Bt = n(B+C)+Z
Δb = tambahan lebar perkerasan di
tikungan (Bt-Bn)
Rw = radius lengkung terlihat dari lintasan
–   kendaraan pada lengkung horizontal untuk
lajur sebelah dalam.
Besarnya Rw dipengaruhi oleh tonjolan depan
………… (a) (A) kendaraan dan sudut belokan roda depan
(α)

Ri = radius lengkung terdalam dari lintasan kendaraan


pada lengkung horizontal untuk lajur sebelah dalam.

Besarnya Ri dipengaruhi oleh jarak gandar


kendaraan (p)
–   Rc = radius lengkung untuk lintasan luar roda
depan yang besarnya dipengaruhi oleh
sudut α.
………….. (b)
Rc diasumsikan sama dengan R1 + ½ b
ba
–  
B=

U = B - b, sedangkan ukuran kendaran


rencana truk adalah :
P = jarak antara gandar = 6,5 m
A = tonjolan depan kendaraan = 1,5 m
B = lebar kendaraan = 2,5
Sehingga :
  B = + 1,25

Dan Rc = radius lajur sebelah dalam -½ lebar


perkerasan + ½ b.
Kesukaran Mengemudi di Tikungan

Tambahan lebar perkerasan akibat ekesukaran dalam mengemudi di tikungan


diberikan oleh AASHTO sebagai fungsi dari kecepatan dan radius lajur sebelah
kanan. Semakin tinggi 25kecepatan kndaraan dan semakin tajam tikungan
tersebut, semakin besar tambahan pelebaran akibat kesukaran dalam
mengemudi. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan terlemparnya kendaraan
kearah luar dalam gerakan menikung tersebut.
 Z = ……………………….

Dimana : V = kecepatan, Km/jam


R = radius lengkung, m

- Kebebasan samping di kiri dan kanan jalan tetap harus dipertahankan demi
keamanan dan tingkat pelayanan jalan.

- Kebebasan nsamping (C ) sebesar 0,5m, 1m, dan 1,25m cukup memadai untuk
jalan dengan lebar lajur 6 m, 7m, 7,50m.
Pencapaian Pelebaran pada Lengkung Horizontal

– Pelebaran pada lengkung horizontal harus dilakukan perlahan-lahan dari awal


lengkung ke bentuk lengkung penuh dan sebaliknya, hal ini bertujuan untuk
memberikan bentuk lintasan yang baik bagi kendaraan yang hendak memasuki
lengkung atau meninggalkannya.
– Pada lengkung-lengkung lingkaran sederhana, tanpa lengkung peralihan
pelebaran perkerasan dapat dilakukan di sepanjang lengkung peralihan fiktif,
yaitu bersamaan dengan tempat perubahan kemiringan melintang.
– Pada lengkung-lengkung dengan lengkung peralihan tambahan lebar
perkerasan dilakukan seluruhnya di sepanjang lengkung peralihan tersebut
Contoh Soal

– Radius lajur tepi sebelah dalam adalah 300m, kecepatan rencana 60 km/jam.
Jalan terdiri dari jalan 2 lajur dengan lebar total pada bagian lurus 7,00m.
tentukan tambahan lebar perkerasan yang perlu dilakukan dengan truk tunggal
sebagai kendaraan rencana
 B
Rc = Ri + b = 300 - 1,75 + 1,25 = 300,5
B = + 64 -
B = 2.61
U = B - b = 0,11m
Z = = 0,105 = 0,36
C = 1,0 m
Bt = 2 (2,61 + 1,0) + 0,36 = 7,56
 
∆b = Bt - Bn
∆b = 7,56 -7,0 = 0,56 m
TIKUNGAN GABUNGAN
Tikungan gabungan
Terdapat dua macam tikungan gabungan yaitu:

Tikungan gabungan searah Tikungan gabungan balik arah


– Yaitu dua atau lebih tikungan
– Yaitu gabungan dua tikungan dengan arah putaran
dengan arah putaran yang sama
yang berbeda.
tetapi dengan jari-jari yang
berbeda. – Penggunaan tikungan gabungan tergantung
perbandingan R1 dan R2

– Setiap tikungan gabungan balik arah harus dilengkapi


dengan bagian lurus diantara kedua tikungan
tersebut sepanjang minimal 30 m
Penggunaan tikungan gabungan tergantung pada perbandingan
R1 dan R2 :

–  , tikungan gabungan searah dihindarkan n

– ikungan gabungan harus dilengkapi bagian lurus atau clothide sepanjang paling
tidak 20 m.

– Setiap tikungan balik arah harus dilengkapi dengan bagian lurus diantara kedua
tikungan pling tidak 30 m.

Anda mungkin juga menyukai