Produksi Kosmetik 2

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 41

Mindiya Fatmi M.Farm.

, Apt

PENGEMBANGAN
PRODUK BARU KOSMETIK
Bagaimana memproduksi
kosmetik??
Fase dalam memproduksi kosmetik sebelum
dipasarkan, ada 5 fase:
 Pemilihan formula
 Pemilihan metode pembuatan
 Rencana pembesaran batch (scale up)
 Proses produksi
 Kontrol kualitas (quality control)
1. Pemilihan formula
Mengingat bahan-bahan baku dan peralatan
yang ada, serta keterbatasan waktu,
sedangkan suatu produksi kosmetika harus
segera diproduksi untuk mengejar musim,
tren, fesyen dan lain- lain, maka kita harus
pandai memilih formulasi agar kosmetika itu
dapat segera diproduksi dan dapat
memenuhi maksud- maksud tertentu.
TAHAPAN FORMULASI
• Input konsep,kajian pustaka,permintaan
pasar,percobaan di lab
• Uji klinis sederhana/uji aplikasi
• Uji keamanan formula dan bahan baku
(iritasi formula/bahan baku)
• Uji stabilita skala lab
UJI STABILITA AWAL, UJI
APLIKASI DAN UJI EFIKASI
• Uji stabilita awal dari formula yang dibuat (skala
lab)
• Uji aplikasi (uji klinik sederhana):
perabaan/feeling (sensibility, moisturizing,
smoothness), kemudahan digunakan (bentuk,
ukuran, bobot, komposisi, penampilan),
preferensi (bau, warna, design)
• Uji efikasi: efek melembabkan, efek melindungi
terhadap sinar uv, efek membersihkan, efek
pewarnaan
2. Pemilihan metode
pembuatan
 Produksi besar-besaran tergantung pada hasil
pengamatan selama clinical batch (±5 kg).
 Batch adalah kuantitas tertentu produk
kosmetik yang memiliki sifat dan mutu yang
seragam, yang dihasilkan dalam 1 siklus
pembuatan).
 Pada saat clinical batch, parameter kritis yang
harus diperhatikan antara lain:
 Langkah langkah kritis dalam metode pembuatan
 Sifat-sifat produk yang kritis, seperti viskositas, dll
 Bahan baku inti seperti surfaktan, lubrikan, bahan
pensuspensi, gelling agent, dan atau bahan
alam/sintetik yang menentukan.

• Setelah mengidentifikasi parameter kritis, maka


formulator akan memilih cara pembuatan yang
paling tepat dan peralatan yang paling cocok
agar menghasilkan produk yang “ideal”.
3. Rencana Pembesaran Batch
(Scale up)
• Pembesaran produksi dari laboratory size
batches ( ±5 kg) atau clinical batches (sampai
25 kg), ke pilot plant batches (25-200 kg)
umumnya disebut sebagai scale-up formulasi
atau produksi.
• Untuk produksi kosmetika yang masih baru,
scale-up dapat dirampungkan dalam dua fase
:
• Pembuatan Clinical Batches
• Pembuatan Pilot Plant Batches
CLINICAL BATCH: 25 KG
• Pengalaman pertama dengan batches ukuran agak
besar umumnya ditemui disini. Maka disarankan agar
formulator dari produk itu hadir menyaksikan pembuatan
clinical batch tersebut untuk menghindari terjadinya
sesuatu problema yang mungkin timbul akibat tidak
tersedianya metoda pembuatan yang kurang terinci.
• Setelah beberapa clinical batches berhasil dengan
sukses dibuat, maka suatu metoda pembuatan
umumnya sudah bisa dituliskan di dalam suatu format
tertulis yang dapat dengan mudah dilanjutkan ke
produksi Pilot Plant Batches.
PILOT PLANT BATCH:25-200 KG
• Umumnya pembuatan batches ke dalam fasepilot plant batches disarankan untuk
dilanjutkan sebelum mulai dilakukannya test keamanan klinis fase III mulai dilakukan
untuk produk hasil metode pembuatan pilihan terakhir. Kebutuhan produksi untuk
tes klinis fase III demikian umumnya membutuhkan batches ukuran agak besar (200
kg).
• Penelitian terhadap produksi Pilot Plant juga disebut sebagai penelitian
perkembangan proses (process development) yang diadakan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan pokok berikut dan untuk mengidentifikasi langkah- langkah
inti dalam proses pembuatan yang perlu disahkan atau sebaliknya ditolak :
 Sudah dapatkah formulasi itu direproduksi membesar (scale-up)?
 Apakah metoda produksi itu sesuai untuk kemampuan produksi yang
diharapkan dan dengan peralatan yang ada?
 Apakah diperlukan peralatan baru atau pabrik pembuat yang ketiga?
 Apakah langkah-langkah pokok proses pembuatan telah teridentifikasi?
 Apakah studi untuk validasi telah didesain dengan baik?
PILOT PLAN BATCH (Lanjutan)
 Penelitian terhadap produksi pilot plant perlu diarahkan untuk dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara memuaskan. Jika
timbul pertanyaan, ya atau tidak produk itu fleksibel untuk diproduksi,
maka sebaiknya diproduksi saja dengan menggunakan perlatan dan
ukuran batch yang akan dipakai secara rutin jika produk itu nantinya
dipasarkan.
 Kulminasi dari kegiatan scale-up biasanya berupa produksi yang
memuaskan dari formulasi dimaksud dalam bentuk suatu
“Production Demonstration Batch” yang kemudian digunakan untuk
mengisi kebutuhan suatu “Packaging Demonstration Run”, yang
berakhir pada produk akhir beserta pengemasannya.
 Studi validasi biasanya dijalankan selama pembuatan
“Production Demonstration Batch” dan “Packaging
Demonstration Run”.
4. Proses produksi

 Masing-masing batch biasanya sebesar 500-


5.000 kg.
 Peralatan yang digunakan dapat
diklasifikasifikasikan sbb:
 Mixing/emulsification tank
 Dispersing/grinding mills
 Homogenizer
 Filling equipment
Mixing/Emulsification Tanks
o Tangki-tangki pencampur
atau pengemulsi ini berkisar
dari tangki-tangki simple
open jacketed dengan
kemampuan mencampur
sampai ke tangki-tangki
yang lebih rumit yang dapat
menyediakan kemampuan
hight speed and sweep
paddle, counter moving
paddles, homogenizing
heads, kemampuan
penghampaan, dan jika
perlu, tutup rapat buat
memberi tempat kepada gas
murni.
lajutan

Dispersing/Grinding Mills.
• Alat-alat pendispersi atau penggiling ini
berkisar mulai dari colloid mills dan blender
type homogenizer yang sederhana untuk
membentuk lapisan tipis bahan-bahan baku
tertentu sampai ke alat hight suction/shear
equipment yang digunakan untuk
mendispersikan gums dan gelling agent
lainnya ke dalam suatu batch. Peralatan-
peralatan ini menjamin terbentuknya lapisan
bahan baku yang seragam, sehingga dapat
dihasilkan produk yang homogen, bebas dari
gumpalan-gumpalan.
PROSES DAN TUJUANNYA
1. Pencampuran (Mixing)

Walaupun pencampuran dua bahan sepintas lalu nampak
sebagai hal sederhana saja, tetapi tidak demikian dalam
kenyataannya, yang sering sangat kompleks atau rumit.
Menurut Lin (1964), mencampur bahan-bahan di dalam
• batch sesungguhnya untuk mencapai banyak tujuan,
satu
misalnya untuk suatu emulsi, tujuan- tujuan dari
pencampuran itu antara lain :
Mencampur cairan-cairan yang sulit tercampur.
Mempercepat pemanasan bahan-bahan di dalam ketel.
Pelarutan lemak-lemak dan bahan-bahan lainnya.
Emulsifikasi atau dispersi.
Untuk pendahuluan pendinginan.
2. Pemompaan (Pumping) lajutan
Ada 2 jenis pompa yang digunakan dalam produksi kosmetik, yaitu:

Positive displacement pump


Positive displacement pump bekerja dengan menarik cairan ke dalam
suatu rongga, kemudian mendesaknya keluar pada sisi yang lain. Contoh
yang paling umum adalah diaphragma pumps, gear pumps dan mono
pumps.

Centrifugal pump
Pompa sentrifugal (centrifugal pumps) berbeda dari tipe positive
displacement pumps ialah bahwa pompa sentrifugal bersandar pada
konversi suatu kekuatan sentrifugal dan bukannya pada kekuatan linear,
menjadi suatu tekanan. Pada pompa sentrifugal, cairan dimasukkan di
titik pusat dari suatu propeler yang berputar cepat.

Dalam memompa cairan kosmetika, perlu diketahui sifat-sifat cairan


tersebut, sebab pompa yang terlalu sempit atau terlalu cepat dapat
merubah emulsi, memperangkap udara, dll.
Kecepatan jangan sampai melewati titik perubahan dari arus
laminar menjadi arus turbulensi.
Centrifugal pump

Positive displacement pump


lajutan
3. Pemindahan Panas (Heat Transfer)
• Dalam banyak proses pembuatan kosmetika, bahan
baku sering harus dipanaskan sampai ke suhu 70-
80oC, dicampur, dan kemudian didinginkan sampai
sekitar 30-40oC sebelum produk akhir dapat dipompa
dan disimpan. Karenanya, di dalam pabrik kosmetika,
efisiensi pemindahan panas merupakan suatu faktor
yang sangat penting yang harus diperhitungkan dalam
design.
• Walaupun kebanyakan produk dipanaskan dan
didinginkan di dalam tanki besar (vat) dengan diberi
uap panas atau jacket air panas disekelilingnya, di
mana efisiensi sangat tergantung pada pencampuran
bahan, namun ada sejumlah pemisah khusus yang
bisa digunakan di dalam proses pembuatan kosmetika,
misalnya yang paling umum yang dinamakan sebagai
Votator
votator
lajutan
4. Filtrasi
• Umumnya, filtrasi di dalam produksi kosmetika hanya
diperlukan dalam memurnikan air leiding dan untuk
penjernihan lotion seperti lotion untuk cukur, hair tonic,
dll. Di mana bahan-bahan baku untuk produk-
produk ini sering berisikan sejumlah kecil kontaminan
yang akan mengganggu penampilan produk akhir
jika tidak dihilangkan.
• Alat filter yang paling sering digunakan adalah filter
press yang didesain khusus untuk memfiltrasi cairan
yang mengandung sedikit bahan-bahan padat yang
perlu dipisahkan
lajutan
5. Pengisian (Filling).
• Cairan. Kosmetika dalam bentuk cairan dapat diisikan
ke kemasan dengan cara sederhana menggunakan
daya tarik bumi (gravitasi). Cara ini sederhana dan
sering dianjurkan, terutama untuk shampo dan
deterjen yang akan berbusa jika dengan
tekanan.Tetapi cara pengisian yang lebih cepat dan
lebih rapi ialah dengan menggunakan sistem vakum
pada botol-botol yang berderet-deret.
• Creams. Pengisian dalam keadaan dingin ialah
memakai “filteram type”, di mana cream dimasukkan
ke dalam tube silindris dengan bantuan suatu
“plunger”. Bentuk harus bulat agar tidak ada udara
terjebak. Pengisian dalam keadaan dingin adalah
murah dan bersih. Pengisian dalam keadaan panas
lebih rumit, tetapi pada esensianya mirip pengisian
dengan cairan, baik yang sistem gravitasi atau sistem
vakum.
Pembuatan Produk-Produk Khusus
1. Cairan
• Pembuatan produk kosmetika cair mencakup pelarutan atau
dispersi yang baik, serta penjernihan. Lotion dalam alkohol-air
dapat dibuat dengan dua cara, yaitu :
• Dengan mengaduk bahan-bahan di dalam campuran air dan alkohol
dengan konsentrasi yang sama seperi dimaksudkan dalam produk
akhir sampai larutan dimaksud terbentuk.
• Dengan melarutkan bahan-bahan di dalam alkohol konsentrasi
tinggi, kemudian larutan ini diencerkan dengan air sambil diaduk
sampai konsentrasi yang dimaksud.
• Cara yang manapun yang digunakan, pengadukan dapat dijalankan
entah dengan memakai propeller yang digerakkan listrik yang dapat
ditempelkan di sisi tanki, atau memakai pengaduk permanen jika
produksi itu besar-besaran. Agar pencampuran maksimal
efisiensinya, tanki sebaiknya bundar dan terbuat dari nikel murni,
aluminium, Monel atau stainless steel.
• Untuk sejumlah produk kosmetika cair, pelarutan terlebih dulu
parfum atau bahan yang berminyak di dalam pelarut yang cocok,
mungkin diperlukan. Ini umumnya terjadi dalam pembuatan
shampoo.
• Karena kejernihan suatu lotion sangat, maka penting bahwa
kemasannya juga harus jernih. Untuk itu perlu pencucian dengan
udara bertekanan atau dengan air panas yang diikuti dengan
pembilasan dan pengeringan
lajutan
2. Gel
• Produk kosmetika dalam bentuk gel dapat berkisar
mulai dari lotion yang kental seperti misalnya roll-ball
antiperspirant sampai ke gel thixotropik yang sangat
kental dan tidak bisa mengalir, yang dapat digunakan
sebagai kosmetika hairdressing dan hair setting.
• Lotion kental lebih mudah dibuatnya, yaitu dengan
menambahkan sedikit demi sedikit gellant padat ke
dalam fase cair yang diaduk terus menerus dengan
cepat memakai propeller yang digerakkan turbin.
• Gel kental yang tidak bisa mengalir cara
pembuatannya lebih sulit, karena pada produk
akhirnya udara tidak bisa melarikan diri dari dalamnya
seperti pada lotion kental. Gel kental harus dibuat
dalam ruang tanpa udara atau perlu diadakan proses
pembuangan udara yang rumit. Pemakaian carboxy-
vinyl polymers (misalnya karbopol) mempermudah
pengeluaran udara dari dalam gel.
lajutan
3. Micro-emulsi.
• Karena mikroemulsi terbentuk melalui sistem yang
spontan, pembuatannya cukup dengan alat pencampur
yang sederhana, tidak memerlukan alat pencampur rumit
yang berkecepatan tinggi.
• Merupakan praktek umum dalam pembuatan mikroemulsi
untuk menambahkan sedikit demi sedikit fase minyak
dengan suhu sekitar 80OC ke dalam fase air dalam suhu
serupa, di bawah pengadukan yang pelan. Untuk
sementara produk dipertahankan pada suhu di atas
“setting point” nya agar udara naik dan keluar. Ini berarti
bahwa pipa-pipa dan alat pengisi perlu dipanaskan dengan
air panas atau uap bercampur air.
• Hendaknya hati-hati dalam memilih peralatan untuk
membuat mikroemulsi, karena kotoran halus, seperti
misalnya ion-ion logam, dapat mengeruhkan penampilan
produk.
lajutan

4. Emulsi.

Karena begitu banyak jenis produk emulsi di pasaran, baik


dalam kosmetika maupun tolietries, maka tidak mungkin akan
merinci pembuatannya masing-masing. Tetapi mengingat
perlunya menentukan sifat-sifat produk akhir dari emulsi, maka
perlu dibicarakan faktor-faktornya yang terpenting. Biasanya
selalu tercakup tiga proses dalam pembuatannya yaitu :
Emulsifikasi awal.
Pendinginan.
Homogenisasi.
lajutan
a. Emulsifikasi awal.
• Ada sejumlah faktor penting di dalam emulsifikasi awal, yaitu
temperatur, intensitas dan lama pencampuran, serta keteraturan
dan kecepatan penambahan fase-fase.
• Emulsifikasi awal biasanya dijalankan pada suhu yang lebih tinggi
untuk menjamin bahwa kedua fase serta hasil emulsi cukup mobil
geraknya sewaktu diaduk. Intensitas dan lama pengadukan
tergantung pada efisiensi dispersi dari emulsifator.
• Secara umum, ada dua cara penambahan bahan-bahan. Yang
pertama, penambahan fase-fase yang dalam bentuk dispersi ke
dalam fase yang dalam bentuk homogen. Yang kedua adalah
kebalikannya. Yang pertama nampak lebih alamiah, tetapi yang
kedua, dimana ada infersi fase, memberikan keuntungan yang lebih
besar jika tidak tersedia alat pengaduk yang memadai.
• Untuk emulsi O/W yang lebih kental, seperti misalnya vanishing
cream, sebaiknya jangka waktu pengadukan dengan kecepatan
tinggi singkat saja untuk mencegah masuknya udara. Setelah
emulsi awal terbentuk, kecepatan pengadukan diturunkan, dan
suhu diturunkan sampai sekitar 50OC dan waktu itu parfum
ditambahkan. Emulsi W/O dikerjakan dengan cara yang sama,
hanya larutan dalam air dimasukkan ke dalam fase lemak sedikit
demi sedikit.
• Mungkin cara pembuatan emulsi terbaik ialah dengan menuangkan
serentak proporsi yang sama kedua fase pada setiap waktu ke
dalam mixer yang berputar terus, sehingga terus menerus terbentuk
emulsi. Tapi ini hanya dapat dilakukan di dalam pabrik besar
lajutan
b. Pendinginan
• Mendinginkan emulsi merupakan suatu proses yang sangat
penting, terutama dalam produk yang berisikan bahan-bahan
mirip lillin (“wax-like”) yang berharga. Selama pendinginan
biasanya emulsi diaduk terus untuk mengurangi lamanya
proses serta untuk menghasilkan produk yang homogen.
c. Homogenisasi.
• Pada suhu yang tinggi kebanyakan emulsi tidak stabil dan
selama pendinginan dalam batch terbentuk butiran-butiran
emulsi. Atau pada produk yang memiliki fase minyak dengan
titik leleh tinggi, pada pendinginan terjadi pengerasan
produk. Karenanya diperlukan pencampuran (mixing)
tambahan untuk memperoleh produk seperti yang
diinginkan.
• Pencampuran tambahan ini dapat bervariasi mulai dari
pelewatan produk melalui pompa bergir berputar dengan
tekanan rendah dari belakang, misalnya 50 psig, atau
penghancuran agregat-agregat kristal lilin, atau pelewatan
katub homogenizer dengan tekanan tinggi 5000 psig. Proses
ini diberi nama homogenisasi
lajutan

5. Pasta.
• Pasta, terutama pasta gigi, umumnya dapat dibuat dengan
menambahkan komponen-komponen padat yang
mungkin sudah dicampur sebelumnya, ke dalam
komponen- komponen cair, di mana mungkin termasuk
bahan-bahan yang larut dalam air. Pencampuran dapat di
dalam mixer terbuka atau mixer vakum. Mixing dalam
keadaan panas, diikuti dengan pendinginan memakai alat
Votator atau metoda serupa lainnya juga dapat dilakukan.
• Suatu metoda alternatif penyiapan pasta yang terbuat dari
powder padat di dalam suatu cairan ialah melalui
pencampuran awal yang kasar dan melewatkan campuran ini
melalui suatu “triple roller mill”, kemudian di dalam mixer
seperti itu mengalami berbagai penekanan dan pemutaran
sampai terbentuk pasta yang diinginkan.
• Triple roller mill sering digunakan di dalam pembuatan
preparat make-up dimana pigmen warna perlu didispersikan
di dalam campuran wax atau minyak.
lajutan
6. Stik
• Lipstik. Pada umumnya pembuatan lipstik meliputi 3 tahap :
• Penyiapan campuran komponen, yaitu campuran minyak-
minyak, campuran zat-zat warna dan campuran wax.
• Pencampuran semua itu untuk membentuk massa lipstik.
• Pencetakan massa lipstik menjadi batangan-batangan lipstik.
• Itulah dasar dari pembuatan lipstik, yang rinciannya akan
terlalu berkepanjangan untuk diuraikan di sini.

• Deodorant stik. Agak berbeda cara pembuatannya daripada


lipstik karena merupakan gel sabun dan pembuatannya mirip
dengan pembuatan emulsi, suatu fase minyak (fatty acid)
diadukkan ke dalam suatu fase larutan dalam air pada suhu
sekitar 70OC. Gel panas yang terbentuk diisikan ke dalam
cetakan pada suhu sekitar 60-65OC dan dibiarkan memadat.
lajutan
7. Powder
• Pencampuran powder biasanya dijalankan di dalam
suatu wadah semi bundar yang dilengkapi dengan
suatu pengaduk spiral yang padanya dua pita
menyebabkan campuran itu bergerak dalam dua rah
yang berbeda sehingga terjadi tubrukan-tubrukan.
• Mixer tipe ini sangat baik untuk garam mandi dan
bahan-bahan kristal lainnya dan sangat luas
digunakan untuk pembuatan face powder.
• Betapapun, pengalaman menunjukan bahwa dispersi
yang lebih baik dengan resiko pelukaan kulit yang
lebih kecil akibat kasarnya butiran-butiran dapat
dicapai jika campuran bubuk itu akhirnya dipulverisasi
dan digiling di dalam suatu ball mill atau diperbaiki
dengan cara lainnya.
lajutan

8. Pomade dan Brilliantin Padat.


• Produk dari tipe ini mudah dibuat hanya dengan
mencampur bahan-bahan di dalam suatu wadah
pelebur di suhu tertentu, bahan-bahan yang titik
lelehnya tinggi, seperti lilin mungkin memerlukan
pelelehan pendahuluan pada suhu yang lebih tinggi di
dalam pot elektris.
• Proses pengisian malah lebih rumit karena mula-mula
perlu didinginkan sebelum penutupan permukaan
pomade dengan plastik penutup (lidding) dan
perhatian yang hati-hati diperlukan baik terhadap suhu
ketika pengisian, maupun kecepatan pendinginan jika
ingin dihindari terjadinya rongga-rongga berisi udara.
Kontrol kualitas (Quality
control)
 Fungsi utama dari kontrol kualitas (Quality Control atau Quality
Assurance) adalah menjamin agar perusahaan memenuhi standar
tertinggi dalam setiap fase dari produksinya. Faktor-faktor yang
tercakup dalam kontrol kualitas adalah :
 Personalia.
 Fasilitas.
 Spesifikasi Produk
 Fungsi kontrol kualitas, antara lain:
 Kontrol di dalam prosesing (In Process Control).

 Testing spesifikasi bahan baku (Raw Material Specification Testing).

 Testing spesifikasi produk (Product Specification Testing).

 Pengawasan Fasilitas Penyimpanan dan Distribusi (Storage and

Distribution Facilities Control)


 Pengawasan tempat yang mungkin sebagai produsen pihak ketiga

yang potensial (Site Inspection of Potential Third Party


Manufacture).
 Pengawasan terhadap kontaminasi mikrobiologis (Microbiological

Surveillance).
 Kemungkinan memperpanjang tanggal kadaluwarsa produk

(Product Expiration Dating Extension).

Anda mungkin juga menyukai