Pencabutan Akar Tunggal Dengan Anastesi Infiltrasi

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

PENCABUTAN AKAR

TUNGGAL DENGAN
ANASTESI
INFILTRASI
Drg. Ratih Variani, M.Kes
Definisi pencabutan gigi
◦ Tindakan pengambilan gigi dari dalam soket pada tulang alveolar tanpa
disertai rasa sakit, gigi maupun akar gigi tetap utuh dengan trauma minimal
terhadap jaringan pendukung gigi sehingga bekas pencabutan gigi dapat
sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah prostetik pasca
operasi di masa mendatang
PENCABUTAN GIGI
◦ Ekstraksi sendiri dari soketnya menggunakan tang atau elevator (Fragiskos,
2007).
◦ Pada saat pengeluaran gigi dari soketnya, yang perlu diperhatikan adalah
kondisi akar gigi tersebut. Karena jika masih ada akar gigi yang tertinggal
dalam soket gigi, maka proses penyembuhan luka pasca pencabutan
terganggu dan menimbulkan rasa sakit (Newman dkk, 2003).
Persyaratan/penilaian (assessment) sebelum
melakukan tindakan pencabutan gigi antara lain :
◦ Morfologi mahkota gigi
◦ Morfologi akar gigi (impaksi, ankylosis, hipersementosis)
◦ Kepadatan tulang di sekitar gigi
◦ Hubungan antar gigi dan struktur anatomi penting lainnya
◦ Kelainan pada gigi atau tulang yang mengelilinginya
Anastesi lokal
◦ Anastesi lokal adalah tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara
pada satu bagian tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan topikal atau
suntikan tanpa menghilangkan kesadaran
MACAM-2 ANASTESI LOKAL
1. Anastesi Topikal
Menghilangkan rasa sakit di bagian permukaan saja karena yang dikenai hanya ujung-
ujung serabut urat syaraf. Bahan yang digunakan berupa salf.
2. Anastesi Infiltrasi
Sering dilakukan pada anak-anak untuk rahang atas ataupun rahang bawah, mudah
dikerjakan dan efektif. Daya penetrasinya pada anak cukup dalam karena komposisi
tulang dan jaringan belum begitu kompak.
3. Anastesi Blok
Digunakan untuk pencabutan gigi molar tetap.
Anastesi infiltrasi
◦ Anastesi yang betrujuan untuk menimbulkan anastesi ujung saraf melalui
injeksi pulpa atau sekitar jaringan yang akan dianastesi sehingga
mengakibatkan hilangnya rasa di kulit dan jaringan yang terketak lebih
dalam misalnya daerah kecil di kulit atau gusi (pencabutan gigi)
INDIKASI PENCABUTAN
◦ Gigi dengan patologis pulpa, baik akut dan kronis yang tidak mugkin dilakukan perawatan
endodontik
◦ Gigi dengan karies yang besar, baik dengan atau tanpa penyakit pulpa atau periodontal
◦ Penyakit periodontal yang terlalu parah.
◦ Gigi malposisi dan over eruption
◦ Gigi impaksi dalam denture bearing area harus dicabut sebelum dilakukan pembuatan protesa
◦ Gigi yang mengalami trauma dan harus dicabut untuk mencegah kehilangan tulang lebih besar
lagi
Indikasi Pencabutan
◦ Beberapa gigi yang terdapat pada garis fraktur rahang harus dicabut untuk
meminimalisir kemungkinan infeksi, penyembuhan yang tertunda atau tidak
menyatunya rahang
◦ Gigi yang mengalami fraktur akar
◦ Supernumerary teeth
◦ Untuk keperluan perawatan ortodonsia atau prostodonsia
◦ Gigi dengan sisa akar
KONTRA INDIKASI PENCABUTAN
◦ Infeksi dental akut harus dievaluasi tergantung kondisi pasien. Pasien dalam kondisi toksik dengan
demam tinggi berbeda perawatannya dengan pasien dengan kondisi sehat, walaupun keduanya
mempunyai infeksi dental dengan inflamasi lokal ataupun menyebar.
◦ Perawatan infeksi perikoronal akut berbeda dengan abses apikal. Pada abses apikal, drainase infeksi
dapat dilakukan dengan cara pencabutan gigi, sedangkan infeksi perikoronal dapat menyebar jika gigi
yang terlibat dicabut pada fase akut. Untuk alasan ini lebih sering dilakukan drainase dan irigasi abses
perikoronal dan meresepkan antibiotik untuk 72 jam sebelum ekstraksi gigi.
◦ Tumor ganas, baik awalnya lokal hingga menyebar ke sirkulasi umum melalui soket gigi yang
diekstraksi. Oleh karena itu ekstraksi pada beberapa kasus dapat dibenarkan hanya setelah dilakukan
konsultasi medis.
◦ Terapi radiasi yang dahulu pada rahang merupakan kontraindikasi ekstraksi gigi.
KONTRA INDIKASI SISTEMIK
◦ Diabetes mellitus tidak terkontrol.
◦ Kelainan darah ( hemofili, leukemia, anemia).
◦ Kehamilan pada trimester I dan trimester 3.
◦ Kelainan kardiovaskular ( hipertensi).
◦ Pasien dengan kelainan hati (hepatitis)
Bahan anastesi
◦ Bahan yang sering digunakan sebagai anastetikum adalah lidocaine dan epinephrine
(adrenaline).
◦ Lidocaine 2 % dan epinephrine 1 : 80.000 merupakan pilihan utama (kecuali bila ada
alergi). Anastetikum tanpa adrenalin kurang efektif dibandingkan dengan adrenalin.
Epinephrin dapat menurunkan perdarahan pada regio injeksi.
◦ Contoh bahan anastetikum :
1. Lidocaine (Xylocaine) HCl 2 % dengan epinephrine 1 : 100.000
2. Mepicaine (Carbocaine) HCl 2 % dengan levanordefrin (Neo-cobefrin) 1 : 20.000.
3. Prilocaine (Citanest Forte) HCl 4 % dengan epinephrine 1 : 200.000
PEMILIHAN SYRINGE DAN JARUM
◦ Dalam pelaksanaan anastesi lokal pada gigi, dokter gigi harus menggunakan syringe sesuai standar ADA.
◦ Jarum pendek dapat digunakan untuk beberapa injeksi pada jaringan lunak yang tipis, jarum panjang
digunakan untuk injeksi yang lebih dalam.
◦ Jarum cenderung tidak dipenetrasikan lebih dalam untuk mencegah patahnya jarum.
◦ Jarum yang digunakan harus tajam dan lurus dengan bevel yang relatif pendek, dipasangkan pada
syringe. Gunakan jarum sekali pakai (disposable) untuk menjamin ketajaman dan sterilisasinya.
Penggunaan jarum berulang dapat sebagai transfer penyakit.
◦ Citojet dapat digunakan untuk injeksi intraligamen (Gambar 1).
sitojet
carpul
PERSIAPAN SEBELUM
PENCABUTAN GIGI
◦ Sebagian negara mempunyai hukum yang mengharuskan izin tertulis dari
orang tua (Informed Concent) sebelum melakukan anastesi pada pasien
anak.
◦ Kunjungan untuk pencabutan sebaiknya dilakukan pagi hari (saat anak
masih aktif) dan dijadwalkan, sehingga anak tidak menunggu terlalu lama
karena anak cenderung menjadi lelah menyebabkan anak tidak koperatif.
Anak bertoleransi lebih baik terhadap anastesi lokal setelah diberi makan ±
2 jam sebelum pencabutan (PASIEN ANAK).
◦ Instrumen yang akan dipakai, sebaiknya jangan diletakkan di atas meja.
Letakkan pada tempat yang tidak terlihat oleh anak dan diambil saat akan
digunakan. Jangan mengisi jarum suntik di depan pasien, dapat
menyebabkan rasa takut dan cemas.
◦ Sebaiknya dikatakan kepada anak yang sebenarnya bahwa akan ditusuk
dengan jarum (disuntik) dan terasa sakit sedikit, tidak boleh dibohongi.
◦ Rasa sakit ketika penyuntikan sedapat mungkin dihindarkan dengan cara sebagai berikut :
a. Memakai jarum yang kecil dan tajam
b. Pada daerah masuknya jarum dapat dilakukan anastesi topikal lebih dahulu. Misalnya dengan
5 % xylocaine (lidocaine oitmen)
c. aringan lunak yang bergerak dapat ditegangkan sebelum penusukan jarum
d. Deponir anastetikum perlahan, deponir yang cepat cenderung menambah rasa sakit. Jika
lebih dari satu gigi maksila yang akan dianastesi, operator dapat menyuntikkan anastesi awal,
kemudian merubah arah jarum menjadi posisi yang lebih horizontal, bertahap memajukan
jarum dan mendeponir anastetikum.
e. Penekanan dengan jari beberapa detik pada daerah injeksi dapat membantu pengurangan rasa
sakit.
f. Jaringan diregangkan jika longgar dan di masase jika padat (pada palatal). Gunanya untuk
membantu menghasilkan derajat anastesi yang maksimum dan mengurangi rasa sakit ketika
jarum ditusukan.
g. Aspirasi dilakukan untuk mencegah masuknya anastetikum dalam pembuluh darah, juga
mencegah reaksi toksis, alergi dan hipersensitifitas. Waktu untuk menentukan anastesi
berjalan ± 5 menit dan dijelaskan sebelumnya kepada anak bahwa nantinya akan terasa
gejala parastesi seperti mati rasa, bengkak, kebas, kesemutan atau gatal. Dijelaskan agar
anak tidak takut, tidak kaget, tidak bingung atau merasa aneh. Pencabutan sebaiknya
dilakukan setelah 5 menit. Jika tanda parastesi tidak terjadi, anastesi kemungkinan gagal
sehingga harus diulang kembali. 9. Vasokontristor sebaiknya digunakan dengan konsentrasi
kecil, misalnya xylocaine 2 % dan epinephrine 1 : 100.000.
Tehnik infiltrasi anastesi
◦ Tahap melaksanakan infiltrasi anastesi :
1. Keringkan mukosa dan aplikasikan bahan topikal anastesi selama 2 menit
2. Bersihkan kelebihan bahan topikal anastesi
3. Tarik mukosa
4. Untuk mengalihkan perhatian anak, drg dapat menekan bibir dengan tekanan
ringan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk sehingga mukosa yang akan
disuntik terlihat.
5. Masukkan jarum, jika menyentuh tulang tarik jarum keluar sedikit
6. Aspirasi 7. Suntikan bahan anastetikum 0,5 – 1,0 cc secara perlahan (15-30 detik)
Contoh pencabutan gigi kaninus atas
TUGAS
1. JELASKAN PADA SAAT KAPAN BOLEH DILAKUKAN FISSURE SEALANT!
2. SEBUTKAN INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI FISSURE SEALANT
3. BAHAN APA SAJA YANG BISA DIGUNAKAN UNTUK FISSURE SEALANT DAN APA
BEDANYA!
4. JELASKAN PERBEDAAN ANASTESI TOPIKAL DAN ANASTESI INFITRASI
5. BAHAN APA SAJA YG DIGUNAKAN UNTUK ANASTESI INFILTRASI
6. JELASKAN APA YG PERLU DIPERHATIKAN JIKA AKAN MELAKUKAN PENCABUTAN GIGI
DENGAN ANASTESI INFILTRASI!

DIKETIK RAPI DAN DIKUMPULKAN MINGGU DEPAN DI MEJA SAYA, JANGAN COPY PASTE!!

Anda mungkin juga menyukai