Asd, Add, Adhd
Asd, Add, Adhd
Asd, Add, Adhd
Fis
1. Autism Spectrum Disorder (ASD)
2. attention Deficit Disorder (ADD)
3. Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD)
AUTISME
Autism berasal dari bahasa yunani
‘autos’ yang berarti sendiri.
berperan penting.
Bayi yang lahir prematur atau punya berat badan di bawah normal lebih besar
penyebab anak autis. Komplikasi yang sering terjadi ialah adanya pendarahan
setelah trimester pertama dan adanya kotoran janin pada cairan amnion yang
merupakan tanda bahaya dari janin.
d. Keracunan logam berat
Keracunan logam berat merupakan kondisi yang sering dijumpai
jamur, nutrisi yang buruk, perdarahan dan keracunan makanan pada masa kehamilan yang
dapat menghambat pertumbuhan sel otak yang menyebabkan fungsi otak bayi yang
dikandung terganggu terutama fungsi pemahaman, komunikasi dan interaksi.
f. Vaksinasi
Vaksinasi MMR (Meales, Mumps dan Rubella) menjadi salah satu faktor yang diduga kuat
menjadi penyebab autism walaupun sampai sekarang hal ini masih menjadi perdebatan.
Banyak orangtua yang melihat anaknya yang tadinya berkembang normal menunjukkan
kemunduran setelah memperoleh vaksinasi MMR. Zat pengawet pada vaksinasi inilah
(Thimerosal) yang dianggap bertanggung jawab menyebabkan autis. Untuk menghindari
resiko maka beredar informasi bahwa sebaiknya vaksinisasi diberikan secara terpisah atau
menggunakan vaksinasi yang tidak mengandung thimerosal. Cara lain adalah menunggu
anak berusia 3 tahun untuk meyakinkan bahwa masa kemunculan gejala autis telah
terlewati (Maryanti, 2012).
KLASIFIKASI ASD
Ketertarikan yang
Derajat Autistik Komunikasi Sosial terbatas dan perilaku
berulang
Derajat 1 Dapat berinteraksi sosial Keterbatasan yang nyata
Membutuhkan tanpa bantuan, walaupun paling tidak pada satu hal.
dukungan/bantuan ringan mengalami kendala atau
kekurangan dalam
komunikasi sosial
Derajat 2 Ditandai dengan Ditandai dengan
Membutuhkan dukungan/ kekurangan dan keterbatasan yang nyata
bantuan sedang keterbatasan dalam dalam beberapa hal.
berinteraksi serta dalam
memberikan respon secara sosial
Derajat 3 Kemampuan Ditandai dengan adanya
Sangat membutuhkan berkomunikasi sosial yang keterbatasan yang nyata
dukungan / bantuan terbatas dalam kehidupan seharihari.
MASALAH KOMUNIKASI SOSIAL DAN INTERAKSI
Algoritme Skoring
Semua pertanyaan kecuali 2, 5, dan 12, respon “TIDAK” mengindikasikan risiko GSA (skor 1);
untuk pertanyaan 2,5, dan 12, “YA” mengindikasikan risiko GSA (skor 1).
Interpretasi M-CHAT-R:
RISIKO RENDAH: Skor total 0-2; jika anak lebih muda dari 24 bulan, lakukan skrining
lagi setelah ulang tahun kedua. Tidak ada tindakan lanjutan yang diperlukan, kecuali
surveilans untuk mengindikasikan risiko GSA
RISIKO MEDIUM: Skor total 3-7; lakukan Follow-up (M-CHAT-R/F tahap kedua) untuk
mendapat informasi tambahan tentang respon berisiko. Skrining positif jika skor M-CHAT-R/F 2
atau lebih.
Tindakan yang diperlukan: adalah rujuk anak untuk evaluasi diagnostik dan evaluasi eligibilitas
untuk intervensi awal. Skrining negatif jika skor M-CHAT-R/F 0-1. Tidak ada tindakan lanjutan
yang diperlukan, kecuali surveilans untuk mengindikasikan risiko
GSA. Anak harus diskrining ulang saat datang kembali.
RISIKO TINGGI: Skor total 8-20; Follow-up dapat tidak dilakukan dan pasien dirujuk segera
untuk evaluasi diagnostik dan evaluasi eligibilitas untuk intervensi awal.
APAKAH SENSORY PROFIL?
Sensory Profile adalah sebuah metode standar
yang digunakan oleh praktisi (terapis) untuk
mengukur kemampuan proses sensori seorang
anak dan melihat efek dari proses sensori itu
dalam kemampuan fungsional di kehidupan
sehari-hari
Sensory Profile sangat baik digunakan pada anak
usia 7 s/d 35 bulan ada yang usia 3 tahun s/d 10
tahun
SENSORY PROFILE
Auditory
Visual
Olfaktory
Gustatory
Bahasa
Self Regulation
Sosial
Emosional
Bermain
PENTINGNYA SENSORY PROFILE
Dengan menggunakan SENSORY PROFILE dapat mengenali permasalahan
seperti :
Language
MOTOR IMPAIRMENTS
Motor stereotypies
Motor Coordination and Arm Function
Motor delay
Gait and balance
Motor planning, praxis, imitation
Strength and tone
Endurance and physical activity levels
SENSORY-PERCEPTUAL
Sensory Processing Disorder
Motor stereotypies
Menunjukkan beberapa stereotip motorik yang
berbeda, termasuk perilaku berulang seperti
seluruh tubuh goyang, memutar, melompat,
memantul, dan lengan mengepak (arm flapping)
Motor Coordination and Arm Function
Impairments pada kecepatan berlari, kelincahan,
kordinasi bilateral, ketangkasan dan keterampilan
bermain bola.
Motor delay
Inkoordinasi motorik pada anak-anak dengan
ASD dapat muncul sedini bayi.
Ada keterlambatan perkembangan
ADHD
terdapat dalam tiga kategori utama yang
sering ditunjukkan di rumah, di sekolah dan sebagainya
1. Hiperaktivitas
· Seringkali menggerak tangan atau kaki atau menggeliang-geliut di tempat duduk
· Selalu meninggalkan tempat duduk ketika di kelas
· Selalu berlari ke sana ke mari atau suka memanjat dan sering terlihat kikuk/tidak
luwes
· Sering menghadapi masalah ketika bermain atau melakukan aktiviti karena tidak
bisa fokus
· Selalu banyak bercakap
· Sering bergerak tanpa terkendali atau kerap bertindak seolah-olah “digerakkan
oleh motor”.
2. Pemusatan perhatian yang singkat
·Sering gagal memberi memusatkan perhatian dengan teliti kepada pekerjaan
yang terperinci atau sering melakukan kesalah dalam menyelesaikan tugas
sekolah dan kegiatan sehari-hari
·Selalu tidak mematuhi arahan dan gagal menyiapkan kerja sekolah, kerja
harian atau tugas
·Sering mengalami masalah untuk mengatur tugas dan aktiviti sehari-hari
Sering mengelak, tidak suka atau keberatan hendak melakukan sesuatu tugas
yang memerlukan konsentrasi yang lama (seperti tugas-tugas di sekolah atau
rumah)
·Mudah lupa dan selalu kehilangan barang (misalnya pensil, pemadam, buku
atau pekerjaan sekolah, mainan dan sebagainya)
·Perhatian mudah beralih dari satu aktiviti ke satu aktiviti lain.
3. Tingkah laku impulsif
Selalu memberi jawaban sebelum soal selesaikan
ditanyakan
Kurang sabar dan menghadapi masalah ketika
menunggu giliran
Sering mengganggu atau mencelah perbuatan atau
aktiviti orang lain
·Sering membuat pertimbangan yang salah dan
mudah mengalami konflik dengan orang lain
ATENSION DEFICIT DISORDER (ADD)
Anak dengan dx ADD secara klinis memiliki gejala
ASSESMENT
1. RELASI TERHADAP ORANG (LINGKUNGAN)
2. KEMAMPUAN IMITASI (KETRAMPILAN GERAK)
3. KEMAMPUAN MEMAHAMI EMOSI
4. RESPON EMOSI
5. KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN
EKSPRESIF
6. RESPON RASA, PENCIUMAN, SENTUHAN,
PENDENGARAN, PENGELIHATAN,
KESEIMBANGAN.
TEST DAN PENGUKURAN
IMPAIRMENT
Dalam menentukan body structure and function seperti kekuatan
otot, ROM, tonus otot, atensi, kontak mata, dan keseimbangan bisa
sangat berpengaruh pada aktivitas anak (ASD, ADD, ADHD)
Sensory Profile 2 adalah pengukuran mutlak dalam fisioterapi anak
identifying six sensory processing factors using a short form
of the Sensory Profile, which may impact development,
learning, and social, interaction. These include low
energy/weak, tactile/movement sensitivity, taste/smell
sensitivity, auditory/visual sensitivity, sensory,
seeking/distractibility, and hyporesponsitivity.
AKTIVITY DAN PARTICIPATION
Memeriksa apakah ada keterbatasan dalam aktivitas sehari-
hari
Periksa rutinas perilaku anak, ketahui aktivitas normal
(tipikal) anak usianya dan bandingkan
Test of Gross Motor Development
Movement Assessment Battery for Children-2 (MABC-2)
*bila aktivitas anak semakin meningkat pemeriksaan dengan
Children’s Assessment of Participation and Enjoyment
(CAPE)
MELAKUKAN EVALUASI DAN MENGINTERPRESENTASIKAN
PROBLEMATIKA FISIOTERAPI. APAKAH BENAR MEMERLUKAN
TINDAKAN FISIOTERAPI ?
Melakukan intervensi dengan dasar intervensi dini (usia 2-3),atau
berbasis permasalahan di sekolah (anak tampak tidak fokus saat
guru menjelaskan)
Semisal anak memiliki kesadaran rendah akan bahaya
anak memiliki respon pemahaman gerakan yang lambat terhadap
perintah
Anak cenderung tidak bisa diam atau terfokus pada suatu hal
Anak terlihat kurang atensi atau menghindari kontak mata saat
berbicara
Anak tampak kesulitan menerima perintah bertahap (ambil, lalu
taruh , dan ambil kembali)
MENCARI GOAL YANG KECIL UNTUK MERAIH GOAL YANG
BESAR
Tingkat 2
melibatkan strategi yang dirancang untuk
meningkatkan perilaku anak. Mencegah perilaku
berulang. Level 2 digunakan saat strategi dari
level 1 tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
anak.
Tingkat 3
Digunakan ketika perilaku bermasalah tidak
teratasi dan menjadi hambatan untuk belajar dan
sosial yang berpengaruh perkembangan
emosional. Level 3 terdiri dari prosedur yang
dikaitkan dengan intervensi.
INTERVENSI TINDAKAN
Motor Specific Interventions latihan terfokus
pada gerakan spesific seperti melompat dengan
variasi ditambah dengan perintah untuk
membangun komunikasi. Aktivitas ini efektif
dalam mengurangi perilaku berulang.
Sensory processing intervention menggunakan
aktivitas input sensory seperti menggunakan
beban pasir, teknik brushing, menggunakan
media musik, ataupun media pasir.
INTERVENSI LANJUTAN
Sensory Integrasi Ayres Therapy (SI/SIAT)
Gait and Balance exercise
Motorik exercise sesuai milestone
Berikan pengalaman sensori dan motorik
CONTOH TREATMENT
Deep presure dengan pressure garment, weighted vest
Diberikan tugas untuk perintah sederhana, dan
bertingkat seperti : “ambil bola”, “taruh bola”.
Diberikan reward
Strategi Eye contact
Perintah “Lihat’