13 Penyusunan Laporan Surveilans Gizi

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

PENYUSUNAN LAPORAN

SURVEILANS GIZI

Albiner Siagian
Pengantar
Hasil surveilans gizi dimanfaatkan oleh
pemangku kepentingan sebagai tindak lanjut
atau respons terhadap informasi yang diperoleh.
Tindak lanjut atau respons dapat berupa
tindakan segera, perencanaan jangka pendek,
menengah dan panjang serta perumusan
kebijakan pembinaan gizi masyarakat baik di
kabupaten/kota, provinsi maupun tingkat pusat.
Oleh sebab itu pelaporan bertujuan untuk
melaporkan hasil pelaksanaan surveilans gizi secara
berjenjang. Pengelola kegiatan gizi atau petugas
surveilans gizi di dinas kesehatan kabupaten/kota
melakukan rekapitulasi laporan pelaksanaan
surveilan sgizi dari puskesmas/kecamatan, rumah
sakit, dan masyarakat atau media kemudian
melanjutkannya ke dinas kesehatan provinsi dan
pusat dalam hal ini Direktorat Gizi Masyarakat
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
A. JENIS-JENIS LAPORAN
• Ada beberapa jenis laporan yang harus dibuat
oleh petugas surveilans gizi dengan frekuensi
laporan yang berbeda-beda. Laporan kejadian
kasus gizi buruk disampaikan ke Dinas
Kesehatan Provinsi dan Direktorat Bina Gizi
Masyarakat dalam waktu 1 x 24 jam dengan
menggunakan formulir laporan KLB Gizi.
Sedangkan pelaporan hasil pelacakan kasus
gizi buruk dilakukan dalam waktu 2 x 24 jam.
• Laporan rekapitulasi hasil pemantauan
pertumbuhan balita (D/S), kasus gizi buruk
dan cakupan pemberian TTD (Fe) pada ibu
hamil disampaikan ke Dinas Kesehatan
Provinsi dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat
setiap bulan.
• Laporan rekapitulasi cakupan pemberian ASI
Eksklusif 0-6 bulan, pemberian kapsul vitamin
A pada balita dan konsumsi garam beryodium
di tingkat rumah tangga disampaikan ke Dinas
Kesehatan Provinsi dan Direktorat Bina Gizi
Masyarakat setiap 6 bulan (Maret dan
September).
• Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selain
mengirimkan rekapitulasi laporan ke Dinas
Kesehatan Provinsi dan Direktorat Gizi
Masyarakat, Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, juga
melakukan pengolahan dan analisis data di
kabupaten/kota.
B. DISEMINASI HASIL SURVEILANS GIZI

• Diseminasi hasil surveilans gizi dilakukan untuk


menyebarkan informasi surveilans gizi kepada
pemangku kepentingan. Kegiatan diseminiasi hasil
surveilans gizi dapat dilakukan dalam bentuk
pemberian umpan balik, sosialisasi, atau advokasi.
• Umpan balik merupakan respons tertulis mengenai
informasi surveilans gizi yang dikirimkan kepada
pemangku kepentingan pada berbgai kesempatan
baik pada pertemuan lintas program maupun lintas
sektor.
• Sosialisasi merupakan penyajian hasil surveilans gizi
dalam forum kordinasi atau forumforum lainnya.
Advokasi adalah merupakan penyajian hasil surveilans
gizi dengan harapan memperoleh dukungan dari
pemangku kepentingan terutama dalam hal upaya
perbaikan terhadap masalah gizi yang ditemukan.
• Hasil surveilans gizi dimanfaatkan oleh pemangku
kepentingan sebagai tindak lanjut atau respons
terhadap informasi yang diperoleh. Tindak lanjut atau
respons dapat berupa tindakan segera, perencanaan
jangka pendek, menengah dan panjang, dan
perumusan kebijakan pembinaan gizi masyarakat baik
di kabupaten/kota, provinsi maupun pusat.
• Contoh tindak lanjut atau respons yang perlu
dilakukan terhadap pencapaian indikator
adalah sebagai berikut.
• Jika hasil analisis menunjukkan peningkatan
kasus gizi buruk maka respons yang
perludilakukan adalah:
1. Melakukan konfirmasi laporan kasus gizi buruk.
2. Menyiapkan puskesmas perawatan dan rumah sakit
untuk pelaksanaan tata laksana gizi buruk.
3. Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas dan
rumah sakit dalam melakukan surveilans gizi.
4. Memberikan PMT pemulihan untuk balita gizi buruk
rawat jalan dan pascarawat inap,
5. Melakukan pemantauan kasus yang lebih intensif pada
daerah dengan risiko tinggi terjadinya kasus gizi buruk,
6. Melakukan penyelidikan kasus bersama dengan lintas
program dan lintas sektor terkait.
Jika hasil analisis menunjukkan cakupan ASI
Eksklusif 0—6 bulan rendah, maka respons yang
dilakukan adalah:
1. Meningkatkan promosi dan advokasi tentang
Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (sesuai
PP No.33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI).
2. Meningkatkan kemampuan petugas
puskesmas dan rumah sakit dalam melakukan
konseling ASI, dan
3. Membina puskesmas untuk memberdayakan
konselor dan fasilitator ASI yang sudah dilatih.
Jika hasil analisis menunjukkan masih tingginya
rumah tangga yang belum mengonsumsi garam
beriodium, respons yang diberikan adalah:
1. Melakukan kordinasi dengan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten/Kotauntuk melakukan operasi
pasar garam beriodium, dan
2. Melakukan promosi/kampanye peningkatan
penggunaan garam beriodium.
Jika hasil analisis menunjukkan cakupan distribusi
vitamin A rendah maka respons yang harus diberikan
adalah:
1. Jika persediaan kapsul vitamin A di puskesmas tidak
mencukupi maka perlu mengirim kapsul vitamin A
ke puskesmas,
2. Jika kapsul vitamin A masih cukup maka perlu
mengimbau puskesmas untuk melakukan sweeping,
dan
3. Melakukan pembinaan kepada puskesmas dengan
cakupan vitamin A rendah.
Jika hasil analisis menunjukkan cakupan distribusi TTD (Fe)
rendah maka respons yang harus dilakukan adalah
meminta puskesmas agar lebih aktif mendistribusikan
tablet tambah darah pada ibu hamil dengan beberapa
alternatif sebagai berikut:
1. Bila ketersediaan TTD di puskesmas dan di bidan di
desa tidak mencukupi maka perlu mengirim TTD ke
puskesmas,
2. Bila TTD masih tersedia maka perlu mengimbau
puskesmas untuk melakukan peningkatan integrasi
dengan program KIA khususnya kegiatan Antenatal
Care (ANC),
3. Melakukan pembinaan kepada puskesmas dengan
cakupan rendah.
Jika hasil analisis menunjukkan capaian partisipasi
masyarakat (D/S) rendah dan/atau cenderung menurun
maka respons yang perlu dilakukan adalah pembinaan
kepada puskesmas untuk:
1. Melakukan kordinasi dengan Camat dan PKK tingkat
kecamatan untuk menggerakkan masyarakat hadir dan
menimbang balita ke posyandu,
2. Memanfaatkan kegiatan pada forum-forum yang ada
di desa untuk menggerakkan masyarakat datang ke
posyandu, dan
3. Melakukan promosi tentang manfaat kegiatan di
posyandu.
Contoh Diseminasi Surveilens Gizi

Anda mungkin juga menyukai