Biofarmasetika Sediaan Oral Fix
Biofarmasetika Sediaan Oral Fix
Biofarmasetika Sediaan Oral Fix
1. Mukosa
Terdapat papil-papil sensoris pengecapan. Letaknya menempel pada
“tight junction” dan terdiri atas susunan epitel berlapis sel tanduk yang
saling menempel dan berdermis tebal. Permukaan bagian dalam mulut
lebih sempit, ditutupi lapisan mukosa yang sangat tipis.
HISTO-PATOFISIOLOGI
Fungsi :
mengeluarkan saliva untuk mencerna makanan (membasahi
mulut, membersihkan lidah, dan memudahkan orang untuk
mengunyah).
Enzim yang terdapat pada kelenjar ludah : Amilase atau
Ptyalin dengan pH aktivitas optimu 6,7.
Fungsi lambung:
Menerima makanan dari esophagus melalui
orifisium kardiak dan bekerja sebagai penimbun
sementara, di dalam lambung terjadi gerakan
peristaltik.
GETAH LAMBUNG
Struktur:
a. Enzim
Terdiri dari 4 lapisan, lapisan peritoneal, • Pepsin
lapisan berotot, lapisan sub mukosa dan lapisan
mukosa. • Katepsin
• Kimosin/renin
• Lipase
b. Asam Klorida (HCl)
c. Mukus
d. Air
e. Faktor intrinsik
f. Faktor bifidogen
VOLUME ISI LAMBUNG
Pada keadaan puasa lambung akan mengandung cairan yang bersifat asam
lemah. Pemberian padat peroral pada saat puasa sebaiknya disertai segelas air, agar
mempercepat terjadinya peluruhan, pelarutan dan transit.
Bentuk sediaan yang diberikan secara peroral mempunyai ketersediaan hayati yang
berbeda tergantung pada cara penelanan :
• Dengan atau tanpa air (peningkatan laju pelarutan, penurunan derajat keasaman
karena pengenceran, proses transit dipercepat bila subyek puasa).
• Sebelum atau selama makan, awal atau akhir makan : keasaman dan sekresi
proteolitik akan meningkat pada kahir makan.
PH ISI LAMBUNG
Apabila obat berada dalam area pylorus maka obat yang diserap akan tercampur dengan
massa makanan tanpa benar benar teraduk.
Mekanisme membuka dan menutupnya pylorus dipengaruhi fungsi pH pada cairan
duodenum.
Faktor yang mempengaruhi waktu Faktor yang mempengaruhi waktu
tinggal pada lambung: tinggal pada lambung:
1. Volume. 1. Kebasaan.
2. Konsistensi. 2. Gas CO2 berlebih.
3. Tingkat keasaman (pH). 3. Posisi tidur pada sisi kiri.
4. Kandungan bahan berlemak, 4. Keadaan berjalan.
asam lemah, dan gula.
5. Hipertonisitas larutan garam dan
gula.
6. Emosi yang menyebabkan
peutupan pylorus.
7. Posisi tidur pada sisi kanan.
5. USUS HALUS DAN PENCERNAAN DALAM USUS
Tegangan Permukaan
a. Gerakan segmentasi
Terdapat peningkatan kontak dengan jonjot usus (villi intestinalis), mendorong
darah dan getah bening dari pembuluh darah usus menuju hati dan dada.
b. Gerakan peristaltic
Gerakan yang terjadi akibat regangan usus karena adanya aksi volume makanan.
c. Gerakan penduler
Gerakan yang terjadi pada lengkungan usus, menghambur ke seluruh dinding usus
dan mencampur homogen semua isi usus.
6. USUS BESAR
FUNGSI
1. Absorpsi air, garam, dan glukosa
2. Sekresi musin oleh kelenjar di dalam lapisan dalam
3. Penyiapan selulosa dan penyiapan sisa protein yang belum dicerna oleh kerja bakteri guna ekskresi.
4. Defekasi
ANATOMI
a. Fungsi penggetahan
Aktivitas penggetahan sangat lemah. Kemampuan mencerna oleh enzim di usus
besar mendekati nol. Getah tersebut merupakan cairan jernih dan sangat kental
karena konsentrasi mukus yang tinggi.
5. Tegangan permukaan
Pengurangan tegangan permukaan akan memudahkan pembasahan dan pelarutan
partikel yang semula belum larut.