RPL - Pertemuan 4

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 35

Definisi SDLC dan

Jenis-jenis SDLC
PERTEMUAN 4
Definisi
SDLC (System Development Life Cycle) atau Siklus hidup pengembangan sistem adalah proses
pembuatan dan pengubahan sistem serta model dan metodologi yang digunakan untuk
mengembangkan sistem-sistem tersebut. Konsep ini umumnya merujuk pada sistem komputer
atau informasi.
SDLC juga merupakan pola yang diambil untuk mengembangkan sistem perangkat lunak, yang
terdiri dari tahap-tahap: rencana (planning), analisis (analysis), desain (design), implementasi
(implementation), uji coba (testing) dan pengelolaan (maintenance) proses pembuatan dan
pengubahan sistem serta model dan metodologi yang digunakan untuk mengembangkan
sistem-sistem tersebut. Konsep ini umumnya merujuk pada sistem komputer atau informasi.
12 Model SDLC
(Software Development Life Cycle)
1. Waterfall Development Model
(Model Sekuensial Linier)
Model Sekuensial Linier atau sering disebut Model Pengembangan Air Terjun, merupakan
paradigma model pengembangan perangkat lunak paling tua, dan paling banyak dipakai. Model
ini mengusulkan sebuah pendekatan perkembangan perangkat lunak yang sistematik dan
sekunsial yang dimulai pada tingkat dan kemajuan sistem pada seluruh tahapan analisis, desain,
kode, pengujian, dan pemeliharaan.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan Model Sekuensial Linear / Waterfall Development Model :
1. Tahapan proses pengembangannya tetap (pasti), mudah diaplikasikan, dan prosesnya teratur.
2. Cocok digunakan untuk produk software/program yang sudah jelas kebutuhannya di awal, sehingga minim kesalahannya.
3. Software yang dikembangkan dengan metode ini biasanya menghasilkan kualitas yang baik.
4. Documen pengembangan sistem sangat terorganisir, karena setiap fase harus terselesaikan dengan lengkap sebelum
melangkah ke fase berikutnya.
Kekurangan Model Sekuensial Linear / Waterfall Development Model :
1. Proyek yang sebenarnya jarang mengikuti alur sekuensial seperti diusulkan, sehingga perubahan yang terjadi dapat
menyebabkan hasil yang sudah didapatkan tim pengembang harus diubah.
2. Terjadinya pembagian proyek menjadi tahap-tahap yang tidak fleksibel, karena komitmen harus dilakukan pada tahap awal
proses.
3. Sulit untuk mengalami perubahan kebutuhan yang diinginkan oleh customer/pelanggan.
4. Pelanggan harus sabar untuk menanti produk selesai, karena dikerjakan tahap per tahap, dan proses pengerjaanya akan
berlanjut ke setiap tahapan bila tahap sebelumnya sudah benar-benar selesai.
5. Perubahan ditengah-tengah pengerjaan produk akan membuat bingung tim pengembang yang sedang membuat produk.
6. Adanya waktu kosong (menganggur) bagi pengembang, karena harus menunggu anggota tim proyek lainnya menuntaskan
pekerjaannya.
2. Model Prototype
Metode Prototype merupakan suatu paradigma baru dalam metode pengembangan perangkat
lunak dimana metode ini tidak hanya sekedar evolusi dalam dunia pengembangan perangkat
lunak, tetapi juga merevolusi metode pengembangan perangkat lunak yang lama yaitu sistem
sekuensial yang biasa dikenal dengan nama SDLC atau waterfall development model.
Dalam Model Prototype, prototype dari perangkat lunak yang dihasilkan kemudian
dipresentasikan kepada pelanggan, dan pelanggan tersebut diberikan kesempatan untuk
memberikan masukan sehingga perangkat lunak yang dihasilkan nantinya betul-betul sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan Model Prototype :
1. Pelanggan berpartisipasi aktif dalam pengembangan sistem, sehingga hasil produk pengembangan akan
semakin mudah disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan.
2. Penentuan kebutuhan lebih mudah diwujudkan.
3. Mempersingkat waktu pengembangan produk perangkat lunak.
4. Adanya komunikasi yang baik antara pengembang dan pelanggan.
5. Pengembang dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan pelanggan.
6. Lebih menghemat waktu dalam pengembangan sistem.
7. Penerapan menjadi lebih mudah karena pelanggan mengetahui apa yang diharapkannya.
 
Kekurangan Model Prototype :
1. Proses analisis dan perancangan terlalu singkat.
2. Biasanya kurang fleksibel dalam mengahadapi perubahan.
3. Walaupun pemakai melihat berbagai perbaikan dari setiap versi prototype, tetapi pemakai mungkin tidak
menyadari bahwa versi tersebut dibuat tanpa memperhatikan kualitas dan pemeliharaan jangka panjang.
4. Pengembang kadang-kadang membuat kompromi implementasi dengan menggunakan sistem operasi yang
tidak relevan dan algoritma yang tidak efisien.
3. Model Rapid Application
Development (RAD)
Rapid Aplication Development (RAD) adalah sebuah model proses perkembangan perangkat
lunak sekuensial linier yang menekankan siklus perkembangan yang sangat pendek (kira-kira 60
sampai 90 hari). Model RAD ini merupakan sebuah adaptasi “kecepatan tinggi” dari model
sekuensial linier dimana perkembangan cepat dicapai dengan menggunakan pendekatan
konstruksi berbasis komponen.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan Model RAD :
1. Lebih efektif dari Pengembangan Model waterfall dalam menghasilkan sistem yang memenuhi kebutuhan
langsung dari pelanggan.
2. Cocok untuk proyek yang memerlukan waktu yang singkat.
3. Model RAD mengikuti tahap pengembangan sistem seperti pada umumnya, tetapi mempunyai kemampuan
untuk menggunakan kembali komponen yang ada sehingga pengembang tidak perlu membuatnya dari awal
lagi sehingga waktu pengembangan menjadi lebih singkat dan efisien.
Kekurangan Model RAD :
1. Model RAD menuntut pengembangan dan pelanggan memiliki komitmen di dalam aktivitas rapid-fire yang
diperlukan untuk melengkapi sebuah sistem, di dalam kerangka waktu yang sangat diperpendek. Jika
komitmen tersebut tidak ada, proyek RAD akan gagal.
2. Tidak semua aplikasi sesuai untuk RAD, bila system tidak dapat dimodulkan dengan teratur, pembangunan
komponen penting pada RAD akan menjadi sangat bermasalah.
3. RAD tidak cocok digunakan untuk sistem yang mempunyai resiko teknik yang tinggi.
4. Membutuhkan Tenaga kerja yang banyak untuk menyelesaikan sebuah proyek dalam skala besar.
(Jadi dak biso di pake utk TA)
5. Jika ada perubahan di tengah-tengah pengerjaan maka harus membuat kontrak baru antara pengembang
dan pelanggan.
4. Model Evolutionary Development
(Evolutionary Software Process Models)
Model Evolutionary Development bersifat iteratif (mengandung perulangan). Hasil prosesnya
berupa produk yang makin lama makin lengkap sampai versi terlengkap dihasilkan sebagai
produk akhir dari proses.
Model Evolutionary Development / Evolutionary Software Process terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Model Incremental
2. Model Spiral
Model Incremental
Model Incremental merupakan hasil kombinasi elemen-elemen dari model waterfall yang
diaplikasikan secara berulang, atau bisa disebut gabungan dari Model linear sekuensial
(waterfall) dengan Model Prototype. Elemen-elemen tersebut dikerjakan hingga menghasilkan
produk dengan spesifikasi tertentu kemudian proses dimulai dari awal kembali hingga muncul
hasil yang spesifikasinya lebih lengkap dari sebelumnya dan tentunya memenuhi kebutuhan
pemakai.
Model ini berfokus pada penyampaian produk operasional dalam setiap pertambahanya.
Pertambahan awal ada di versi stripped down dari produk akhir, tetapi memberikan kemampuan
untuk melayani pemakai dan juga menyediakan platform untuk evaluasi oleh pemakai. Model ini
cocok dipakai untuk proyek kecil dengan anggota tim yang sedikit dan ketersediaan waktu yang
terbatas.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan Model Incremental :
1. Personil bekerja optimal.
2. Mampu mengakomodasi perubahan secara fleksibel, dengan waktu yang relatif singkat dan
tidak dibutuhkan anggota/tim kerja yang banyak untuk menjalankannya.
3. Pihak konsumen dapat langsung menggunakan dahulu bagian-bagian yang telah selesai
dibangun. Contohnya pemasukan data karyawan.
4. Mengurangi trauma karena perubahan sistem. Klien dibiasakan perlahan-lahan
menggunakan produknya setiap bagian demi bagian.
5. Memaksimalkan pengembalian modal investasi konsumen.

Kekurangan Model Incremental :


1. Tidak cocok untuk proyek berukuran besar (lebih dari 200.000 baris coding).
2. Sulit untuk memetakan kebutuhan pemakai ke dalam rencana spesifikasi tiap-tiap hasil dari
increament.
Model Spiral ( Model Boehm)
Model ini mengadaptasi dua model perangkat lunak yang ada yaitu model prototyping dengan
pengulangannya dan model waterfall dengan pengendalian dan sistematikanya.  Model ini
dikenal dengan sebutan Spiral Boehm. Pengembang dalam model ini memadupadankan
beberapa model umum tersebut untuk menghasilkan produk khusus atau untuk menjawab
persoalan-persoalan tertentu selama proses pengerjaan proyek.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan Model Spiral :
Kelebihan model ini adalah sangat mempertimbangkan resiko kemungkinan munculnya
kesalahan sehingga sangat dapat diandalkan untuk pengembangan perangkat lunak skala besar.
Pendekatan model ini dilakukan melalui tahapan-tahapan yang sangat baik dengan
menggabungkan model waterfall ditambah dengan pengulangan-pengulangan sehingga lebih
realistis untuk mencerminkan keadaan sebenarnya. Baik pengembang maupun pemakai dapat
cepat mengetahui letak kekurangan dan kesalahan dari sistem karena proses-prosesnya dapat
diamati dengan baik.

Kekurangan Model Spiral :


Kekurangan model ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan perangkat lunak
cukup panjang demikian juga biaya yang besar. Selain itu, sangat tergantung kepada tenaga ahli
yang dapat memperkirakan resiko. Terdapat pula kesulitan untuk mengontrol proses. Sampai
saat ini, karena masih relatif baru, belum ada bukti apakah metode ini cukup handal untuk
diterapkan.
5. Model Agile
Model Agile merupakan model pengembangan jangka pendek yang memerlukan adaptasi cepat
dan pengembangan terhadap perubahan dalam bentuk apapun. Dalam agile terdapat beberapa
poin penting diantaranya sebagai berikut:
1. Interaksi antar personal lebih penting daripada proses dan alat.
2. Software yang berfungsi lebih penting daripada dokumentasi yang lengkap
3. Kolaborasi dengan klien lebih penting daripada negoisasi kontrak.
4. Sikap tanggap lebih penting daripada mengikuti rencana/plan.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan Model Agile :
1. Functional dapat dibuat dengan cepat dan dilakukan testing.
2. Perubahan dengan cepat ditangani.
 
Kelemahan Model Agile :
1. Analisis, desain, dan pengembangan sulit diprediksi.
2. Dapat memunculkan permasalahan dari arsitektur maupun desain.
 
6. Model Fountain (Air Mancur)
Model Fontain merupakan perbaikan logis dari model waterfall, langkah langkah dan urutan
prosedurnya pun masih sama. Namun pada model Fountain ini kita dapat mendahulukan
sebuah step ataupun melewati step tersebut, akan tetapi ada yang tidak bisa anda lewati
stepnya seperti kita memerlukan design sebelum melakukan coding jika itu di lewati maka akan
ada tumpang tindih dalam siklus SDLC.
7. Model Synchronize And Stabilize
Model ini adalah model yang digunakan oleh Microsoft.  Secara garis besar, Model Synchronize
and Stabilize ini sama dengan model incremental, tetapi oleh CUsamano dan Selby tahun 1997
menyebutnya sebagai model Syncronize and Stabilized Model karena ada beberapa proses
manajemen yang ditekannya oleh microsoft.
Analisis kebutuhan dilakukan dengan wawancara dengan sejumlah konsumen yang potensial. 
Kemudian kebutuhan-kebutuhan tersebut dibuat paket dan disusun daftar secara prioritas. 
Kemudian spesifikasi ditulis.  Selanjutnya pekerjaan dibagi dalam tiga atau empat bagian
pembangunan software.  Bagian pertama menangani hal-hal yang paling kritis, bagian
selanjutnya menangani hal-hal yang krisis selanjutnya, dan seterusnya.
Kelebihan
Kelebihan Model Synchronize And Stabilize
1. Membagi produk yang besar ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil (prioritas dari fitur
produk yang memiliki tim fitur kecil dapat dibuat dalam beberapa bulan).
2. Membuat project bekerja secara sistematis meskipun mereka tidak dapat menggambarkan
dan menyelesaikan suatu produk di awal project.
3. Mengijinkan tim besar bekerja menjadi tim yang lebih kecil dengan membagi sebuah tim
menjadi beberapa bagian, bekerja secara paralel tetapi tetap dapat berkesinambungan
dalam men synchronizing setiap perubahan, stabilizing produk dan menemukan serta
memperbaiki kesalahan.
4. Memfasilitasi masukkan dari customer, fitur produk dan waktu pengembangan yang pendek,
yang didukung oleh mekanisme masukkan customer, prioritas, menyelesaikan dahulu bagian
yang sangat penting dan melakukan perubahan tanpa harus mengurangi fitur yang
diperlukan.
8. Model Rational Unified Process
Unified Process (UP) adalah metodologi pengembangan sistem berbasis objek. Metode ini sudah
menjadi salah satu metode yang banyak digunakan dalam pengembangan sistem berorientasi
objek. UP memperkenalkan pendekatan baru untuk siklus hidup pengembangan sistem yang
menggabungkan perulangan (iterations) dan tahapan (phases) yang disebut dengan siklus hidup
UP (UP life cycle). UP mendefinisikan empat tahapan siklus hidup yaitu inception, elaboration,
construction, dan transition.
RUP mempunyai beberapa tahapan, yaitu : Inception, Elaboration, Construction, dan Transition
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan Model RUP :
1. Menyediakan akses yang mudah terhadap pengetahuan dasar bagi anggota tim.
2. Menyediakan petunjuk bagaimana menggunakan UML secara efektif.
3. Mendukung proses pengulangan dalam pengembangan software
4. Memungkinkan adanya penambahan-penambahan pada proses.
5. Memungkinkan untuk secara sistematis mengontrol perubahan-perubahan yang terjadi pada
software selama proses pengembangannya.
6. Memungkinkan untuk menjalankan test case dengan menggunakan Rational Test Manager
Tool
 
Kekurangan Model RUP :
Metodologi ini hanya dapat digunakan pada pengembangan perangkat lunak yang berorientasi
objek dengan berfokus pada UML (Unified Modeling Language)
9. Model Build & Fix Method
Build & Fix Method merupakan metode yang paling lemah diantara metode SDLC yang lain
tetapi menjadi acuan pengembangan untuk metode SDLC yang lain. Build & fix bertujuan untuk
memberikan kepercayaan terhadap pelanggan dengan cara memberikan pelayanan perbaikan
dan perawatan secara terus menerus terhadap produk yang digunakan oleh user.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan Model Build & Fix Method :
Build and fix dibuat tanpa melalui tahapan analisis dulu.
 
Kekurangan Model Build & Fix Method :
1. Tidak cocok ketika di pakai untuk membuat produk dengan kompleksitas tinggi dan dengan
ukuran yang besar.
2. Biaya yang di butuhkan akan menjadi sangat membengkak dan membesar ketika build and
fix di gunakan untuk membuat projek berskala besar.
10. Metode Pengembangan Extreme
Programming
Extreme Programming (XP) merupakan suatu pendekatan yang paling banyak digunakan untuk
pengembangan perangkat lunak cepat. Alasan menggunakan metode  Extreme Programming
(XP) karena sifat dari aplikasi yang dikembangkan dengan cepat melalui tahapan-tahapan yang
ada meliputi : Planning/Perencanaan, Design/Perancangan, Coding/Pengkodean dan
Testing/Pengujian. (Pressman, 2012:88).
Tahapan :
•Planning/Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini dimulai dari pengumpulan kebutuhan yang membantu tim teknikal untuk
memahami konteks bisnis dari sebuah aplikasi. Selain itu pada tahap ini juga mendefinisikan output yang akan
dihasilkan, fitur yang dimiliki oleh aplikasi dan fungsi dari aplikasi yang dikembangkan.
•Design/Perancangan
Metode ini menekankan desain aplikasi yang sederhana, untuk mendesain aplikasi dapat menggunakan Class-
Responsibility-Collaborator (CRC) cards yang mengidentifikasi dan mengatur class pada object-oriented.
•Coding/Pengkodean
Konsep utama dari tahapan pengkodean pada extreme programming adalah pair programming, melibatkan
lebih dari satu orang untuk menyusun kode.
•Testing/Pengujian
Pada tahapan ini lebih fokus pada pengujian fitur dan fungsionalitas dari aplikasi.
11. SDLC Big Bang Model
Pengertian dari SDLC Big Bang Model adalah Dimana kita tidak mengikuti proses tertentu.
Perkembangan hanya dimulai dengan uang dan usaha yang dibutuhkan sebagai masukan, dan
hasilnya adalah perangkat lunak yang dikembangkan yang mungkin atau mungkin tidak sesuai
dengan kebutuhan pelanggan. Model Big Bang ini tidak mengikuti dan hanya ada sedikit
perencanaan yang diperlukan. Bahkan pelanggan pun tidak yakin dengan apa yang sebenarnya
dia inginkan dan persyaratannya diimplementasikan dengan cepat tanpa banyak analisis.
Biasanya model ini di implementasi untuk proyek kecil dimana tim developernya sangat sedikit.
Spesifikasi Big Bang Model SDLC
Model Big Bang terdiri dari memfokuskan semua sumber daya yang mungkin dalam
pengembangan perangkat lunak dan pembuatan code / coding, dengan perencanaan yang
sangat sedikit atau tidak sama sekali. Requirement yang dibutuhkan terkadang datang pada saat
pembuatan code. Setiap perubahan yang diperlukan mungkin atau mungkin tidak perlu
mengubah perangkat lunak yang lengkap.
Big Bang Model ini sangat ideal untuk proyek kecil dengan satu atau dua pengembang yang
bekerja sama dan juga berguna untuk pembelajaran atau project-project yang sangat kecil.
Kelebihan dan Kekurangan
Keuntungan Big Bang Model antara lain:
1. Model yang sangat sederhana
2. Sedikit atau tidak ada perencanaan yang dibutuhkan
3. Mudah dikelola
4. Sangat sedikit sumber daya yang dibutuhkan
5. Memberikan fleksibilitas kepada pengembang
6. Bagus untuk developer yang ingin belajar atau developer pendatang baru

Kekurangan Big Bang Model antara lain:


1. Beresiko tinggi dan kepastian dari requirement yang tidak jelas
2. Tidak cocok untuk project skala besar dan berorientasi objek
3. Model yang buruk untuk proyek yang panjang dan sedang berlangsung
4. Bisa berubah menjadi sangat mahal jika persyaratan disalahpahami
 
12. The V-Model
The V-Model adalah model SDLC dimana pelaksanaan proses yang terjadi secara berurutan
dalam bentuk-V. Dikenal juga sebagai model Verifikasi dan Validasi.
The V-Model merupakan perluasan dari waterfall model  dan didasarkan pada asosiasi dari fase
pengujian untuk setiap tahap pengembangan yang sesuai. Ini berarti bahwa untuk setiap fase
tunggal dalam siklus pengembangan, ada tahap pengujian terkait langsung. Ini adalah model
yang sangat disiplin dan tahap berikutnya dimulai setelah selesainya tahap sebelumnya.
Ilustrasi berikut menggambarkan berbagai tahap dalam V-Model SDLC.
Verifikasi di V-Model
Business Requirement Analysis
Ini adalah tahap pertama dalam siklus pengembangan di mana persyaratan produk dipahami dari
perspektif pelanggan. Fase ini melibatkan komunikasi rinci dengan pelanggan untuk memahami
harapan dan kebutuhan yang tepat. Ini merupakan kegiatan yang sangat penting dan perlu dikelola
dengan baik, karena sebagian besar pelanggan tidak yakin tentang apa yang sebenarnya mereka
butuhkan Acceptance test desain dilakukan pada tahap ini sebagai kebutuhan bisnis dapat digunakan
sebagai masukan untuk pengujian penerimaan.
System Design
Setelah Anda memiliki persyaratan produk yang jelas dan rinci, sekarang saatnya untuk merancang
sistem yang lengkap. Desain sistem akan memiliki pemahaman dan merinci hardware lengkap dan
setup komunikasi untuk produk dalam pengembangan. Rencana pengujian sistem dikembangkan
berdasarkan desain sistem. Melakukan hal ini pada tahap awal membuat lebih banyak waktu untuk
pelaksanaan tes yang sebenarnya nanti
Verifikasi di V-Model
Architectural Design
Spesifikasi arsitektur dipahami dan dirancang dalam fase ini. Biasanya lebih dari satu pendekatan teknis
diusulkan dan berdasarkan kelayakan teknis dan finansial keputusan akhir diambil. Desain sistem dipecah
lebih jauh ke dalam modul mengambil fungsi yang berbeda. Hal ini juga disebut sebagai “Desain Tingkat
Tinggi”.
Module Design
Pada fase ini, desain internal rinci untuk semua modul sistem yang ditentukan, disebut “Desain Tingkat
Rendah”. Penting  bahwa desain tersebut kompatibel dengan modul lain dalam arsitektur sistem dan sistem
eksternal lainnya.
Coding Phase
Bahasa pemrograman yang paling cocok ditentukan berdasarkan sistem dan persyaratan arsitektur.
pengkodean dilakukan berdasarkan pedoman coding dan standar. Kode berjalan melalui berbagai ulasan kode
dan dioptimalkan untuk kinerja terbaik sebelum final membangun diperiksa ke dalam repository.
Validasi di V-Model
Unit Testing
Unit testing adalah pengujian pada tingkat kode dan membantu menghilangkan bug pada tahap awal, meskipun semua cacat
tidak dapat ditemukan oleh unit testing.
Integration Testing
Integration testing dikaitkan dengan fase desain arsitektur, tes integrasi dilakukan untuk menguji koeksistensi dan komunikasi
dari modul internal dalam sistem.
System Testing
System testing secara langsung berhubungan dengan tahap desain sistem. System testing memeriksa seluruh fungsi sistem dan
komunikasi sistem dalam pengembangan dengan sistem eksternal. Sebagian besar perangkat lunak dan perangkat keras
masalah kompatibilitas dapat ditemukan selama pelaksanaan test ini.
Acceptance Testing
Acceptance testing dikaitkan dengan tahap analisis kebutuhan bisnis dan melibatkan pengujian produk di lingkungan
pengguna.  Acceptance testing mengungkap masalah kompatibilitas dengan sistem lain yang tersedia di lingkungan pengguna.
Juga menemukan masalah non-fungsional seperti beban dan kinerja cacat pada aktual lingkungan pengguna.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan dari V-Model SDLC :
1. Ini adalah model yang sangat-disiplin dan tahapan selesai satu per satu.
2. Bekerja dengan baik untuk proyek-proyek yang lebih kecil dimana persyaratan dipahami
dengan baik.
3. Sederhana dan mudah dimengerti dan digunakan.
4. Mudah dikelola karena setiap fase memiliki spesifik kiriman dan proses review.

Kekurangan dari V-Model SDLC :


1. Berisiko tinggi dan ketidakpastian.
2. Tidak cocok untuk proyek-proyek yang kompleks dan berorientasi objek.
3. Tidak cocok untuk proyek-proyek dimana persyaratan beresiko tinggi
4. Tidak cocok untuk proyek-proyek yang lama dan berkelanjutan.
5. Setelah aplikasi dalam tahap pengujian, sulit untuk kembali dan mengubah fungsionalitas.

Anda mungkin juga menyukai