2 Dan 3 FILSAFAT HUKUM (Edisi Revisi) S3
2 Dan 3 FILSAFAT HUKUM (Edisi Revisi) S3
2 Dan 3 FILSAFAT HUKUM (Edisi Revisi) S3
Oleh:
Abdul Ghofur Anshori
PENDAHULUAN
A. Pengertian Filsafat, Pembidangan, dan
Letak Filsafat Hukum.
1. Pengertian Filsafat
Berfilsafat adalah berpikir radikal, radix
artinya akar, sehingga berpikir radikal
artinya sampai ke akar suatu masalah,
mendalam sampai ke akar-akarnya, bahkan
melewati batas-batas fisik yang ada,
memasuki medan pengembaraan diluar
sesuatu yang fisik (Asy’arie, 2002: 3).
2. Pembidangan Filsafat
Filsafat atau disebut juga ilmu
filsafat, mempunyai beberapa cabang
ilmu utama. Cabang Ilmu utama dari
filsafat adalah ontologi,
epistemologi, tentang nilai
(aksiologi), dan moral (etika).
Cabang Utama Ilmu Filsafat
a. Ontologi (metafisika), membahas tentang
hakikat mendasar atas keberadaan sesuatu.
b. Epistemologi, membahas pengetahuan yang
diperoleh manusia, misalnya mengenai
asalnya (sumber) darimana sajakah
pengetahuan itu diperoleh manusia, apakah
ukuran kebenaran pengetahuan yang telah
diperoleh manusia itu dan bagaimanakah
susunan pengetahuan yang sudah diperoleh
manusia.
Cabang Utama Filsafat (Ljt)
c. Aksiologi, adalah bagian dari filsafat
yang khusus membahas mengenai
hakikat nilai berkaitan dengan sesuatu.
d. Filsafat moral membahas nilai
berkaitan dengan tingkah laku
manusia dimana nilai disini mencakup
baik dan buruk serta benar dan sala
Obyek Bahasan Filsafat
• Filsafat memiliki obyek bahasan yang sangat
luas, meliputi semua hal yang dapat dijangkau
oleh pikiran manusia, dan berusaha memaknai
dunia dalam hal makna (Anshori, 2005: 3).
• Sedangkan Ilmu hukum memiliki ruang
lingkup yang terbatas, karena hanya
mempelajari tentang norma atau aturan
(hukum).
Obyek Bahasan Filsafat
• Banyak persoalan-persoalan berkenaan
dengan hukum membangkitkan
pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut yang
memerlukan jawaban mendasar.
• Persoalan-persoalan mendasar yang tidak
dijawab oleh ilmu hukum menjadi obyek
bahasan ilmu filsafat.
Obyek Bahasan Filsafat
(Lanjutan)
• Dengan kata lain Filsafat mempunyai
obyek berupa segala sesuatu yang
dapat dijangkau oleh pikiran manusia
(Anshori, 2005: 4).
Obyek Bahasan Filsafat
(Lanjutan)
• Dapat dikatakan ada dua macam hukum,
yaitu hukum yang deskriptif dan hukum
yang preskriptif.
• Hukum yang deskriptif –decriptive laws –
adalah hukum yang menunjukkan sesuatu
itudapat terjadi, misalnya hukum gravitasi,
hukum Archimedes atau hukum yang
berhubungan dengan ilmu-ilmu kealaman.
Lanjutan
• Precriptive law adalah hukum yang
telah ditentukan atau hukum yang
memberi petunjuk.
• Hukum prescriptive inilah yang
merupakan bahan penelitian filsafat
hukum.
B. Pengertian Filsafat Hukum, Manfaat,
dan Kedudukannya dalam Konstelasi Ilmu
1. Pengertian Filsafat Hukum
Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa filsafat hukum adalah cabang
filsafat, yaitu filsafat tingkah laku
atau etika, yang mempelajari hakikat
hukum. Atau ilmu yang mempelajari
hukum secara filosofis.
Sementara itu Ilmu hukum hanya
melihat gejala-gejala hukum
sebagaimana dapat diamati oleh
panca indera manusia mengenai
perbuatan-perbuatan manusia dan
kebiasaan-kebiasaan masyarakat.
Obyek Bahasan Filsafat
Hukum
• Mengingat obyek filsafat hukum adalah hukum, maka
masalah atau pertanyaan yang dibahas oleh filsafat
hukum itupun antara lain berkisar pada apa-apa yang
diuraikan diatas, seperti hubungan hukum dan
kekuasaan, hubungan hukum kodrat dan hukum
positif, apa sebab orang menaati hukum, apa tujuan
hukum, sampai kepada masalah-masalah filsafat
hukum yang ramai dibicarakan saat ini (oleh sebagian
orang disebut masalah filsafat hukum kontemporer,
suatu istilah yang kurang tepat, mengingat sejak dulu
masalah tersebut juga telah diperbincangkan) seperti
masalah hak asasi manusia dan etika profesi hukum.
Obyek Bahasan Filsafat Hukum
(Lanjutan)
• Menurut Apeldorn ada tiga
pertanyaan penting yang dibahas
dalam Filsafat Hukum, yaitu :
a. apakah pengertian hukum yang
berlaku umum.
b. apakah dasar kekuatan mengikat
dari hukum
c. apakah yang dimaksud dengan
hukum kodrat.
Obyek Bahasan Filsafat Hukum
(Lanjutan)
• Lili Rasyidi (1990) menyebutkan pertanyaan
yang menjadi masalah filsafat hukum, antara
lain: (1) hubungan hukum dan kekuasaan;
(2) hubungan hukum dengan nilai-nilai sosial
budaya; (3) apa sebab negara berhak
menghukum seseorang; (4) apa sebab orang
menaati hukum; (5) masalah
pertanggungjawaban; (6) masalah hak milik;
(7) masalah kontrak; dan (8) masalah
peranan hukum sebagai sarana pembaruan
masyarakat.
• Jika kita bandingkan antara apa
yang dikemukakan oleh
Apeldoorn dan Lili Rasyidi
tersebut, tampak bahwa
masalah-masalah yang dianggap
penting dalam pembahasan
filsafat hukum terus bertambah
2. Manfaat mempelajari filsafat
hukum
• Filsafat (termasuk dalam hal ini filsafat
hukum) memiliki tiga sifat yang
membedakannya dengan ilmu-ilmu lain.
a. filsafat memiliki karakteristik yang bersifat
menyeluruh.
b. filsafat hukum juga memiliki sifat yang
mendasar. Artinya dalam menganalisis
suatu masalah, kita diajak untuk berpikir
kritis dan radikal.
c. Sifat filsafat yang spekulatif.
Yaitu sifat yang mengajak mereka yang
mempelajari filsafat hukum untuk
berpikir inovatif, selalu mencari sesuatu
yang baru.
d. Ciri lain lagi adalah sifat filsafat yang
reflektif kritis.
Manfaat Mempelajari Filsafat
Hukum (Lanjutan)
Melalui sifat kritis ini, filsafat hukum
berguna untuk membimbing kita
menganalisis masalah-masalah
hukum secara rasional dan kemudian
mempertanyakan jawaban itu secara
terus menerus.
e. Mata kuliah filsafat hukum juga memuat materi
tentang etika profesi hukum. Dengan mempelajari
etika profesi tersebut, diharapkan para calon sarjana
hukum dapat menjadi pengemban amanat luhur
profesinya.
f. Radhakrishnan dalam bukunya The History of
Philosophy, manfaat mempelajari filsafat (tentu saja
termasuk mempelajari filsafat hukum) bukunnya
sekedar mencerminkan semangat masa ketika kita
hidup, melainkan membimbing kita untuk maju.
3. Ilmu-Ilmu yang Berobyek
Hukum
• Disiplin hukum oleh Purbacaraka,
Soekanto, dan Chidir Ali diartikan sam
dengan teori hukum dalam arti luas yang
mencakup politik hukum, filsafat hukum
dan teori hukum dalam arti sempit. Teori
hukum dalam arti sempit inilah yang
disebut dengan ilmu hukum.
Lanjutan
• Ilmu hukum dibedakan menjadi ilmu
tentang norma (normwissenschaft), ilmu
tentang pengertian hukum
(begriffenwissenschaft) dan ilmu tentang
kenyataan hukum (tatsachenwissenschaft).
• Ilmu tentang kenyataan hukum antara lain:
Sosiologi Hukum, Antropologi hukum,
Psikologi Hukum, Perbandingan Hukum
dan Sejarah Hukum.
Ilmu Berobyek Hukum
(Lanjutan)
• Sosiologi Hukum mempelajari secara
empiris dan analitis hubungan timbal balik
antara hukum sebagai gejala dengan gejala-
gejala sosial lainnya.
• Antropologi Hukum mempelajari pola-pola
sengketa dan penyelesaiannya baik pada
masyarakat sederhana maupun masyarakat
yang sedang mengalami proses
modernisasi.
Lanjutan
• Psikologi Hukum mempelajari hukum
sebagai suatu perwujudan perkembangan
jiwa manusia.
• Perbandingan Hukum adalah cabang ilmu
(hukum) yang memperbandingkan sistem-
sistem hukum yang berlaku didalam
sesuatu atau beberapa masyarakat.
Ilmu Berobyek Hukum
(Lanjutan)
• Sejarah Hukum mempelajari tentang
perkembangan dan asal-usul dari sistem
hukum dalam suatu masyarakat tertentu.
• Politik Hukum mencakup kegiatan-
kegiatan memilih nilai-nilai dan
menerapkan nilai-nilai.
Lanjutan
• Filsafat Hukum adalah perenungan dan
perumusan nila-nilai, kecuali itu filsafat
hukum juga mencakup penyerasian nilai-
nilai, misalnya penyerasian antara
ketertiban dan ketentraman, antara
kebendaan (materialisme) dan keakhlakan
(idealisme), antara kelanggengan nilai-
nilai lama (konservatisme) dan
pembaharuan.
Lanjutan
• Teori hukum dengan demikian
tidak sama dengan filsafat hukum,
karena yang satu mencakup yang
lainnya.
Lanjutan
• Dapat pula ditambahkan bahwa politik hukum
selalu berbicara tentang hukum yang dicita-citakan
(Ius Constituendum) dan berupa menjadikannya
sebagai hukum positif (Ius Constitutum) pada suatu
masa mendatang.
• Dari pembidangan yang diuraikan diatas, tampak
bahwa filsafat hukum tidak dimasukkan sebagai
cabang dari filsafat hukum tetapi sebagai bagian
dari teori hukum (legal theory) atau disiplin hukum.
BAB II
PENGERTIAN
TRADISIONAL TENTANG
HUKUM
Pembagian Sejarah
• Zaman klasik (abad 6 SM - abad 5 M)
• Abad pertengahan (abad 5 - abad 15)
• Zaman baru (abad 15 - abad 20)
Tradisi Filsafat Hukum
Telah ditemukan di Cina, yaitu Filsafat
Konfusius (abad 5 SM): aturan negara
yang bijaksana melalui hukum (li)
Pengertian hukum di
Yunani Kuno
• Abad 5 SM: masih primitif
Hukum dipandang sebagai
keharusan alamiah (nomos)
baik semesta alam maupun
manusia. Contoh: laki-laki
berkuasa, budak adalah budak,
dsb.
• Abad 4 SM: Plato (427-347 SM),
menulis buku Politeia dan Nomoi
Buku Politeia: melukiskan model negara
yang adil
Dalam negara terdapat kelompok-
kelompok. Keadilan adalah jika tiap-tiap
kelompok berbuat dengan apa yang sesuai
dengan tempat dan tugasnya.
Buku Nomoi: petunjuk dibentuknya tata
hukum
Peraturan-peraturan yang berlaku
ditulis dalam kitab perundangan. Karena
jika tidak, penyelewengan dari hukum
yang adil sulit dihindarkan.
Aristoteles (348-322 SM),
menulis buku Politika
• Manusia merupakan “makhluk polis”
(zoon politicon): harus ikut dalam
kegiatan politik dan taat pada
hukum polis.
• Hukum dibagi 2:
1.Hukum alam (kodrat):
mencerminkan aturan alam,
selalu berlaku dan tidak pernah
berubah.
2.Hukum positif, dibuat manusia.
• Pembentukan hukum harus
selalu dibimbing rasa keadilan,
yaitu rasa yang baik dan pantas
bagi orang yang hidup bersama.
“kepada yang sama penting
diberikan yang sama, kepada
yang tidak sama penting
diberikan yang tidak sama”.
Hukum Romawi
• Abad 8 SM: peraturan
Romawi hanya untuk kota
Roma dan kasuistik,
kemudian meluas & menjadi
universal (ius gentium)
sebagai pedoman para
gubernur wilayah (yang
berperan juga sebagai
hakim).
• Pendapat sarjana hukum Romawi (Cicero, Galius,
Ulpanus, dll):
Filsafat hukum (bersifat idiil) yang menerangkan
dan mendasari sistem hukum bukanlah hukum
yang ditentukan (hukum positif/ leges, melainkan
hukum yang dicita-citakan dan yang dicerminkan
dalam leges tersebut (hukum sebagai ius). Ius
belum tentu ditemukan dalam peraturan, tetapi
terwujud dalam hukum alamiah yang mengatur
alam dan manusia. Oleh kaum Stoa, hukum alam
adalah pernyataan kehendak ilahi.
Hukum Romawi dikembangkan oleh
Kekaisaran Romawi Timur
(Byzantium). Tahun 528-534
dikodifikasi oleh Kaisar Yustinianus:
Codex Iuris Rumani/ Codex
Iustinianus/ Corpus Iuris Civilis.
Kemudian dikembangkan oleh
sarjana Barat, hingga oleh Napoleon
(1804) menjadi “Code Civil”.
Pengertian hukum pada
Abad Pertengahan
Ancilla theologiae
• Menurut Syafi’i: hukum berhubungan
dengan wahyu secara langsung,
sehingga hukum dipandang sebagai
bagian dari wahyu.
• Menurut Agustinus: hukum
berhubungan dengan wahyu secara
tidak langsung, yaitu hukum yang
dibuat manusia, disusun dibawah
inspirasi agama dan wahyu.
Lima jenis hukum:
1) Hukum abadi (lex aeterna): rencana Allah
tentang aturan semesta alam. Hukum abadi itu
merupakan suatu pengertian teologis tentang
asal mula segala hukum, yangkurang
berpengaruh atas pengertian hukum lainnya.
2) Hukum ilahi positif (lex divina positiva): hukum
Allah yang terkandung dalam wahyu agama,
terutama mengenai prinsip-prinsip keadilan.
3) Hukum alam (lex naturalis): hukum Allah
sebagaimana nampak dalam aturan semesta
alam melalui akal budi manusia.
4) Hukum bangsa-bangsa (ius gentium):
hukum yang diterima oleh semua atau
kebanyakan bangsa. Hukum itu yang
berasal dari hukum romawi, lambat
laun hilang sebab diresepsi dalam
hukum positif.
5) Hukum positif (lex humana positiva):
hukum sebagaimana ditentukan oleh
yang berkuasa; tata hukum negara.
Hukum ini pada zaman modern
ditanggapi sebagai hukum yang sejati.
BAB III
PENGERTIAN HUKUM
ZAMAN MODERN
• Pengertian tradisional:
bersifat idiil (hukum alam/
sunnatullah)
• Pengertian modern: bersifat
empiris (konsepsi manusia,
hukum positif)
ZAMAN RENAISSANCE
Kronologi Sejarah:
Kekhalifahan Umayah masuk ke Spanyol
(Cordova) tahun 711. Abdurrahman ad-
Dakhil (755 M) membangun masjid, sekolah
& perpustakaan di Cordova
Tokoh filsafat:
a. Ibnu Bajjah (lahir di Saragosa, wafat th
1138 M), buku “Tadbir al-Mutawahhid”
(masalah etos dan eskatologis), menyaingi
al-Farabi dan Ibn Sina (ahli kedokteran &
filsafat) di Baghdad (Kekhalifahan
Abbasiyah)
b. Abu Bakr ibn Tufail (lahir di Granada, wafat
th 1185 M), buku “Hay ibn Yaqzhan”
Lanjutan (tokoh filsafat)
c.Ibn Rusyd (1126-1198, pengikut
Aristoteles), buku “Bidayah al-
Mujtahid”. Melahirkan aliran
filsafat baru tersendiri di Eropa,
Avoreisme.
d.Petraca (1303-1374), Desiderius
Erasmus (1469-1537), Thomas
More (1478-1535): melahirkan
gerakan Humanisme untuk
bangsa Eropa yang terbelakang.
Kelahiran sejarah:
• Reformasi agama Kristen,
melahirkan agama baru: Protestan
(1517) oleh Maarten Luther (1483-
1546) & Johannes Calvin (1509-
1564).
• Ditemukannya Amerika (1492) &
lahirnya negara nasional.
Percikan Pemikiran:
a. hukum bagian dari kebijakan manusia
b. negara: tertib hukum
c. pencipta hukum: raja
Tokoh: Macchiavelli (1469-1527), Jean
Bodin (1530-1596), Hugo Grotius
(1583-1645), Thomas Hobbes (1588-
1679).
ZAMAN AUFKLARUNG
• Disebut zaman rasionalisme, zaman
pencerahan, zaman terang budi.
• Perintis: Rene Descartes (1596-
1650) manusia sebagai
subjek dijadikan titik tolak seluruh
pandangan hidup
• melahirkan paham individualisme &
kapitalisme di Eropa.
Aliran Filsafat:
• Rasionalisme: mengunggulkan ide-
ide akal murni. Tokoh: Wolff (1679-
1754), Montesqieu (1689-1755),
Voltaire (1694-1778), Rousseau
(1712-1778), Kant (1724-1804).
• Empirisme: perlunya basis empiris
bagi semua pengertian. Tokoh: John
Locke (1632-1704), David Hume
(1711-1776).
Percikan pemikiran:
a. Hukum dimengerti sebagai
bagian suatu sistem pikiran
yang lengkap yang bersifat
rasional, unsich.
b. Ide dasar konsepsi “negara
ideal adalah negara hukum”
Tokoh Filsafat
1. John Locke: hak warga negara
2. Montesqiu: trias politica
3. J.J.Rousseau: manusia sebagai
subjek hukum
4. Imanuel Kant: pembentukan hukum
untuk kehidupan bermoral.
Akhir abad VIII: Amerika (1776),
Revolusi Perancis (1789).
BAB IV
PENGERTIAN HUKUM
Beberapa Pengertian
Hukum
• Immanuel Kant: Noch suchen die juristen eine
Definition zu ihrem Begriffe vom Recht (para
yuris masih mencari suatu definisi bagi
pengertian mereka tentang hukum).
• L.J. Van Apeldoorn: “tidak mungkin memberikan
definisi tentang hukum, yang sungguh memadai
kenyataan”.
• CST. Kansil: “hukum adalah himpunan peraturan-
peraturan (perintah-perintah dan larangan-
larangan) yang mengurus tata tertib suatu
masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh
masyarakat itu”.
HUKUM DAN UNDANG-UNDANG
NEGARA