Planning, Landownership and The State - Della Ananto Kusumo

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

Planning,

Landownership
and the State
MARTIN BODDY

Hakikat Perencanaan  Intervensi negara ke lahan


• Negara bisa membatasi hak kontrol pemilik tanah pribadi
• Negara mengambil alih hak pemilik tanah untuk dijadikan
Della Ananto Kusumo
kepentingan publik
21/484569/PTK/14011
Masalah tanah & Komitmen Legislatif dari Partai Buruh
• Undang-Undang Perencanaan Kota dan • Undang-Undang Komisi • Undang-Undang Pajak Tanah dan
Daerah 1947 Pertanahan, 1967 Pembangunan Masyarakat  Skema
• pengembangan atau perubahan Tanah Masyarakat (Community Land
penggunaan dikendalikan dengan • Pajak keuntungan pembangunan Scheme (CLS), 1975
persyaratan izin perencanaan dari 100%
Otoritas Lokal • Pajak keuntungan pembangunan 80%
• Pajak keuntungan pembangunan 100% • Komisi Pertanahan  pengadaan
tanah yang diperlukan untuk • Otoritas Lokal di Inggris dan Skotlandia
. dan Otoritas Tanah khusus untuk Wales
pembangunan
• Badan Pertanahan Pusat (CLB)  (LAW)  untuk membeli tanah untuk
membeli tanah pada nilai penggunaan • Komisi Pertanahan dan pajak pembangunan dengan harga pasar
yang ada keuntungan pembangunan ini tadi dikurangi Pajak Tanah Pembangunan
akhirnya dihapus pada tahun 1971
oleh Konversatif • Community Land Act (CLA) dicabut oleh
• Pajak pembangunan dan Badan
Pertanahan Pusat (CLB) dihapus oleh Konservatif pada tahun 1980,
Konservatif
• Otoritas Tanah khusus untuk Wales (LAW)
masih dipertahankan, dan Pajak Tanah
Pembangunan (DLT) masih tetap
dipertahankan sebesar 66,66%
COMMUNITY LAND SCHEME

Memperoleh Tanah Community Land Melakukan Pembangunan


untuk Pembangunan Scheme Sesuai Perencanaan
Departemen
dibawah CLS
• Otoritas Lokal Inggris • Stimulasi persiapan pembangunan
dan Skotlandia Pengembang • penyiapan infrastruktur
• Otoritas Lokal Wales Swasta

Membeli
Harga Pasar Pembangunan
dikurangi Pajak Tanah Untuk
Industri dan
Pembangunan Pembangunan
Komersil
Menjual
Pemilik Masyarakat
Tanah
CLS Gagal karena ...
• Izin pinjam meminjam yang diberikan dalam satu tahun anggaran  Otoritas tidak
dapat menyelesaikan pembayaran  belum ada sistem multiyears
• Buku Putih Tanah yang mengunci izin banyak bidang tanah yang telah didaftarkan,
membatasi Otoritas Lokal untuk membeli tanah pembangunan. Tanah tersebut
sudah dikunci untuk izin penggunaan lainnya.
• Hanya ada sedikit insentif keuangan untuk pelaksanaan tugas Otoritas Lokal
• CLS mengunci harga tanah dan rumah serta spekulasi property, sedangkan pasar
antara pembangun, pengembang dan daya beli Otoritas Tanah sangat lamban
• Cakupan CLS sangat sempit  tanah untuk pembangunan hanya didefinisikan
untuk rencana 10 tahun
• Skema CLS terlalu mengandalkan swasta
ISU TERKAIT TANAH:
1. Alokasi tanah untuk penggunaan yang berbeda
2. Distribusi peningkatan nilai tanah

Jika tidak ada perencanaan atau Skema “kontrol penggunaan lahan Sistem alokasi penggunaan lahan yang
peraturan zonasi, tanah akan negative”, 1967, yang justru terpisah dari mekanisme pasar: 'di
digunakan suka-suka dengan memperumit masalah. Sistem zonasi bawah sistem perencanaan yang
mekanisme pasar murni, yaitu tersebut mengontrol penggunaan disusun dengan baik, penyelesaian
dengan kemampuan membayar lahan pada area tertentu. klaim yang bersaing dan alokasi lahan
pengguna tanah. sesuai kesesuaian tertinggi untuk tanah
Pada suatu area yang sama dapat
Pemilik tanah akan mendapatkan menghasilkan X rupiah sebagai
keuntungan dari kenaikan harga lahan pertanian, 10X rupiah untuk
tanah perumahan dan 15x rupiah untuk
pergudangan. Harus seperti itu,
sudah dikunci. Dengan demikian,
zonasi memengaruhi harga yang
bisa diperoleh pemilik tanah.
Bagaimana Jika Nasionalisasi Tanah Secara Penuh?
1. Tanah dijadikan hak milik negara
2. Pengguna tanah diharuskan menyewa ke negara
3. Negara memegang kontrol penuh terhadap pasar dan pembangunan

Nasionalisasi total tanah bukanlah tujuan yang harus diperjuangkan


sebagai tujuan akhir; juga bukan masalah yang dapat diabaikan oleh
kelas pekerja sebagai masalah internal untuk modal. Itu harus
diperjuangkan, tetapi dengan pengetahuan bahwa efek yang utama
bukan untuk mengakhiri perebutan masalah pertanahan, tetapi untuk
mengubah kondisi perjuangan itu. . . 'masalah tanah' meskipun sekali
lagi berubah bentuk, masih akan dihasilkan dari masalah sistem
kepemilikan tanah yang berkelanjutan dalam formasi sosial kapitalis
(Massey dan Catelano, 1978, hlm. 190.)
Refleksi Kritis Planning, Landownership and the State
• Tanah, di bawah kapitalisme, merupakan kebutuhan produksi dan
tidak dapat direproduksi
• Pemilik tanah  kekuatan ekonomi dan politik. Sejarah Kapitalisme
di Inggris, pemilik pribadi atas tanah memberi perlawanan atas CLS
• Nasionalisasi tanah tidak akan mewakili solusi teknis untuk konflik
antara pemilik tanah terhadap penggunaan tanah
• Nasionalisasi tanah total akan menghilangkan keuntungan pribadi
dari pemilik tanah dan menyelesaikan masalah 'kompensasi dan
perbaikan'. Namun tanpa disertai perubahan perkembangan dan
industri konstruksi, peran negara hanya akan efisien pada pasokan
tanah untuk pengembang swasta
Kondisi Perencanaan Wilayah dan Kota di Indonesia
Sebelum 1980-an Setelah 1980-an
Perencanaan Sebagai Perencanaan Sebagai Perencanaan Sebagai Perencanaan Sebagai
Reformasi Sosial Analis Kebijakan Pembelajaran Sosial Strategi Mobilisasi
Masyarakat
 Blue Print Oriented  Process Oriented  Mengisi  Menekankan
 Kemen PU  Kemendagri (+Kab/Kota) Kekosongan Emansipasi Sosial
 SDM, Teknologi, Wilayah  SDM, Teknologi, Wilayah  Partisipatory  Menyadarkan Hak-
 Planning + Implementasi & Pendanaan Terpisah Konsultan hak masyarakat
 Planning elitis dalam
 Pelaksana oleh Sektor pembangunan
 Swasta Dominan  Mediator, inisiator,
Konsultan provokator

Modifikasi Materi Kuliah Teori Perencanaan MPWK UGM Tradisi-Tradisi Perencanaan


Kondisi Perencanaan Wilayah dan Kota di Indonesia
Tanah: muka bumi yang dapat dikuasi oleh seseorang,
UU No 5 tahun 1960 orang-orang atau badan hokum, dengan jenis hak tertentu
(UUPA) UU 5/1967 Kehutanan dapat dilaksanakan untuk melaksanakan hajat hidup
UU 5/1967 Kehutanan
UU 11/1967 Pertambangan
UU 11/1967 Pertambangan
UU 5/1985 Industri
II Made
Made Sandy, 1987 
Sandy, 1987  tata
tata guna
guna tanah
tanah == tata
tata guna
guna lahan
lahan
UU 5/1985 Industri
UU No 24 tahun UU 5/1990 Konservasi
UU 5/1990 Konservasi UUPA memandang kesejahteraan rakyat pada aspek pemerataan
1992 UU 23/1997 Lingkungan Hidup
UU 23/1997 Lingkungan Hidup dan kepemilikan tanpa sebuah kesenjangan (tegas dalam
UU 22/2001 Minyak Gas Bumi memberikan batas kepemilikan lahan). Sedangkan UU Penataan
UU 22/2001 Minyak Gas Bumi
UU 27/2003 Panas Bumi Ruang cenderung mengabaikan status kepemilikan
UU 27/2003 Panas Bumi
UU 7/2004 Sumberdaya Air
UU 7/2004 Sumberdaya Air
UU No 26 tahun 2007 UU 31/2004 Perikanan
UU 31/2004 Perikanan Ruang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang
Penataan Ruang
udara beserta sumberdaya yang terkandung di dalamnya
UU No 31/2004
Pemerintahan Daerah Pembangunan berbasis wilayah, bukan sector
Pembangunan berbasis wilayah, bukan sector
Orientasi PAD  eksploitasi sumberdaya
Orientasi PAD  eksploitasi sumberdaya
Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan Ego pemegang otoritas daerah
Ego pemegang otoritas daerah
Satuan sistem ekologis tidak selalu sama dengan sistem
Satuan sistem ekologis tidak selalu sama dengan sistem
kelembagaan  lintas administrative  e.g DAS
Bappenas/ kelembagaan  lintas administrative  e.g DAS
Swasta, Sektor Otonomi daerah  hubungan pusat dan daerah tidak lagi
Bappeda Konsultan Otonomi daerah  hubungan pusat dan daerah tidak lagi
hirarkis vertikal
Konsultan hirarkis vertikal
Pertanyaan untuk Diskusi Lebih Lanjut
• Kenapa Peta Tata Ruang yang ditampilkan hanya Ruang Daratan?
• Kenapa Peta Tata Ruang yang ditampilkan hanya Ruang Daratan?

• Kenapa Penataan Ruang melanggar Kaidah Kartografi  memperbesar skala Nasional 


• Kenapa Penataan Ruang melanggar Kaidah Kartografi  memperbesar skala Nasional 
Provinsi  Kab/Kota
Provinsi  Kab/Kota

• Persentase Keberhasilan Pelaksanaan UU Penataan Ruang Kota/Kab di Indonesia dan


• Persentase Keberhasilan Pelaksanaan UU Penataan Ruang Kota/Kab di Indonesia dan
sanksinya
sanksinya

• Kompleksitas permasalahan Hak Ulayat/Komunal dan Masyarakat Hukum Adat


• Kompleksitas permasalahan Hak Ulayat/Komunal dan Masyarakat Hukum Adat

• Penataan Ruang untuk Kota dimana swasta sudah terlalu dominan  Tangerang  Alam
• Penataan Ruang untuk Kota dimana swasta sudah terlalu dominan  Tangerang  Alam
Sutra, Lippo Grup, Sinarmas, Summarecon, Jaya Real Property, dll  pengelolaan
Sutra, Lippo Grup, Sinarmas, Summarecon, Jaya Real Property, dll  pengelolaan
lingkungan, PSU, segregasi sosial ekonomi dll
lingkungan, PSU, segregasi sosial ekonomi dll
Referensi
• UU No 5 tahun 1960 Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
• UU No 26 tahun 2007 Penataan Ruang
• Akil, Sjarifuddin. dkk. 2003. Beberapa Ungkapan Sejarah Penataan
Ruang Indonesia 1948-2000. Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah Direktorat Jenderal Penataan Ruang
• Rustiadi, Ernan. dkk.2009. Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah. Yayasan Obor
• Sandy, I Made . 1970. Tata guna tanah (land use). Direktorat
Jenderal Agraria

Anda mungkin juga menyukai