Biaya Kualitas
Biaya Kualitas
Biaya Kualitas
ANGGOTA:
1.HENGKI PERNANDI MANIK
2.GHISKY EKA PRANATA
1
3.DIAN DINIA
4.DEPINA WINDASARI1
5.AYU LISTYANINGSIH
6.DWI ZAKIYATUL BURDATI
7.BELLA OKTARIA
BIAYA
A L ITA S
K U
PENDAHULUAAN
3. Biaya kegagalan internal (Internal Failure Cost)
merupakan biaya yang terjadi karena ada ketidaksesuaian
dengan
persyaratan dan terdeteksi sebelum barang/jasa di kirim ke
pelanggan. Biaya ini meliputi yang berhubungan dengan biaya
sisa bahan baku yang tidak terpakai, pekerjaan ulang, biaya
tambahan akibat adanya penolakan dan aduan terhadap bahan
baku yang telah di beli, penilaianKembali spesifikasi produk
yang telah di diproduksi.
Metode Pengali
Metode ini mengasumsikan total biaya kegagalan adalah hasil pengalian dari biaya-biayakegagalan
yang terukur.Total Biaya Kegagalan = k (Biaya kegagalan eksternal yang
terukur)Dimana k adalah efek pengali. Nilai k diperoleh berdasarkan pengalaman
perusahaan itu benar-benar serius menerapkannya dan memandang penting peningkatan kualitas
dan pengendalian biaya kualitas. Langkah pertama yang dilakukan adalah penilaian biaya kualitas
yang sesungguhnya terjadi saat ini. Daftar biaya kualitas yang sesungguhnya terjadi untuk setiap
2.Daftar tersebut menunjukkan distribusi biaya kualitas setiap kelompok sehingga memungkinkan
a.Pendekatan Tradisional
Dalam pendekatan tradisional, standar kualitas yang dianggap tepat adalah tingkat kualitas
yang dapat diterima yang disebut acceptable quality level atau AQL. AQL merupakan
standar kualitas yang sederhana yang mengijinkan kemungkinan terjadinya sejumlah
tertentu produk rusak yang akan diproduksi dan dijual.
Standar kerja yang mengharuskan produk atau jasa yang diproduksi dan dijual sesuai
dengan persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan merupakan definisi dari kerusakan
nol. Kerusakan nol mencerminkan filosofi Total Quality Control (TQC). Standar
kerusakan nol ini merupakan
standar yang mungkin saja tidak tercapai sepenuhnya. Namun, banyak bukti yang
menunjukkan bahwa standar tersebut dicapai dengan hasil yang mendekati ke standar yang
telah ditentukan
PANDANGAN TERHADAP BIAYA KUALITAS
• Kualitas yang makin tinggi berarti biaya yang semakin tinggi. Manfaat tambahan dari
peningkatan kualitas tidak dapat menutupi biaya tambahan. – Tenaga kerja, bahan baku,
desain, dll
• Biaya peningkatan kualitas lebih rendah daripada penghematan yang di hasilkan. –
Pandangan ini menjadi landasan bagi perbaikan berkesinambungan (KAIZEN) pada
perusahaan-perusahaan Jepang
• Biaya kualitas merupakan biaya yang besarnya melebihi biaya yang terjadi bila
barang/jasa dihasilkan secara benar sejak saat pertama produksi. – Biaya tidak hanya
meyangkut biaya tidak langsung, tetapi juga biaya akibat kehilangan pelanggan,
kehilangan pangsa pasar.
Terdapat dua sudut pandang yang digunakan dalam mengoptimalisasi biaya
kualitas. Masing-masing pandangan memberikan suatu gambaran bagi
manajer perusahaan dalam mengelola biaya kualitas yang ada di perusahaan,
seperti yang diutarakan oleh Hansen dan Mowen (2004:447):
Adapun uraian mengenai kedua pandangan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pandangan Tradisional
Dalam sistem akuntansi manajemen tradisional optimalisasi biaya kualitas
menggunakan asumsi bahwa terdapat trade off antara biaya pencegahan dan
biaya penilaian (control cost) dengan biaya kegagalan internal dan eksternal
(failure cost). Apabila control cost meningkat maka failure cost akan
menurun. Sepanjang penurunan biaya failure cost lebih dari kenaikan
control cost maka perusahaan perlu melanjutkan usaha pencegahan produk
rusak dalam hal ini yang akan meningkatkan control cost tidak dapat lagi
menurunkan failure cost. Oleh karena itu, sistem akuntansi manajemen
tradisional menoleransi kegagalan pada tingkat tertentu yang lebih sering
dikenal dengan istilah acceptable quality level atau AQL. Secara konseptual
dan praktikal tidak diketahui alasan mengapa posisi biaya total minimum
pada pandangan ini bukannya pencapaian kualitas 100%.
Biaya kualitas optimal pandangan tradisional
b. Pandangan Kontemporer (Zero Defect)
Dalam pandangan ini tingkat optimal biaya kualitas terjadi jika tidak ada produk rusak
(zero defect). Model cacat nol (zero defect model) menyatakan bahwa dengan
mengurangi unit cacat hingga nol maka akan diperoleh keunggulan biaya. Pengelolaan
biaya kualitas ini dilakukan dengan cara yang berbeda dengan yang dilakukan menurut
sudut pandang tradisional.
Menurut Hansen dan Mowen (2004:447), terdapat tiga perbedaan dari kedua pandangan
itu, antara lain:
1.Biaya pengendalian tidak meningkat tanpa batas ketika mendekati kondisi kegagalan
nol.
2.Biaya pengendalian dapat naik dan kemudian turun ketika mendekati kondisi
kegagalan nol.
3.Biaya produk gagal dapat ditekan menjadi nol.
KESIMPULAN
Biaya kualitas merupakan biaya yang bisa lebih besar dari estimasi karena kurang pengetahuannya
seorang menejer dalam menganalisis biaya kualitas. Dengan mempelajari danmengaplikasikan
system informasi biaya kualitas, diharapkan seorang manager nantinya mampumengestimasi biaya
kualits dengan baik. Dalam suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi akan lebih
efisien biaya jika seorang manager / akuntannya sudah mampu menelunsuri biaya kualitas yang
tersembunyi maupun yang tidak tersembunyi.Informasi biaya kualitas dapat berguna untuk seorang
manajer dalam pengambilankeputusan, mengevaluasi kinerja program peningkatan kualitas secara
menyeluruh danmembantu perbaikan berbagai keputusan manajerial.Karena begitu pentingnya biaya
kualitaswajib bagi sebuah perusahaan untuk menelunsuri biaya kualitasnya.Selain daripada
pentingnya biaya kualitas persahaan juga harus memperhatikan hubunganoutput maupun input
dalam sebuah kegiatan produktivitas. Karena akan mempengaruhi harga,laba usaha, dan insentif bagi
karyawan. Agar mencapai ketiga tersebut perusahaan harusmemenuhi hubungan
efisiensi trade-off input.
Apbila tercapai efisiensi trade-off input makaakan tercapau pula Efisiensi produktif total.Dengan
adanya kombinasi antara biaya kualitas dan produktifitas maka perusahaan akanmampu
mengalokasikan biaya-biaya secara efektif dan efisien.
Terima kasih
.