BAB 8 Strategi Mempertahankan Kemerdekaan DGN Kekuatan Senjata Dan Diplomasi

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

BAB 7 : Kedatangan Sekutu

Serta Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan
A. PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN
KEMERDEKAAN DENGAN KEKUATAN BERSENJATA

Setelah Proklamasi kemerdekaan Kedatangan tentara Sekutu ternyata


Indonesia tersebar ke seluruh juga disertai dengan kedatangan
penjuru dunia, muncul berbagai NICA (Netherland Indies Civil
respon dari negara-negara Administration) yang bertujuan ingin
internasional. Belanda merespon hal kembali menegakkan kekuasaan
tersebut dengan datang kembali ke Belanda di Indonesia. Tentara AFNEI
Indonesia untuk merebut kekuasaan bersama NICA sampai ke Indonesia
dari pemerintah Indonesia pimpinan pertama kali pada tanggal 16
Soekarno-Hatta. Belanda datang ke September 1945 di Tanjung Priok.
Indonesia dengan menumpang kapal Kemudian, Indonesia melakukan
tentara Sekutu (AFNEI) yang sedang berbagai upaya untuk
bertugas untuk melucuti dan mempertahankan kemerdekaan,
memulangkan tentara Jepang di salah satunya dengan melalui
Indonesia. perjuangan bersenjata.
1. Pertempuran Medan Area (13 Oktober
1945)
 Pertempuran Medan Area terjadi karena beberapa peristiwa.
Pertama adalah insiden yang dilakukan oleh salah satu penghuni
hotel di Jalan Bali, Medan tanggal 13 Oktober 1945, yang
menginjak lencana merah putih. Para pemuda Indonesia yang
marah kemudian menyerang hotel tersebut sehingga timbul
banyak korban.
 Kedua adalah adanya ultimatum dari pimpinan tentara Sekutu di
Sumatera Utara yaitu T.E.D. Kelly tanggal 18 Oktober kepada
rakyat Indonesia untuk menyerahkan senjatanya kepada Sekutu.
Hal ini memicu perlawanan antara rakyat Medan dengan sekutu.
Terlebih pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu
memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed Boundaries
Medan Area di berbagai sudut pinggiran kota Medan.
 Peristiwa ini menimbulkan pertempuran yang lebih besar antara
rakyat Medan melawan Sekutu. Sekutu bersama NICA
melancarkan aksi besar-besaran sejak 10 Desember 1945, serta
mengusir dan menindas rakyat Indonesia. Rakyat Medan
merespon pada tanggal 10 Agustus 1946 dengan membentuk
Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area untuk
melanjutkan perlawanan terhadap Sekutu dan NICA.
Pertempuran Medan Area berakhir tanggal 1 Desember 1946
setelah pihak NICA mengajukan gencatan senjata kepada pihak
Republik.
2. Pertempuran Ambarawa (26 Oktober 1945)
Pertempuran Ambarawa berlangsung pada 26 Oktober – 15 Desember 1945. Latar
belakang pertempuran ini adalah keinginan Sekutu untuk mengambil alih kota
Ambarawa. Hal tersebut ditentang oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR), mereka
melakukan perlawanan terhadap pasukan Sekutu hingga mampu menahan beberapa
tentara Sekutu. Pertempuran terus berlanjut demi mengusir pasukan sekutu dari
Ambarawa. Pada 15 Desember, TKR berhasil memukul mundur pasukan Sekutu
hingga ke Semarang.
Pertempuran Ambarawa disebabkan karena adanya penindasan dan teror terhadap
penduduk Magelang yang menimbulkan perlawanan dari TKR. Perlawanan ini
terjadi sejak 23 November 1945 hingga 12 Desember 1945, dengan dipimpin oleh
Imam Adrongi dan Letkol M. Sarbini. Pertempuran Ambarawa berhasil memukul
mundur pasukan Sekutu dan NICA ke Ambarawa, lho! Letkol Isdiman, Mayor
Suharto, dan Kolonel Sudirman juga ikut terlibat dalam pertempuran Ambarawa.
Pasukan Sekutu dan NICA yang terdesak pada tanggal 15 Desember 1945 akhirnya
meninggalkan daerah Ambarawa dan menandai berakhirnya pertempuran
Ambarawa. Untuk mengenang peristiwa ini setiap tanggal 15 Desember diperingati
sebagai Hari Infanteri.
3. Pertempuran Surabaya (10 November 1945)

• Pertempuran di Surabaya dipicu oleh Insiden perobekan bendera di hotel


Yamato dan tewasnya Mallaby (perwira Inggris). Pada 10 November 1945,
Sekutu memberikan ultimatum kepada rakyat Surabaya untuk menyerah
dan memberikan persenjataan mereka kepada AFNEI. Ultimatum tersebut
diacuhkan oleh rakyat Surabaya dan mereka memilih bertempur
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kolonel Sungkono dan Bung
Tomo membakar semangat bertempur rakyat melalui Radio Perjuangan.
Diperkirakan ribuan rakyat Surabaya meninggal dalam pertempuran ini.
Untuk mengenang keberanian rakyat Surabaya, tanggal 10 November
dijadikan sebagai hari pahlawan.

• Pertempuran arek-arek Surabaya dengan pihak Sekutu bersama NICA


diawali oleh insiden bendera di Hotel Yamato, Surabaya, tanggal 19
September 1945. Salah seorang tentara Belanda menurunkan bendera
merah putih lalu menggantinya dengan bendera Belanda. Hal ini
menimbulkan kemarahan rakyat Surabaya. Arek-arek Surabaya
menurunkan bendera Belanda dan merobek warna biru agar menjadi warna
bendera Indonesia.
• Selain peristiwa perobekan bendera, kedatangan pasukan Sekutu ke Surabaya
pada tanggal 25 Oktober 1945 yang dipimpin oleh Brigjen A.W.S. Mallaby
memicu kemarahan arek-arek Surabaya. Hal ini terjadi karena tentara Sekutu
membebaskan tahanan di penjara di Kalisosok, menduduki Pangkalan Udara
Tanjung Perak, dan Gedung Internatio. Para pemuda pun melawan dan
menimbulkan pertempuran bersenjata yang menewaskan Brigjen A.W.S. Mallaby.
• Peristiwa ini kemudian membuat hubungan Inggris dan Indonesia merenggang,
sehingga Inggris mengeluarkan ultimatum agar para pemuda menyerah paling
lambat 10 November 1945 pukul 06.00. Namun, para pemuda Surabaya tetap
bertempur membela tanah kelahirannya. Tokoh yang sangat berperan dalam
membakar semangat pada pemuda saat itu adalah Bung Tomo. Hampir tiga
minggu para pemuda mempertahankan Surabaya hingga banyak korban jatuh
akibat pertempuran ini. Untuk mengenang peristiwa ini kemudian setiap tanggal
10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.
4. Peristiwa Merah Putih di Manado (14 Februari 1946)
Merah-Putih Manado merupakan peristiwa konflik bersenjata yang
terjadi antara masyarakat Minahasa di Sulawesi Utara dan Pasukan
Sekutu yang tiba di Manado bersama dengan Nederlandsch-Indie Civiele
Administratie (NICA) yang berupaya untuk mendirikan kembali
pemerintahan kolonial Belanda di Sulawesi.Pasca deklarasi kemerdekaan
Indonesia dinyatakan di Batavia, rakyat Minahasa melucuti senjata
pasukan Jepang dan membentuk pemerintahan sementara untuk mengisi
kekosongan kekuasaan. Pada Bulan September 1945, pasukan Sekutu dan
NICA tiba di kota Manado. Salah satu dekrit yang mereka keluarkan
adalah larangan mengibarkan bendera Merah-Putih di seluruh wilayah
Minahasa. Hal ini memicu perlawanan secara gerilya oleh rakyat
Minahasa yang berakhir dengan diasingkannya Dr. Gerungan Saul Samuel
Jacob "Sam" Ratulangi ke Papua pada tahun 1946.
5. Pertempuran Bandung Lutan Api ( 23
Maret 1946)
• Pada bulan Oktober 1945, pasukan Sekutu dan NICA
mulai datang serta melakukan pendudukan terhadap
kota Bandung. Pasukan Sekutu dan NICA segera
mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Bandung untuk
menyerahkan senjata milik mereka sehingga memicu
kemarahan. Pertempuran bersenjata kemudian
berlangsung selama kurun waktu November 1945-Maret
1946.

• Puncak pertempuran terjadi ketika tanggal 23 Maret


1946, pihak Sekutu dan NICA mengeluarkan ultimatum
untuk mengosongkan kota Bandung. Komandan Divisi
III Siliwangi A.H. Nasution bersama pemuda mengambil
inisiatif untuk mengosongkan kota Bandung dan
membakar seluruh kota beserta infrastruktur penting
pemerintahan ataupun militer pada tanggal 24 Maret Monumen Bandung
1946. Salah satu tokoh yang berperan dalam Lautan Api
pertempuran ini adalah Moh. Toha yang harus gugur
ketika berupaya meledakkan gudang mesiu milik NICA
di Bandung Selatan. Peristiwa ini kemudian dikenal
dengan Peristiwa Bandung Lautan Api.
• Peristiwa Bandung Lautan Api berlangsung pada 24 Maret 1946. Latar
belakang terjadinya peristiwa ini adalah ultimatum tentara Sekutu
yang memerintahkan pengosongan kota Bandung pada 24 November
1945. Tentara Keamanan Rakyat (TKR) menolak ultimatum tersebut
dan bersiap untuk melakukan perlawanan di kawasan Bandung Utara.
A.H Nasution sebagai pemimpin pasukan tentara merundingkan
rencana opsi perlawanan dengan Sutan Sjahrir selaku perdana menteri
pada masa itu. Sutan Sjahrir menolak opsi perlawanan dan
memerintahkan tentara dan rakyat Bandung untuk mengungsi ke arah
Bandung Selatan pada 24 Maret 1946. Sebelum melakukan
pengosongan kota, tentara dan rakyat Bandung melakukan
pembakaran terhadap gedung-gedung penting agar tidak dapat
digunakan oleh tentara Sekutu.
6. Pertempuran Margarana atau Puputan Margarana
(18 November 1946)

Sejak Maret 1946, Belanda berhasil menduduki beberapa daerah di Bali.


Perlawanan muncul dibawah pimpinan I Gusti Ngurah Rai dibantu oleh
TRI-Laut Kapten Markadi. Pada masa itu, Indonesia telah menyepakati
perjanjian Linggarjati dimana secara de facto wilayah Indonesia hanya
terdiri dari Sumatera, Jawa dan Madura. Ngurah Rai tetap berusaha
mengusir Belanda dari Bali dengan melakukan long march dan bergerilya
melawan musuh.
Puncak serangan pasukan Belanda
terjadi tanggal 20 November 1946.
Pasukan Belanda mengepung desa
Marga tempat I Gusti Ngurah Rai
bersembunyi. Walaupun terdapat
ketidakseimbangan kekuatan antara
tentara Indonesia dan Belanda, I
Gusti Ngurah Rai tetap bertempur
hingga titik darah penghabisan.
Pada 29 November 1946, Ngurah Rai
gugur dalam pertempuran melawan
Belanda. Pertempuran sengit antara
Belanda dan tentara Indonesia di
Bali dikenal dengan Perang Puputan
(pertempuran habis-habisan).
7. Peristiwa Westerling di Makasar (7 Desember 1946)
Perlawanan rakyat Makassar ini membuat mengirimkan pasukan elit
Depot Speciale Troepen (DST, pendahulu Korps Speciale Troepen/KST) di
bawah kepemimpinan Kapten Raymond Westerling. Sepanjang Bulan
Desember 1946, DST berhasil menumpas perlawanan rakyat Makassar
melalui metode-metode seperti eksekusi mati para oknum yang dicurigai
sebagai pemberontak, pengepungan desa dan relokasi paksa, serta
langkah-langkah lainnya yang dijuluki ‘Metode Westerling’. Dalam
operasi kontra-insurgensi (melawan para pemberontak) ini, tokoh-tokoh
seperti Raymond Wolter Monginsidi gugur di tangan Belanda.
B. PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN
KEMERDEKAAN MELALUI DIPLOMASI

1. Perundingan Linggar Jati


Perundingan Linggarjati adalah suatu perundingan antara Indonesia dan
Belanda di Linggarjati, Jawa Barat yang menghasilkan persetujuan mengenai
status kemerdekaan Indonesia. Hasil perundingan ini ditandatangani di Istana
Merdeka Jakarta pada 15 November 1946 dan ditandatangani secara sah
kedua negara pada 25 Maret 1947. Latar belakangnya ialah masuknya AFNEI
yang diboncengi NICA ke Indonesia karena Jepang menetapkan 'status quo' di
Indonesia menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dengan Belanda,
seperti contohnya peristiwa 10 November, selain itu pemerintah Inggris
menjadi penanggung jawab untuk menyelesaikan konflik politik dan militer di
Asia. Oleh sebab itu, Sir Archibald Clark Kerr, Diplomat Inggris,
mengundang Indonesia dan Belanda untuk berunding di Hooge Veluwe,
namun perundingan tersebut gagal karena Indonesia meminta Belanda
mengakui kedaulatannya atas Jawa, Sumatera dan Pulau Madura, namun
Belanda hanya mau mengakui Indonesia atas Jawa dan Madura saja.
B. PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN
KEMERDEKAAN MELALUI DIPLOMASI

1. Perundingan Linggar Jati

Pada tanggal 10 November 1946 diadakan


perundingan antara Indonesia dan Belanda.
Perundingan ini dilaksanakan di Linggajati.
Linggajati terletak di sebelah selatan Cirebon.
Dalam perundingan itu delegasi Indonesia
dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir.
Sementara delegasi Belanda dipimpin oleh Van
Mook.
Pada tanggal 15 November 1946, hasil
perundingan diumumkan dan disetujui oleh
kedua belah pihak. Secara resmi, naskah hasil
perundingan ditandatangani oleh Pemerintah
Indonesia dan Belanda pada tanggal 25 Maret
1947. Hasil Perjanjan Linggajati sangat
merugikan Indonesia karena wilayah Indonesia
menjadi sempit.
Komisi Tiga Negara (KTN) adalah suatu komite yang dibentik oleh Dewan Keamanan
PBB yg akan menjadi penengah konflik antara Indonesia dan Belanda. Komite ini di
kenal sebagai Committee of Good Offices for Indonesia (Komite Jasa Baik Untuk
Indonesia), Komisi Tiga Negara (KTN), disebut begitu karena beranggotakan tiga
negara, yaitu :
1.) Australia yang dipilih oleh Indonesia diwakili oleh Richard C. Kirby
2.) Belgia yang dipilih oleh Belanda diwakili oleh Paul van Zeeland
3.) Amerika Serikat sebagai pihak yang netral menunjuk Dr. Frank Graham.
Tugas KTN :
1.) Menguasai secara langsung penghentian tembak menembak sesuai dengan resolusi
PBB
2.) Menjadi penengah konflik antara Indonesia dan Belanda.
3.) Memasang patok-patok wilayah status quo yang dibantu oleh TNI
4.) Mempertemukan kembali Indonesia dan Belanda dalam Perundingan Renville.
Namun, Perundingan Renville ini mengakibatkan wilayah RI makin sempit.
3. Perjanjian Renville (17 Januari 1948)
• Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dan Belanda yang ditandatangani
pada tanggal 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang Amerika Serikat sebagai
tempat netral, USS Renville, yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Perundingan dimulai pada tanggal 8 Desember 1947 dan ditengahi oleh Komisi Tiga
Negara (KTN), Committee of Good Offices for Indonesia, yang terdiri dari Amerika
Serikat, Australia, dan Belgia.
• Pada tanggal 1 Agustus 1947, Dewan Keamanan PBB memerintahkan agar pihak
Indonesia dan Belanda menghentikan tembak-menembak. Akhirnya pada tanggal 4
Agustus 1947, Belanda mengumumkan gencatan senjata. Gencatan senjata adalah
penghentian tembak-menembak di antara pihak-pihak yang berperang. PBB membantu
penyelesaian sengketa antara Indonesia dan Belanda dengan membentuk Komisi Tiga
Negara (KTN) yang terdiri atas: Australia, dipilih oleh Indonesia, Belgia, dipilih oleh
Belanda, Amerika Serikat, dipilih oleh Australia dan Belanda.
1. Belanda hanya mengakui Jawa tengah, Yogyakarta, dan Sumatera
sebagai bagian wilayah Republik Indonesia
2. Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah
Indonesia dan daerah pendudukan Belanda
3. TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah
pendudukan di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Pasca perjanjian

Wilayah Indonesia di Pulau Jawa (warna merah) pasca perjanjan Renville.


Sebagai hasil Persetujuan Renville, pihak Republik harus mengosongkan
wilayah-wilayah yang dikuasai TNI, dan pada bulan Februari 1948, Divisi
Siliwangi hijrah ke Jawa Tengah. Divisi ini mendapatkan julukan Pasukan
Hijrah oleh masyarakat Kota Yogyakarta yang menyambut kedatangan
mereka. Tidak semua pejuang Republik yang tergabung dalam berbagai
laskar, seperti Barisan Bambu Runcing dan Laskar Hizbullah/Sabillilah di
bawah pimpinan Sekarmaji
4. Perjanjain Roem Royen (17 April 1949)

Perjanjian Roem-Roijen (juga disebut Perjanjian Roem-Van Roijen) adalah sebuah


perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang dimulai pada tanggal 14 April 1949
dan akhirnya ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta.
Namanya diambil dari kedua pemimpin delegasi, Mohammad Roem dan Herman van
Roijen. Maksud pertemuan ini adalah untuk menyelesaikan beberapa masalah
mengenai kemerdekaan Indonesia sebelum Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada
tahun yang sama. Perjanjian ini sangat alot sehingga memerlukan kehadiran Bung
Hatta dari pengasingan di Bangka, juga Sri Sultan Hamengkubuwono IX dari
Yogyakarta untuk mempertegas sikap Sri Sultan HB IX terhadap Pemerintahan
Republik Indonesia di Yogyakarta, dimana Sultan Hamengku Buwono IX mengatakan
“Jogjakarta is de Republiek Indonesie” (Yogyakarta adalah Republik Indonesia).
Pasca perjanjian Pada 6 Juli

Sukarno dan Hatta kembali dari pengasingan ke Yogyakarta,


ibukota sementara Republik Indonesia. Pada 13 Juli, kabinet Hatta
mengesahkan perjanjian Roem-van Roijen dan Sjafruddin
Prawiranegara yang menjabat presiden Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia (PDRI) dari tanggal 22 Desember 1948
menyerahkan kembali mandatnya kepada Soekarno dan secara
resmi mengakhiri keberadaan PDRI pada tanggal 13 Juli 1949.
Pada 3 Agustus, gencatan senjata antara Belanda dan Indonesia
dimulai di Jawa (11 Agustus) dan Sumatera (15 Agustus).
Konferensi Meja Bundar mencapai persetujuan tentang semua
masalah dalam agenda pertemuan, kecuali masalah Papua Belanda.
5. Konferensi Inter – Indonesia (19-22 Juli 1949 dan 31 Juli – 2 Agustus 1949)
• Konferensi Inter Indonesia merupakan konferensi yang berlangsung antara negara
Republik Indonesia dengan negara-negara boneka atau negara bagian bentukkan
Belanda yang tergabung dalam BFO (Bijenkomst Voor Federal Overslag) Konferensi
Inter Indonesia berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 19-22 Juli 1949 yang dipimpin
oleh Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta. Karena simpati dari negara-negara BFO ini
maka pemimpin-pemimpin Republik Indonesia dapat dibebaskan dan BFO jugalah yang
turut berjasa dalam terselenggaranya Konferensi Inter-Indonesia. Hal itulah yang
melatarbelakangi dilaksanaklannya Konferensi Inter-Indonesia. Soekarno menyebut
konferensi ini sebagai “trace baru” bagi arah perjuangan Indonesia.
• Konferensi ini banyak didominasi perbincangan mengenai konsep dan teknis
pembentukan RIS, terutama mengenai susunan kenegaraaan berikut hak dan kewajiban
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
Hasil kesepakatan dari Konferensi Inter-Indonesia adalah :
1.) Negara Indonesia Serikat disetujui dengan Sidang kedua Konferensi Inter Indonesia di
nama Republik Indonesia Serikat (RIS) selenggrakan di Jakarta pada tanggal 30 Juli
berdasarkan demokrasi dan federalisme dengan keputusan:
(serikat). 1.) Bendera RIS adalah Sang Merah Putih
2.) RIS akan dikepalai oleh seorang Presiden 2.) Lagu kebangsaan Indonesia Raya
dibantu oleh menteri-menteri yang 3.) Bahasa resmi RIS adalah Bahsa
bertanggung jawab kepada Presiden. Indonesia
3.) RIS akan menerima penyerahan 4.) Presiden RIS dipilih wakil RI dan BFO.
kedaulatan, baik dari Republik Indonesia Pengisian anggota MPRS diserahkan
maupun dari kerajaan Belanda. kepada kebijakan negara-negara bagian
4.) Angkatan perang RIS adalah angkatan yang jumlahnya enam belas negara. Kedua
perang nasional, dan Presiden RIS adalah delegasi juga setuju untuk membentuk
Panglima Tertinggi Angkatan Perang RIS. panitia persiapan nasional yang bertugas
5.) Pembentukkan angkatan Perang RIS mempersiapkan segala sesuatu yang
adalah semata-mata soal bangsa Indonesia berkaitan dengan pelaksanaan Konferensi
sendiri. Angkatan Perang RIS akan dibentuk Meja Bundar.
oleh Pemerintah RIS dengan inti dari TNI dan
KNIL serta kesatuan-kesatuan Belanda
lainnya.
6. Konferensi Meja Bundar (KMB) 23 Agustus – 2
November 1949
• Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan antara pemerintah
Republik Indonesia dan Belanda yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda
dari 23 Agustus hingga 2 November 1949.
1.) Latar belakang
Usaha untuk meredam kemerdekaan Indonesia dengan jalan kekerasan
berakhir dengan kegagalan. Belanda mendapat kecaman keras dari dunia
internasional. Belanda dan Indonesia kemudian mengadakan beberapa
pertemuan untuk menyelesaikan masalah ini secara diplomasi, lewat
perundingan Linggarjati, perjanjian Renville, perjanjian Roem-van Roijen,
dan Konferensi Meja Bundar.
2.) Hasil konferensi 1. Keradjaan Nederland menjerahkan
kedaulatan atas Indonesia jang sepenuhnja
Hasil dari Konferensi Meja Bundar
kepada Republik Indonesia Serikat dengan
(KMB), yaitu:
tidak bersjarat lagi dan tidak dapat ditjabut,
• Serahterima kedaulatan dari pemerintah dan karena itu mengakui Republik Indonesia
kolonial Belanda kepada Republik Serikat sebagai Negara yang merdeka dan
Indonesia Serikat, kecuali Papua bagian berdaulat.
barat. Indonesia ingin agar semua bekas 2. Republik Indonesia Serikat menerima
daerah Hindia Belanda menjadi daerah kedaulatan itu atas dasar ketentuanketentuan
Indonesia, sedangkan Belanda ingin pada Konstitusinja; rantjangan konstitusi telah
menjadikan Papua bagian barat negara dipermaklumkan kepada Keradjaan
terpisah karena perbedaan etnis. Nederland.
Konferensi ditutup tanpa keputusan 3. Kedaulatan akan diserahkan
mengenai hal ini. Karena itu pasal 2 selambatlambatnja pada tanggal 30
menyebutkan bahwa Papua bagian barat Desember.
bukan bagian dari serah terima, dan bahwa 3.) Pembentukan RIS
masalah ini akan diselesaikan dalam waktu Tanggal 27 Desember 1949 pemerintahan
satu tahun. sementara negara dilantik. Soekarno menjadi
• Dibentuknya sebuah persekutuan Presidennya, dengan Hatta sebagai Perdana
Menteri membentuk Kabinet Republik
BelandaIndonesia, dengan monarch
Indonesia Serikat. Indonesia Serikat telah
Belanda sebagai kepala negara
dibentuk seperti republik federasi berdaulat
• Pengambil alihan hutang Hindia Belanda yang terdiri dari 16 negara yang memiliki
oleh Republik Indonesia Serikat persamaan persekutuan dengan Kerajaan
Belanda.
7. Penyerahan Kedaulatan (27 Desember 1949)
Sesuai hasil KMB, pada tanggal 27 Desember 1949 diadakan upacara pengakuan
kedaulatan dari Pemerintah Belanda kepada Pemerintah RIS. Upacara pengakuan
kedaulatan dilakukan di dua tempat, yaitu Den Haag dan Yogyakarta secara
bersamaan. Dalam acara penandatanganan pengakuan kedaulatan di Den Haag,
Ratu Yuliana bertindak sebagai wakil Negeri Belanda Belanda dan Drs. Moh. Hatta
sebagai wakil Indonesia. Sedangkan dalam upacara pengakuan kedaulatan yang
dilakukan di Yogyakarta, pihak Belanda diwakili oleh Mr. Lovink (wakil tertinggi
pemerintah Belanda) dan pihak Indonesia diwakili Sri Sultan Hamengkubuwono
IX.
Dengan pengakuan kedaulatan itu berakhirlah kekuasaan Belanda atas Indonesia
dan berdirilah Negara Republik Indonesia Serikat. Sehari setelah pengakuan
kedaulatan, ibu kota negara pindah dari Yogyakarta ke Jakarta. Kemudian
dilangsungkan upacara penurunan bendera Belanda dan dilanjutkan dengan
pengibaran bendera Indonesia.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai