Sejarah

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

3.

Kontribusi Daerah Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Pada tanggal 24 Agustus 1945, antara pemerintah Kerajaan Inggris dan Kerajaan Belanda tercapai suatu
persetujuan yang terkenal dengan nama civil Affairs Agreement. Dalam persetujuan ini disebutkan
bahwa panglima tentara pendudukan Inggris di Indonesia akan memegang kekuasaan atas nama
pemerintah Belanda. Dalam melaksanakan hal-hal yang berkenaan dengan pemerintah sipil,
pelaksanaannya diselenggarakan oleh NICA dibawah tanggungjawab komando Inggris. Kekuasaan itu
kelak di kemudian hari akan dikembalikan kepada Belanda.

Tentara sekutu (tentara Inggris) mendarat di Jakarta pada tanggal 15 September 1945. bersama tentara
Inggris ikut pula serdadu Belanda dan pegawai sipil Belanda (NICA ) yang dipimpin oleh Van der Pals.
Tugas tentara sekutu adalah melucuti senjata tentara Jepang dan memulangkan kemabali para tawanan
itu ke negerinya. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Sekutu membentuk komando khusus yang
disebut Aliied Forses Netherland EastIndies (AFNEI). Sejak tanggal 29 September 1945, rombongan besar
AFNEI mulai berdatangan ke Indonesia. Belanda dan sekutu yang mendarat di Surabaya menginginkan
hotel Yamato dijadikan markas Angkatan Laut Belanda. Bendera Merah Putih di Hotel Yamato
diturunkan oleh Belanda dan diganti dengan Bendera Belanda. Merah-Putih-Biru. Hal ini tentu saja
menimbulkan kemarahan rakayat Surabaya. Mereka beramai-ramai menyerbu hotel untuk menurunkan
bendera Belanda. Bendera Belanda itu setelah samapi bawagh, warana biru dirobek lalu dikibarkan
kembali sebagai Bendera Merah Putih. Peristiwa itu dikenal sebagai insiden Bendera yang terjadi pada
tanggal 19 September 1945. untuk mengenang peristiwa itu, kini didepan Hotel Yamato dibangun
monument perjuangan.

Sekutu setelah melihat berbagai perlawananan di Indonesia merasa tidak mamapu menjalankan tugas
tanpa bantuan pemerintah Republik Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 1 Oktober 1945, Jenderal
Christison mengakui secara de facto negara republic Indonesia dan bersedia berunding. Dengan
munculnya kekuatan asing serentak bangsa Indonesia berupaya mempertahankan kemerdekaan.
Adapun peran setiap daerah dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia terlihat seperti berikut
ini :

Pertempuran di Bandung ( 23 Maret 1946)

Pasukan sekutu atas izin pemerintah RI pada tanggal 12 Oktober 1945 memasuki Bandung dengan naik
kereta api. Pemerintah RI mengizinkan pasukan Sekutu masuk Bandung bertujuan mengurus para
tawanan perang II (Jepang). Pada tanggal 23 November 1945 pemimpin Sekutu di Bandung
mengultimatum agar Bandung Utara segera dikosongkan dari pemuda bersenjata. Namun, para pemuda
menolak menyerahkan senjata sehingga terjadi pertempuran yang sengit didalam kota. Pertempuran
pertama terjadi pada tanggal 1 Desember 1945. Oleh karena pemerintah RI Jakarta para pemuda
Bandung diminta menghentikan pertempuran dan harus mengosongkan kota Bandung. Dengan berat
hati, para pemuda Bandung meninggalkan kota. Agar bangunan-bangunann peting di kota Bandung
tidak dapat digunakan Sekutu sambil mundur mereka membakarnya. Peristiwa ini terjadi pada tanggal
23 Maret 1946. seluruh wilayah kota Bandung diamuk oleh kobaran api. Peristiwa ini terkenal dengan
peristiwa Bandung Lautan Api. Para tokoh yang telibat dalam pertempuran Bandung, antara lain
Muhammad Toha dari Bandung Selatan (gugur), Kol. A.H Nasution, dan Kolonel Hidayat. Sebagai
penggerak semangat juang, maka lahirlah lagu ”Halo-halo Bandung” ciptaan Ismail Marzuki. Lagu
perjuangan ini melukiskan tekad rakyat yang tidak mungkin padam untuk merebut kembali kota
Bandung.

Pertempuran di Sumatera ( Medan Area, 10 Desember 1945)

Tanggal 27 Agustus 1945 rakyat Medan baru mendengar berita proklamasi yang dibawa oleh Mr. Teuku
Moh Hassan sebagai Gubernur Sumatera. Mengggapi berita proklamasi para pemuda dibawah pimpinan
Achmad lahir membentuk barisan Pemuda Indonesia. Pendaratan Sekutu di kota Medan terjadi pada
tanggal 9 Oktober 1945 dibawah pimpinan T.E.D Kelly. Pendaratan tentara sekutu (Inggris)ini di ikuti
oleh pasukan dan NICA yangdipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan. Kedatangan tentara
sekutu dan NICa ternyata memacing berbagai iniden. Pada tanggal 13 Oktober 1945 pemuda dan TKR
bertempur melawan Sekutu dan NICA dalam upaya merebut dan mengambil alih gedung-gedung
pemerintahan dari tangan Jepang. Inggris mengeluarkan ultimatum kepada bangsa Indonesia agar
menyerahkan senjata kepada Sekutu. Ultimatum ini tidak pernah dihiraukan. Pada tanggal. Pada tanggal
15 Desember 194% Sekutu memasang papan yang tertulis.kan “Fixed Boundaries Medan Area” ( batas
resmi wilayah Medan) diberbagai pinggiran kota MEdan. Tindakan Sekutu itu merupakan tantangan bagi
para pemuda. Pada tanggal 10 desember 1945, Sekutu dan NICA melancarkan serangan besar-besaran
terhadap kota Medan. Serangan ini menimbulkan banyak koraban di kedua belah pihak. Pada bulan
April 1946, Sekutu berhasil menduduki kota Medan. Pusat perjuangan rakyat Medan kemudian
dipindahkan ke Pemantangsiantar. Untuk melanjutkan perjuangan di Medan maka pada bulan Agustus
1946 dibentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Komandan initerus mengadakan serangan
terhadap Sekutu diwilayah Medan. Hampir di seluruh wilayah Sumatera terjadi perlawanan rakayat
terhadap Jepang, Sekutu, dan Belanda. Pertempuran itu terjadi, antara lian di Pandang, Bukit tinggi dan
Aceh.

Pertempuran di Surabaya

Pada tanggal 10 November 1945 terjadi pertempuran antara rakyat Surabaya dan Sekutu. Peristiwa itu
diawalai insiden terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallabay (Komandan Tentara Inggris)pada tanggal 30
Oktober 1945. akibat insiden tersenut pada tanggal 31Oktober 1945 Inggris mengeluarkan ultimatum
yang memerintahkan kaum pejuang untuk menyerah. Apabila ultimatum tidak diindahkan Inggris akan
mengerahkan seluruh kekuatannya baik dari darat, laut maupun udara. Pada tanggal 9 November 1945
Jenderal Mansergh mengeluarkan ultimatum kembali kepada para pemuda Surabaya untuk
menyerahkan semua senjatanya. Para pemuda tidak menggapai ultimatum tersebut. Rakyat Surabaya di
bawah pimpinan Bung Tomo, Sungkono dan Gubernur Suryo menolak ultimatum tersebut serta mulai
bmenghadapi gempuran sekutu. Akibatnya, pada tanggal 10 November 1945, Inggris menyerang
Surabaya secara besar-besaran. Para pemuda menyambut dengan kekuatan senjata. Pengalaman
peralatan sejata Sekutu yang sangat unggul tidak mengeratkan rakyat. Bung tomo yang diangkat sebagai
pemimpin pemuda Surabaya meneriakkan pekik “Allah Akbar” diradio pemerintah untuk
membangkitkan semangat perjuangan. Akibat serangan sekutu (inggris) yang membabi buta selama lima
belas hari, Surabaya menjadi hancur. Para pemuda Surabaya akhirnya mundur ke beberapa daerah,
seperti Mojokerto, Gresik, dan Pasuruhan. Pertempuran Surabaya menyebabkan ribuan rakyat gugur.
Untuk mengenang dan memperingati semangat kepahlawananan rakyat Surabaya, tanggal 10 November
ditetapkan sebagai hari Pahlawan.

Pertempuran Ambarawa

Pada bulan November 1945 tentara sekutu dan NICA bergerak dari Semarang menuju Ambarawa untuk
membentuk pertahanan. Pertempuran meletus kareana Sekutu secara sepihak membebaskan para
interniran Belanda di Magelang dan Ambarawa. Dalam pertempuran ini Letkol Isdiman gugur.
Selanjutnya, pimpinann perang dipegang oleh Kolonel Sudirman, Panglima divisi Banyiumas. Pada
tanggal 15 Desember 1945, Sekutu dan NICA terdesak dan terpaksa mundur ke Semarang. Peristiwa itu
terkenal dengan mnama Palagan Ambarawa. Untuk mengenang peristiwa tersebut, tanggal 15
Desember ditetapkan sebagai hari Infantri dan kota Ambarawa didirikan monument Palagan Ambarawa.

Pertempuran Merah Putih di Manado

Berita proklamasi Kemerdekaan Indonesia tersiar juga samapi ke Manado. Rakayat Manado khususnya
para pemuda menyambutnya dengan hangat. Di sisi lain, pasukan NICA untuk mengamankan
kepentiangan segera mempersenjatai bekas pasukan KNIL yang menjadi tawananan Jepang. Mereka
disambut sebagai Pasukan Tangsi Putih. Pada bulan Desember 1945, pasukan Sekutu menyerahkan
kekuasaan kota Manado kepada NICA. Stelah mendapat mandate itu, pasukan NIca segera melakukan
penagkapan terhadap sejumlah tokoh RI untuk mengamankan kedudukannya RI. Para bekas pasukan
KNIL yang mendukung RI dikenal sebagai Pasukan Tangsi Hitam. Para pejuang itu membentuk Pasukan
Pemuda Indonesia (PPI). PPI sering melakukan pertemuan rahasia untuk mengoordinasikan kegiatan
melawan NICA. Akan tetapi, kegiatan tersebut diketahui NICA. Akibatnya, beberapa pemimpin PPI
ditangkap. Senjata pasukan KNIL pendukung RI dilucuti. Namun, tindakan NICA tersebut tidak
menyrutkan tekad para pejuang Indonesia. Pada tanggal 14 Febuari 1946, PPI menyerbu NICA dimarkas
Tangsi Putih di Teling. Dengan senjata seadanya, PPI mampu melepaskan para tawanan dan melawan
komandan NICA dan pasukannya. Secara spontan para pejuang merobek warna riru pada Bendera
Belanda di markas itu dan mengibarkan bendera Merah putih. Para pejuang juga berhasil menguasai
markas NICA di Tomohon dan Tondano. Para pendukung RI segera membentuk pemerintah sipil. B.W
Lapian terpilih sebagai residennya. Berita penegak kedaulatan Indonesia di Manado segera dikirim ke
Yogyakarta.
Peristiwa Merah Putih di Biak

Berita Proklamasi kemerdekaan Indonesia sekalipun terlamabt samapi juga di Papua. Rakyat Papua yang
ada diberbagai kota, seperti Jayapura, Sorong, serui dan Biak memberikan sambutan yang hangat dan
mendukung Proklamsi Kemerdekaan Indonesia. Para pemuda di berbagai kota mengadakan rapat umum
mendunkung kemerdekaan. Sekutu bersama NICA berusaha melarang kegaiatn politik dan pengibaran
bendera Merah Putih, namun para pemuda Papua tidak menhiraukan. Dalam upaya mempertahankan
kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 14 Maret 1948 terjadi peristiwa Merah Putih di Biak. Peristiwa ini
diawali dengan adanya penyerangan tangsi militer Belanda di Soroako dan Biak. Selanjutnya, para
pemuda Biak yang dipimpin oleh Joseph berusaha mengibarkan bendera merah putih di seluruh Biak.
Usaha ini mendapat perlawanandari Belanda sehingga mengalami kegagalan. Beberapa pemimpin
perlawanann berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.

Konflik Indonesia Belanda

Perjuangan melalui diplomasi atau perundingan antara Indonesia dan Belanda dengan perantara Inggris
antara lain :

a. Perundingan Linggarjati

Masuknya AFNEI yang memboncengi NICA ke Indonesia karena Jepang menetapkan status quo di
Indonesia menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dengan Belanda, seperti contohnya
Peristiwa 10 November, selain itu pemerintah Inggris menjadi penanggung jawab untuk menyelesaikan
konflik politik dan militer di Asia, oleh sebab itu, Sir Archibald Clark Kerr, diplomat Inggris, mengundang
Indonesia dan Belanda untuk berunding di Hooge Veluwe, namun perundingan tersebut gagal karena
Indonesia meminta Belanda mengakui kedaulatannya atas Jawa, Sumatera dan Madura, namun Belanda
hanya mau mengakui Indonesia atas Jawa dan Madura saja

Pada akhir Agustus 1946, pemerintah Inggris mengirimkan Lord Killearn ke Indonesia untuk
menyelesaikan perundingan antara Indonesia dengan Belanda. Pada tanggal 7 Oktober 1946 bertempat
di Konsulat Jenderal Inggris di Jakarta dibuka perundingan Indonesia-Belanda dengan dipimpin oleh Lord
Killearn. Perundingan ini menghasilkan persetujuan gencatan senjata (14 Oktober) dan meratakan jalan
ke arah perundingan di Linggarjati yang dimulai tanggal 11 November 1946.

Linggarjati adalah kota kecil yang berda disekitar 21 km sebelah barat Cirebon. Perundingan Linggarjati
dilaksanakan pada tanggal 10-15 November 1946. dalam perundingan Linggarjati delegasi Indonesia
dipimpin perdana Menteri Sutan Syahrir, sedangkan delegasi Belanda diwakili oleh Prof. S. Schemerhorn
dan Dr. H,J. Van. Mook. Penengah dan pemimpin perundingan dari pihak Inggris, yaitu Lord Killeam.
Hasil perundingan diumumkan pada tanggal 15 November 1946 dan telah tersusun sebagai naskah
persetujuan yang terdiri atas 17 pasal, antara lain berisi sebagai berikut:

Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi
Sumatra, Jawa dan Madura. Belanda harus meninggalkan wilayah de facto paling lambat 1 Januari 1949.

Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat,
dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu bagiannya adalah Republik Indonesia

Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia – Belanda dengan Ratu Belanda
sebagai ketuanya.

Hasil perundingan Linggarjati menimbulkan berbagai pendapat pro dan kontra di kalngan partai politik di
Indonesia. Perundingan Linggarjati merugikan pihak Reopublik Indonesia krena wilayahnya semakin
sempit, yaitu hanya meliputi Jawa, Madura dan Sumatera. Hal ini menyebababkan terjadinya pergolakan
di Bali Novmber 1946 dibawah pimpinan Letnan Kolonel Gusti Ngurah Rai, dengan perang puputan/
perang habis-habisan (puputan Margarana ) dan pertempuran Manado dipimpin Letkol Taulu yang
dibantu oleh Residen Lapian melawan tentara KNIL (Belanda).

b. Agresi Militer Belanda I

Perundingan Linggarjati bagi Belanda hanya dijadikan alat untuk mendatangkan pasukan yang lebih
banyak dari negerinya. Untuk memperoleh dalil guna menyerang Republik Indonesia mereka
mengajukan tuntutan sebagai berikut:

Supaya dibetuk pemerintahan federal sementara yang akan berkuasa di seluruh Indonesia samapai
pembentukan Republik Indonesia Serikat. Hal ini berarti Republik Indonesia ditiadakan.

Pembentukan gendermeri (pasukan Keamanann) bersama yang akan masuk ke daerah Republik
Indonesia.

Republik Indonesia menolak usul itu karena berarti menghancurkan dirinya sendiri. Penolakan itu
menyebabakan Belanda melakukan agresi militer terhadap wilayah Republik Indonesia. Serangan
belanda dimulai tanggal 21 Juli 1947 dengan sasaran kota-kota besar di Pulau Jawa dan sumatera.
Menghadapi militer Belanda yang bersenjata lengkap dan modern menyebabakan satuan-satuan tentara
Indonesia terdesak ke luar kota. Selanjutnya, TNI dan lascar rakyat melakukan serangan balasan dan
taktik perang gerilya.

Adanya agresi Militer Belanda I menimbulkan simpati dan reaksi keras dari dunia Internasional. Bentuk
simpati dunia Internasional ditujukan dengan tindakan sebagai berikut:

Palang Merah Malaya (Malaysia) dan India mengirimkan bantuan obat-obatan yang diangkut oleh
pesawat Dakota dari Singapura. Namun, ketika akan mendarat di Yogyakarta pesawat itu ditembaki
jatuh oleh tentara Belanda.
Australia dan India bereaksi keras dengan mendesak Dewan Keamanan PBB agar segera membahas
masalah Indonesia.

Pada tanggal 4 Agustus 1947 pemerintah republic Indonesia dan Belanda mengumumkan mulai
berlakuknya gencatan senjata. Sejak pengumuman gencatan sebnjata tersebutlah, secara resmi
berakhirnya agresi milter Belanda I. akan tetapi, kenyataannya Belanda masih terus memperluas
wilayahnya samapi dengan dibentuk garis demakrasi yang jauh ke depan ( garis Van Mook ). Indonesia
menolak, dengan demikian gencatan senata yang diserukan oleh PBB belum berlakuk secara efektif.
Berkat perjuangan diplomasi di forum PBB, banyak negara yang mendukung perjuangan bangsa
Indonesia dan membantu mencari jalan penyelesaian secara damai. Dalam upaya penyelesaian sengketa
antara Indonesia dan Belanda secara damai dan mengawasi gencatan senjata yang telah disepakati
bersama maka Dewan Keamanan PBB membentuk Komisi Tiga Negara (KTN). Negara yang duduk dalam
KTN adalah hasil tunjukan Republik Indonesia, Belanda dan sebuah negara lagi yang bersifat netral
negara tersebuat adalah:

Australia (tunjukan Indonesia), diwakili oleh Richard Kirby.

Belgia (tunjukan Belanda), diwakili oleh Paul Van Zeeland

Amerika Serikat (tunjukan Australia dan Belgia), diwakili Dr. Frank Graham

c. Perjanjian Renville

Atas usulan KTN pada tanggal 8 Desember 1947 dilaksanakan perundingan antara Indonesia dan
Belanada di atas kapal renville yang sedang berlabuh di Jakarta. Delegasi Indonesia terdiri atas perdana
menteri Amir Syarifudin, Ali Sastroamijoyo, Dr. Tjoa Sik Len, Moh. Roem, Haji Agus Salim, Narsun dan Ir.
Juanda. Delegasi Belanda terdiri dari Abdulkadir Widjojoatmojo, Jhr. Van Vredeburgh, Dr. Soumukil,
Pangran Kartanagara dan Zulkarnain. Ternyata wakil-wakil Belanda hampir semua berasala dari bangsa
Indonesia sendiri yang pro Belanda. Dengan demikian Belanda tetap melakukan politik adu domba agar
Indonesia mudah dikuasainya. Setelah selesai perdebatan dari tanggal 8 Desember 1947 sampai dengan
17 Januari 1948 maka diperoleh hasil persetujuan damai yang disebut Perjanjian Renville. Pokok-poko isi
perjanjian Renville, antara lain sebagai berikut :

Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia samapi kedaulatan Indonesia diserahkan kepada
Republik Indonesia Serikat yang segera terbentuk.

Republik Indonesia Serikat mempunyai kedudukan yang sejajar dengan negara Belanda dalam uni
Indonesia-Belanda.

Republik Indonesia akan menjadi negara bagian dari RIS


Sebelum RIS terbentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagain kekuasaannya kepada pemerintahan
federal sementara.

Pasukan republic Indonesia yang berda di derah kantong haruns ditarik ke daerah Republik Indonesia.
Daerah kantong adalah daerah yang berada di belakang Garis Van Mook, yakni garis yang
menghubungkan dua derah terdepan yang diduduki Belanda.

Perjanjian Renville ditandatangani kedua belah pihak pada tanggal 17 Januari 1948. adapun kerugian
yang diderita Indonesia dengan penandatanganan perjanjian Renville adalah sebagai berikut :

Indonesia terpaksa menyetujui dibentuknya negara Indonesia Serikat melalaui masa peralihan.

Indonesia kehilangan sebagaian daerah kekuasaannya karena grais Van Mook terpaksa harus diakui
sebagai daerah kekuasaan Belanda.

Pihak republik Indonesia harus menarik seluruh pasukanya yang berda di derah kekuasaan Belanda dan
kantong-kantong gerilya masuk ke daerah republic Indonesia.

Penandatanganan naskah perjanjian Renville menimbulkan akibat buruk bagi pemerinthan republik
Indonesia, antra lain sebagai berikut:

Wilayah Republik Indonesia menjadi makin sempit dan dikururung oleh daerah-daerah kekuasaan
belanda.

Timbulnya reaksi kekerasan dikalangan para pemimpin republic Indonesia yang mengakibatkan jatuhnya
cabinet Amir Syarifuddin karena dianggap menjual negara kepada Belanda.

Perekonomian Indonesia diblokade secara ketata oleh Belanda

Indonesia terpaksa harus menarik mundur kesatuan-kesatuan militernya dari daerah-daerah gerilya
untuk kemudian hijrah ke wilayah Republik Indonesia yang berdekatan.

Dalam usaha memecah belah Negara kesatuan republic Indonesia, Belanda membentuk negara-negara
boneka, seperti; negara Borneo Barat, Negara Madura, Negara Sumatera Timur, dan Negara jawa Timut.
Negara boneka tersebut tergabung dalam BFO (Bijeenkomstvoor Federal Overslag).

d. Agresi Militer Belanda II

Melihat situasi Republik Indonesia yang kacau akibatnya meletus pemberontakan PKI di Madiun maka
pada tanggal 18 Desember 1948, Belanda secara sepihak membatalkan persetujuan gencatan senjata
esok harinya (19 Desember 1948 dini hari) tentara Belanda langsung menyerbu Lapangan Udara
Maguwo, Yogyakarta. Serangan Belanda yang tiba-tiba berhasil dengan gemilang sehingga pada jam
16.00 WIB seluruh Yogyajarta sudah jatuh di tangan Belanda. Presiden dan Wakil Presiden memutuskan
untuk tetap tinggal di Ibu kota, meskipun mereka akan ditawan oleh musuh. Alasanya, supatya mereka
mudah ditemui oleh KTN dari kegiatan diplomasi dapat berjalan terus Tentara Belanda berhasil
memasuki istana keprisidenanan dan para pejabat tinggi negara ditawan, semuanya ada 150 orang. Pagi
harinya tanggal 22 Desember 1948, Presiden Soekarno, Haji agus salim dan Sutan Syahrir diasingkan ke
Berastagi, kemudian dipindahkan ke Prapat di tepi danau Toba, Sumatera Utara. Moh.hatta, Moh Roem,
Mr. A.G Pringgodigdo, Mr.Assaat dan Komandor S. suyadayrman diasingkan ke Montok di Pulau Bangka.
Pada bulan Januari akhir, Presiden Sukarno dan Ahji Agus salim dipindahkan ke Muntok sehingga
berkumpul dengan Moh. Hatta dan kawan-kawan.

Untuk menghindari serangan Belanda dan agar selalu tetap bersama-sama dengan TNI, Panglima Besar
jenderal Sudirman memimpin perang gerilya dengan berpindah-pindah tempat. TNI melakukan serangan
umum terhadap kota Yogyakarta pada tanggal 1 Maret 1949 yang dipimpin oleh Letnan Kolonel suharto,
Komado Brigade 10 Daerah Wehrkereise III yang membawahi daerah Yogyakarta. Serangan umum pada
tanggal 1 Maret dilakukan serentak dari berbagai jurusan kota sehingga tentara Belanda sangat terkejut
dan tidak mampu menguasi keadaan. Mulai pukul 6.00 WIB hingga 12.00 WIB, TNI berhasil menguasai
Yogyakarta. TNI walaupun hanya enam jam menduduki kota Yogyakarta, seranganya mempunyai arti
yang sangat penting yaitu:

Meningkatkan moral rakyat dan TNI yang sedang berjuang

Mematahkan moral pasukan Belanda

Menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI mempunyai kekuatan untuk menyerang dan
menunjukan bahwa Indonesia masih ada atas eksis.

Dunia mengutuk agresi Belanda dan mendukung perjuangan bangsa Indonesia. Negara Indonesia Timur
dan Negara Pasundan sebagai negar boneka bentukan Belanda juga mengecam berlangsungnya Angresi
Militer Belanda II. Atas prakarsa Burma ( Myanmar) dan India maka terselenggaralah Konferensi Asia di
New Delhi, India pada tanggal 20-23 Januari 1949. konferensi dihadiri oleh beberapa negara Asia, Afrika
dan Ausralia menghasilkan resulusi mengenai masalah Indonesia yang kemudian disampaikan kepada
Dewan Keamanan PBB. Agresi Militer Belanda II juga mengundang reaksi dari PBB karena Belanda secara
terang-terangan melanggar Perjanjian Renville di depan Komisi Tiga Negara yang ditugaskkan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada tanggal 4 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resulusi
agar Republik Indonesia dan Belanda menghentikan permusuhan. Kegagalan Belanda dalam berbagai
pertempuran dan tekanan dari dunia Internasional, terutama Amerika Serikat memaksa Belanda
kembali ke meja perundingan.

e. Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI)


Rumah bersejarah di Bukittinggi sebagai Istana Negera kedua pada masa PDRI

Akibat agresi Militer Belanda II, Presiden dan Wakil Presiden beserta beberapa pejabat tinggi dapat
ditawan oleh Belanda. Namun, ketika masih berlangsung Agresi Militer Belanda II para pemimpin
republic tersebut sempat sempat bersidang dan menghasilkan tiga keputusan penting antara lain
sebagai berikut:

Pemberian kuasa penuh kepada Syarifudin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia (PDRI)

Kepada Marimis, L.N Palar, dan Dr. Sudarsono sedang berda di India agar membentuk pemerintahan RI
di pengasingan.

Presiden dan wakil Presiden RI memutuskkan tidak mengungsi, tetap tinggal di kota dengan
kemungkinann ditawan dan dekat dengan KTN.

Hasil keputusan sidang para pemimpin RI itu segera dikirim kepada Syarifuddin Prawiranegara di
Bukittinggi, Sumatera Barat yang ditandatangani oleh Presiden sukarno dan wakil Presiden Moh hatta.
Apabila tugas itu gagal agar segera dibentuk pemerintahan RI di pengasingan oleh tokoh Indonesia yang
ada di India, yaitu Marimis, L.N Palar, dan Dr. Sudarsono. Berita tersebut ternyata tidak pernah samapi
ke Bukittingi karena seluruh hubungan telepon keluar Yogyakarta telah diputus oleh Belanda.

Terbentuknya PDRI sendiri pada tanggal 19 Desember 1948 pada jam 18.00 WIB atas inisiatif Mr.
Syarifudin dan beberapa pemuka pemerintahan di Sumatera. Alasannya, mereka ikut meras
bertanggung jawab atas kelangsungan hidup republic Indonesia dan untuk keselamatan perjuangan.
Dengan terbentuknya PDRI, perjuangan masih tetap dilaksanakan dan dikoordinir melalaui peamncar
yang dilaksanakan oleh Angkatan Udara Republik Indonesia.

f. Perundingan Roem-Royen

Belanda terus-menerus mendapat tekanan dari dunia internasional, terutama Amerika Serikat sehingga
bersedia berunding dengan Indonesia. Perundingan antra Indonesia dan Belanda diawasi oleh komisi
PBB untuk Indonesia atau United Nations Commision fotr Indonesia (UNCI). Perundingan akan
diselenggarakan di Den Haag, Belanda yang disebut Konferensi Meja Bundar (KMB)

Sebelum itu, diadakan perundingan pendahuluan di Jakarta yang diselenggarakan pada tanggal 17 April
samapi dengan 7 Mei 1948. Perundingan yang dipimpin oleh Marle Cochran wakil Amerika serikat dalam
UNCI. Delegasi Indonesia yang diketuai oleh Moh. Roem dengan anggotanya Ali Sastro Amijoyo, Dr.
Leimena, Ir. Juanda, Prof. Supomo, dan Latuharhary. Bertindak sebagai penasihat adalah Sutan syahrir,
Ir.Laok, dan Moh Natsir. Delegasi Belanda diketuai oleh Dr. J.H. Van royen dengan anggota Bloom, Jacob,
dr. Van dr Vede, Dr. P.J Koets, Van Hoogstratendan Dr Gieben. Akhirnya pada tanggal 7 Mei 1949
tercapai Roem Royen Statement. Pernyataan pemerintah RI dibacakan oleh ketua delegasi Indonesia,
Moh Roem yang berisi, antara lain sebagai berikut :

Pemerintah Republik Indonesia akan mengeluarkan perintah penghentian perang gerilya

Pemerintah RI turut serta dalam konferensi meja bundar dengan tujuan mempercepat penyerahan
kedaulatan yang lengkap dan tidak bersyarat kepada Negara Republik Indonesia serikat.

Delegasi Belanda Kemudian membacakan pernyataan yang dibacakan oleh Dr. J.H Van Royen yang berisi
antara lain sebagai berikut:

Pemerintah Belanda setuju bahwa pemerintah Ri harus bebas dan leluasa melakukan kewajiban dalam
suatu daerah yang meliputi keprisidenanan Yogyakarta

Pemerintah Belanda membebaskan secara tidak bersyarat para pemimpin Republik Indonesia dan
Tahananpolitik lain yang ditawan sejak tanggal 19 Desember 1948.

Pemerintah Belanda setuju Republik Indonesia akan menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat

Konferensi meja Bundar akan diadakan secepatnya di Den Haag sesudah Republik Indonesia
dikembalikan di Yogyakarta.

Dengan tercapinya kesepakatan dalam prinsip-prinsip perundingan Roem-Royen, pemerintah Darurat


Republik Indonesia di Sumatera memerintahkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX untuk mengambil alih
memerintah Yogyakrta dari pihak Belanda. Pihak TNI masih menaruh kecurigaan terhadap hasil
persetujuan Roem-Royen, tetapi Panglima Besar Jenderal Sodierman memperingatkan seluruh komando
kesatuan agar tidak memikirkan maslah politik.

Pada tanggal 22 Juni 1949, diselenggarakan perundingan segitiga antar Republik Indonesia, BFO, dan
Belanda. Perundingan itu diawasi PBB yang dipimpin oleh Chritchley menghasilkan tiga keputusan yaitu:

Pengembalian Pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakrta yang dilaksanakan pada tanggal 24 Juni
1949.

Pemerintah menghentikan perang gerilya.

KMB akan diselenggarakn di Den Haag.

Pada tanggal 1 Juli 1949 pemerintah Republik Indonesia secara resmi kembali ke Yogyakrta disusul
dengan kedatangan para pemimpin Republik Indonesia dari medan gerilya. Panglima Jenderal
Soedirman tiba kembali di Yogyakrta tanggal 10 Juli 1949. Setelah pemerintah Republik Indonesia
kembali ke Yogyakrta, pada tanggal 13 Juli 1949 diselenggarakan sidang cabinet Republik Indonesia yang
pertama. Pada kesempatan itu Mr. Syafrudin Prawiranegara mengembalikan mandatnya kepada wakil
presiden, Moh.Hatta. dalam sidang cabinet juga diputuskan untuk mengangkat Sri Sultan Hamengku
Buwono IX menjadi Menteri Pertahanan merangkap Ketua Koordinator Keamanan. Tindak lanjut
Persetujuan Roem Royen adalah:

Seluruh tentara Belanda harus segera dilantik di Yogyakarta

Setelah kota Yogyakarta dikosongkan oleh tentara Belanda, pada tanggal 29 Juni 1949 TNI mulai
memasuki kota. Keluarnya tentara Belanda dan masuknya TNI diawasi oleh UNCI. Panglima Besatr
Jenderal Sudirman beserta para pejuang lainnya baru tiba di Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1949
dengan tandu.

Setelah kota Yogyakarta sepenuhnya dikuasai oleh TNI maka Presiden dan wakil Presiden RI beserta para
pemimpin lainnya pada tanggal 6 Juli 1949 kembali ke Yogyakarta dari Bangka.

Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera yang dipimpin oleh Syarifuddin
Prawiranegara menyerahkan kembali mandatnya kepada pemerintah pusat di Yogyakarta . penyerahan
terjadi pada tanggal 13 Juli 1949, saat berlangsungnya sidang kabinet.

g. Konferensi Inter-Indonesia

Untuk menghadapi Konferensi Meja Bundar (KMB), pemerintah Republik Indonesia perlu menyamakan
langkah BFO (Bijenkomst Voor Federal Overslag) Konferensi Inter Indonesia berlangsung di Yogyakarta
pada tanggal 19-22 Juli 1949 yang dipimpin oleh Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta dengan
keputusan:

Negara Indonesia serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS) yang berdasrkan
demokrasi dan federalisme.

RIS akan dipimpin oleh seorang presiden yang dibantu oleh menteri-menteri

RIS akan menerima kedaulatan, baik dari Republik Indonesia maupun dari Kerajaan Belanda.

Angkatan Perang RIS adalah angkatan perang nasional, Presiden RIS adalah Panglima Tertinggi Angkatan
Perang RIS

Pertahanan negara adalah semata-mata hak pemerintah RIS, negar-negra bagian tidak akan mempunyai
angkatan perang sendiri.

Sidang kedua Konferensi Inter Indonesia di selenggrakan di Jakarta pada tanggal 30 Juli dengan
keputusan:

Bendera RIS adalah Sang Merah Putih

Lagu kebangsaan Indonesia Raya

Bahasa resmi RIS adalah Bahsa Indonesia


Presiden RIS dipilih wakil RI dan BFO. Pengisian anggota MPRS diserahkan kepada kebijakan negara-
negara bagian yang jumlahnya enam belas negara. Kedua delegasi juga setuju untuk membentuk panitia
persiapan nasional yang bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan
Konferensi Meja Bundar.

h. Konferensi Meja Bundar ( KMB )

Setelah Indonesia berhasil menyelesaikan masalahnya sendiri dalam konferensi Inter-Indonesia, kini
bangsa Indonesia secara keseluruhan telah siap menghadapi Konferensi Meja Bundar (KMB). Sementara
itu pada bulan Agustus 1949, Presiden Soekarno sebagai Panglima Tertinggi di satu pihak dan Wakil
Tinggi Mahkota Belanda dipihak lain, mengumumkan pemberhentian tembak-menembak. Perintah itu
berlaku efektif mulai tanggal 11 Agustus 1949 untuk wilayah Jawa dan 15 Agustus 1949 untuk wilayah
Sumatera.pada tanggal 4 Agustus 1949 pemerintah Republik Indonesia menyusun delegasi untuk
menghadiri KMB yang terdiri dari Drs Moh.Hatta (Ketua), Mr. Moh.Roem, Prof. Dr. Soepomo,
dr.J.Leimena, Mr. Ali Sastroamidjoyo, Mr. Suyono Hadinoto, Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Abdul
Karim Pringgodigdo.

Konferensi Meja Bundar diselenggrakan di Den Haag, Belanda pada tanggal 23 Agustus sampai dengan
tanggal 2 November 1949. Delegasi Indonesia dipimpin Drs. Moh Hatta, BFO dipimpin oleh Sultan Hamid
II dari Pontianak KMB dan delegasi dari Belanda dipimpin oleh Mr. Van Marseveen. Dari PBB dipimpin
oleh Crittchlay.

Pada tanggal 2 November 1949 perundingan diakhiri dengan keputusan sebagai berikut :

Belanda mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai negara merdeka dan berdaulat

Penyelesaian soal Irian Bart ditangguhkan samapi tahun berikutnya

RIS sebagai negara erdaulat penuh kerjasama dengan Belanda dalam suatu perserikatan yang kepalai
oleh Ratu Belanda atas dasar sukarela dengan kedudukan dan hak yang sama.

RIS mengembalikan hak milik Belanda, memberikan hak konsensi, dan izin baru bagi perusahaan-
perusahaan.

Semua utang bekas Hindia Belanda harus di bayar oleh RIS.

i. Terbentuknya Republik Indonesia Serikat

Pada tanggal 29 Oktober 1949 dapat ditandatangani Piagam Persetujuan Konstitusi RIS. Piagam
persetujuan konferensi RIS antara Republik Indonesia dengan BFO. Hasil keputusan KMB diajukan
kepada Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Selanjutnya KNIP bersidang dari tanggal 6-14 Desember
1949 untuk membahas hasil-hasil itu. Pembahasan hasil KMB oleh pihak KNIP dilakukan melalui
pemungutan suara dengan KNIP menerima hasil KMB.
Salah satu keputusan KMB di Den Haag Belanda adalah Indonesia menjadi negara serikat dengan nama
Republik Indonesia serikat. Untuk menjadi RIS tersebut, KNIP dan DPR mengadakan sidang di Jakarta.
Sidang tersebut berhasil menyetujui naskah konstitusi untuk RIS yang dikenal sebagai UUD RIS. Pada
tanggal 16 Desember 1949 diadakan sidang pemilihan Presiden RIS di Gedung Kepatihan, Yogyakarta
oleh wakil dari enam belas negara bagian. Sidang itu dipimpin oleh Muh. Roem dan anak Agung Gede
Agung. pada tanggal 14 Desember 1949 para wakil pemerintah yang menjadi bagian dari RIS. Pada
tanggal 14 Desember 1949 diadakan pemilihan Presiden RIS dengan calon tunggal Ir. Soekarno.
Akhirnya, Ir. Soekarno terpilih sebagai presiden, kemudian dilantik dan diambil sumpahnya pada tanggal
17 Desember 1949. Tanggal 17 Desember 1949 diadakan upacara pelantikan Presiden RIS di Bangsal
Sitinggil, Keraton Yogyakarta. Drs Moh. Hatta menjadi perdana menteri yang akan memimpin kabinet
RIS. Berdasarkan UUD RIS maka DPR RIS terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan
Negara yang disebut senat. Kekuasaan pemerintahan dipegang oleh perdana menteri. Presiden hanya
mempunyai wewengang untuk mengesahkan hasil keputusan kabinet yang dipimpin oleh perdana
menteri.

Pengakuan Kedulatan

Pada tanggal 23 Desember 1949 delegasi RIS diketuai oleh Drs. Moh Hatta dengan anggota Sultan Hamid
Algadrie, Suyono Hadinoto, Dr. Suparmo, Dr. Kusumaatmaja dan Prof Dr. Supomo berangkat ke Belanda.
Pada tanggal 27 Desember 1949 pemerintah Belanda menyerahkan kedaulatan atas Indonesia kepada
Republik Indonesia Serikat. Di dua tempat:

Negeri Belanda

Ratu Juliana, Perdana Menteri Willem Dress, dan Menteri Seberang Lautan, A.M.J.M. Sassen
menyerahakan kedaulatan kepada pemimpin delegasi Indonesia (RIS), Drs. Moh. Hatta.

Jakarta

Wakil Tinggi Mahkota A.H.J Lovink menyerahkan kedaulatan kepada wakil pemerintah RIS., Sri Sultan
Hamengku Buwono IX. Bersama dengan itu, di Yogyakrta Presiden Sukarno menerima penyerahan
kedaulatan Republik Indonesia ke dalam RIS Pejabat Presiden Assaat. Dan tanggal 28 Desember 1949
pusat pemerintahan RIS dipindahkan lagi ke Jakarta. Sebulan kemudian, yaitu pada tanggal 29 Januari
1950, Jenderal Soedirman meninggal pada usia 32 tahun. Soedirman adalah pahlawan besar bagi TNI
dan rakyat Indonesia.

Peranan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)

PBB turut membantu dan berusaha menyelesaikan pertikaian persenjataan antara Indonesia dan
Belanda selama masa revolusi fisik (1945-1950). Pada tanggal 24 Januari 1949 Dewan Keamanan PBB
bersidang. Dalam sidang tersebut Amerika Serikat mengeluarkan resolusi yang disetujui oleh semua
negara anggota yaitu:

Membebaskan presiden dan wakil presiden serta pemimpin-pemimpin Republik Indonesia yang
ditangkap pada 19 Desember 1948.

Memerintahkan KTN agar memberikan laporan lengkap mengenai situasi di Indonesia sejak 19
Desember 1948.

Hasil keputusan lain yang berhasil dicapai oleh PBB diantaranya adalah :

Piagam pengakuan Kedaulatan ( 27 Desember 1949 )

Pembentukan RIS

Pembentukan Uni Indonesia-Belanda

Pembentukan tentara KNIL dan KL yang diintegrasikan ke dalam APRIS.

Piagam tentang kewarganegaraan

Persetujuan ekonomi keuangan

Masalah irian Barat akan dibicarakan setahun kemudian

Dengan pengakuan kedaulatan tanggal 27 Desember 1949, maka berakhirlah masa revolusi bersenjata
di Indonesia dan secara de jure pihak Belanda telah mengakui kemerdekaan Indonesia dalam bentuk
Negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Namun atas kesepakatn rakyat Indonesia maka pada tanggal 17
Agustus 1950, RIS dibubarkan dengan dibentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Selanjutnya pada tanggal 28 September 1950, Indonesia diterima menjadi anggota PBB yang ke 60. Hal
ini berarti bahwa kemerdekaan Indonesia secara resmi diakui oleh dunia Internasional.

Kembali Ke NKRI (Negara kesatuan Republik Indonesia )

Hasi persetujuan dalam KMB berakhir pada tanggal 2 November 1949 adalah dibentuknya satu negara
federal Indonesia yaitu Republik Indonesia Serikat (RIS). RIS terdiri dari Negara-negara bagian
diantaranya Republik Indonesia, Negara Sumatera Timur, Negara Sumatera Selatan, Negara Pasundan,
Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Indonesia Timurdan 9 satuan kenegaraan yang berdiri
sendiri yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Bangka, Belitung, Riau, Jawa Tengah.

Namun, dalam Kabinet RIS hanya dua orang yang mendukung sistem federal di Indonesia (yaitu Sultan
Hamid II dan Anak Agung Gede Agung), sisanya (seperti Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Arnold
Manuhutu, dan lain-lain) lebih mendukung sistem NKRI. Dengan demian, maka keinginan untuk
membubarkan RIS dan membentuk NKRI semakin kuat

Dasar pembentukan negara federal di Indonesia sangat lemah dan tidak didukung oleh suatu ikatan
ideology yang kuat, dengan tujuan kenegaraan yang tidak jelas dan tanpa dukungan rakyat banyak.
Eksistensinya sangat tergantung pada kekuatan militer Belanda yang terdiri dari Koninklijk Leger (KL)
atau tentara Kerajaan Belanda dan Koninklijk Nederland Indisch Leger (KNIL) atau Tentara Kerajaan
Hindia Belanda.

Pada tanggal 19 Mei 1950, diadakan persetujuan antara RIS dengan RI untuk mempersiapkan prosedur
pembentukan negara kesatuan. Pihak RIS diwakili oleh pPerdana Menteri Moh. Hatta dan pihak RI
diwakili oleh dr. Abdul Halim. Menurut persetujuan itu, Negar Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akan
dibentuk oleh RIS bersama-sama dengan RI di Yogyakrta. Untuk pelaksanaan dibentuk panitia gabungan
RIS dan RI yang bertugas merancang Undang-Undang Negara Kesatuan yang dipimpin oleh Prof.
Soepomo dan pada tanggal 20 Juli 1950 berhasil menyelesaikan tugasnya. Rancangan Undang-Undang
Negara Kesatuan diserahkan kepada dewan-dewan perwakilan negar bagian untuk disempurnakan.
Undang-Undang Negara Kesatuan Republik Indonesia mengandung unsur-unsur dari UUD 1945 dan UUD
RIS. Akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1950, rancangan Undang-Undang Dasar Negar Kesatuan Republik
Indonesia diterima dengan baik oleh senat dan parlemen RIS serta KNIP.

Pada tanggal 15 Agustus 1950, Presiden Soekarno menandatangani Rancangan Undang-Undang Dasar
menjadi Undang-Undang Dasar Sementara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia kemudian dikenal
dengan UUDS 1950. pada tanggal 17 Agustus 1950, dengan resmi RIS dibubarkan dan dibentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan menggunakan UUDS 1950 sebagai konstitusinya. Namun demikian,
sebagain besar rakyat Indonesia percaya bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia Serikat ini
merupakan kelanjutan dari Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945

Anda mungkin juga menyukai