Imunisasidasarbayi

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 63

IMUNISASI

DASAR PADA
BAYI

Dzul Istiqomah Hasyim, S..ST., M.Kes


Dosen Kebidanan UMPRI
“Setiap anak berhak memperoleh pelayanan
kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan
kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial.” (UU
no 23/2002)
Setiap anak berhak
memperoleh imunisasi dasar
sesuai dg ketentuan utk
mencegah terjadinya penyakit
yg dapat dihindari melalui
imunisasi (UU no 36/2009)

Pemerintah wajib
memberikan imunisasi
lengkap kepada
setiap bayi dan anak
(UU no 36/2009)
IMUNISASI

upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga
dapat mencegah / mengurangi
pengaruh infeksi organisme alami
atau "liar"

Vaksin adalah bahan antigenik yg


digunakan utk menghasilkan
kekebalan aktif
DEFINISI
 SUATU UPAYA UNTUK MENDAPATKAN
KEKEBALAN TERHADAP SUATU PENYAKIT
DGN CARA MEMASUKKAN KUMAN ATAU
BIBIT KUMAN YG TELAH DILEMAHKAN
ATAU DIMATIKAN (ANTIGEN) KE DALAM
TUBUH.
Mengapa imunisasi?
upaya pencegahan
paling cost
effective

selain dapat mencegah penyakit bagi


diri sendiri tetapi juga dapat
melindungi orang disekitarnya

Menggunakan vaksin
produksi dlm negeri sesuai
standar aman WHO
TUJUAN
 DENGAN MASUKNYA ANTIGEN TERSEBUT
AGAR TUBUH MEMILIKI KEKEBALAN
SPESIFIK TERHADAP PENYAKIT
TERTENTU YG BERBAHAYA DAN
MENGANCAM JIWA
Tujuan Program Imunisasi

Menurunkan kesakitan & kematian


akibat Penyakit-penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
MANFAAT IMUNISASI
 Imunisasi Hepatitis B untuk mencegah virus
Hepatitis B yang dapat menyerang dan merusak
hati, bila berlangsung sampai dewasa dapat
menjadi kanker hati.
 Imunisasi Polio untuk mencegah serangan virus
polio yang sapat menyebabkan kelumpuhan.
 Imunisasi BCG untuk mencegah tuberkulosis
paru, kelenjar, tulang dan radang otak yang bisa
menimbulkan kematian atau kecacatan.
 Imunisasi Campak untuk mencegah radang
paru, diare, dan radang otak karena virus
campak.
MANFAAT IMUNISASI
 Imunisasi DPT untuk mencegah 3 penyakit,
yaitu Difteri, Pertusis dan Tetanus.
Penyakit Difteri dapat menyebabkan
pembengkakan dan sumbatan jalan nafas,
serta mengeluarkan racun yang dapat
melumpuhkan otot jantung. Penyakit
Pertusis berat dapat menyebabkan infeksi
saluran nafas berat (pneumonia). Kuman
Tetanus mengeluarkan racun yang
menyerang syaraf otot tubuh, sehingga otot
menjadi kaku, sulit bergerak dan bernafas.
Penyakit yg Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I)
Polio Difteri Tetanus

Tuberculosis
Hepatitis B
Pertusis

Campak
ANAK DENGAN POLIO

11
ANAK DENGAN CAMPAK
13
Novembe
r 2013

12
13
Novembe
r 2013

ANAK DENGAN
pertusis
ANAK DENGAN TETANUS
13
Novemb
r 2013
ANAK DENGAN VARICELLA
13
Novembe
r 2013
ANAK DENGAN GONDONG
13
Novembe
r 2013
VAKSIN
 Saat ini telah ada beberapa jenis vaksin
yang telah disediakan oleh pemerintah
untuk imunisasi rutin, yaitu Hepatitis
B, Polio, BCG, DPT, Campak dan vaksin-
vaksin untuk jamaah haji (Meningitis).
Disamping itu, ada beberapa imunisasi
lain yang memang belum disediakan oleh
pemerintah.
JENIS VAKSIN

 DARI VAKSIN
BAKTERI/VIRUS
HIDUP VAKSIN MATI
YG DILEMAHKAN :
OPV (ORAL POLIO  DARI
VACCINE), CAMPAK, BAKTERI/VIRUS
MMR
(MUMPS,MEASLES YG SDH MATI.
 ,RUBELLA), CONTOH : DPT,
VARICELLA (CACAR HEPATITIS A,
AIR), BCG HEPATITIS B.
Jenis-jenis Vaksin
Vaksin Bakteri Vaksin Virus

• BCG •Campak
Vaksi • OPV
• Parotitis
n • Rubela • Yellow
Hidup • Varisela Fever

• Difteria • Meningo • Rabies


• Influenza
Vaksi • Tetanus • Pneumo • Hepatitis B
• IPV
n • Pertusis • Hib • Hepatitis A
Inaktif • Kolera • Typhoid Vi
Sejarah Imunisasi di Indonesia
Th. 1956  Imunisasi Cacar
Th. 1973  Imunisasi BCG
Th. 1974  Imunisasi TT pada ibu hamil
Th. 1976  Imunisasi DPT untuk bayi
Th. 1977  WHO mulai pelaksana program imunisasi sebagai
upaya Global (EPI-Expanded Program on Immunization)
Th. 1980  Imunisasi Polio
Th. 1982  Campak
Tn. 1990  Indonesia mencapai UCI Nasional
Th. 1997  Imunisasi Hepatitis.B
Th. 2004  Introduksi DPT/HB di 4 propinsi (Tahap I)
Tn. 2007  DPT/HB di seluruh Indonesia
Tn. 2007  Pilot Project IPV (Inactive Polio Vaccine) di
Provinsi DIY
Th. 2010  Imunisasi Td untuk penanggulangan KLB & BIAS Kelas II & III
Tn. 2013  Introduksi Vaksin Pentavalent (DPT/HB/Hib) di 4 Provinsi
Tahap I yaitu Jawa Barat, DIY, Bali dan NTB
JADWAL IMMUNISASI IDAI
Sasaran Imunisasi Berdasarkan Usia yang Diimunisasi
a. Imunisasi Rutin :
 Bayi (0-11 bln)
 Anak Batita (15-36 bln)
 Anak usia sekolah dasar (BIAS).
 Wanita usia subur (WUS): wanita berusia 15 – 39
 tahun, terrmasuk Ibu hamil (Bumil) dan Calon Pengantin (Catin)

b. Imunisasi Tambahan
 Bayi dan anak
- Kampaye, SubPIN, PIN
Heb B /
(HB) O
-BCG
-Polio
1 -DPT/HB/Hib 1
-Polio 2
-DPT/HB/Hib 2
-Polio 3
-DPT/HB/Hib 3 CAMPAK
-Polio 4

0-7 hr

1 Bulan

2 Bulan

3 Bulan
4 Bulan
9 Bulan
Pendekatannya:
- Imunisasi lanjutan - Melalui Posyandu
DPT/HB/Hib - Melalui PAUD
CAMPAK

18 Bulan

24 Bulan
Imunisasi Dasar Lengkap
& booster pertama

-DT - Td
-Campak

1 SD 2 SD 3 SD

BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH


DPT 1

DPT 2
Status TT1 s.d TT5 :
Dihitung Sejak Imunisasi
3 Dasar Pada Bayi
TAHUN
DT KLS 1 SD

5
TAHUN
Td KLS 2 SD

10
TT WUS

X
TAHUN
Td KLS 3 SD

25
Q & A IDAI
Adakah yang dapat menggantikan
imunisasi untuk memberikan
kekebalan spesifik terhadap penyakit
?
 Tidak ada satupun badan penelitian di dunia yang menyatakan
bahwa kekebalan akibat imunisasi dapat digantikan oleh zat
lain, termasuk ASI, nutrisi, maupun suplemen
herbal, karena kekebalan yang dibentuk sangat berbeda.
 ASI, nutrisi, suplemen herbal, maupun kebersihan  Pertahanan
tubuh secara umum,
 IMUNISASI  membentuk kekebalan spesifik terhadap kuman tertentu
yang berbahaya.
 Apabila jumlah kuman banyak dan ganas  perlindungan
umum tidak mampu melindungi bayi, sehingga masih dapat sakit berat,
cacat atau mati.
Q & A IDAI
 Vaksin akan merangsang pembentukan kekebalan
spesifik (antibodi) terhadap kuman, virus atau racun
kuman tertentu. Setelah antibodi terbentuk, vaksin
akan bekerja lebih cepat, efektif dan efisien untuk
mencegah penularan penyakit yang berbahaya.


Selain diberi imunisasi, bayi tetap diberi ASI
eksklusif, makanan pendamping ASI dengan nutrisi
lengkap dan seimbang, kebersihan badan dan
lingkungan. Suplemen diberikan sesuai kebutuhan
individual yang bervariasi. Selain itu bayi harus
mendapat perhatian dan kasih sayang serta stimulasi
bermain untuk mengembangkan kecerdasan,
kreatifitas dan perilaku yang baik.
Q & A IDAI

Benarkah bayi dan balita yang


tidak diimunisasi lengkap,
rawan tertular penyakit
berbahaya ?
Benar...
Banyak penelitian imunologi dan epidemiologi di
berbagai negara membuktikan bahwa bayi dan balita
yang tidak diimunisasi lengkap, tidak mempunyai
kekebalan spesifik yang optimal terhadap penyakit
menular berbahaya. Mereka mudah tertular penyakit
tersebut, dapat menderita sakit berat, menularkan ke
anak-anak lain, menyebar luas, terjadi
wabah, menyebabkan banyak kematian dan cacat.
RING OF VACCINATION
FAKT
A
 Wabah polio tahun 2005-2006 di Sukabumi karena banyak
bayi balita tidak diimunisasi polio, dalam beberapa bulan
virus polio menyebar cepat ke Banten, Lampung, Madura,
sampai Aceh, menyebabkan 385 anak lumpuh permanen.
 Wabah campak di Jawa Tengah dan Jawa Barat 2009-
2011 mengakibatkan 5818
anak di rawat di rumah sakit, 16
anak meninggal, terutama yang tidak diimunisasi
campak.
 Wabah difteri dari Jawa Timur 2009 – 2011 menyebar ke
Kalimantan Timur, Selatan, Tengah, Barat, DKI Jakarta,
menyebabkan 816 anak harus di rawat di rumah sakit, 54
meninggal, terutama yang imunisasinya belum lengkap atau
belum pernah imunisasi DPT.
 Sumber : IDAI & DEPKES
FAKT
A
 Wabah polio di beberapa propinsi tahun 2005-2006
telah berhasil dihentikan dengan imunisasi polio
rutin dan tambahan secara serentak pada semua
bayi/balita melalui beberapa kali Pekan Imunisasi
Polio Nasional.
 Wabah campak di beberapa propinsi tahun 2009-
2011 telah berhasil dihentikan dengan imunisasi
campak rutin dan tambahan pada semua bayi
balita 9 – 59 bulan di semua propinsi secara terus–
menerus.
 Wabah difteri di beberapa propinsi tahun 2009 –
2011 telah berhasil dihentikan dengan imunisasi
DPT rutin dan tambahan pada semua bayi balita di
beberapa propinsi.
 Sumber : IDAI & DEPKES
FAKT
A
 Badan penelitian di berbagai negara
membuktikan bahwa dengan meningkatkan
cakupan imunisasi, maka penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi berkurang
secara bermakna. Oleh karena itu saat ini
program imunisasi dilakukan terus menerus
di banyak negara. Semua negara berusaha
meningkatkan cakupan agar lebih dari 90%.
FAKT
A
 Di Indonesia, terjadi wabah polio
2005-2006 karena banyak bayi yang
tidak diimunisasi polio, maka
menyebabkan 385 anak lumpuh
permanen. Setelah digencarkan
imunisasi polio, sampai saat ini tidak
ada lagi kasus polio baru.
ISU ZAT BABI
Benarkah proses
pembuatan vaksin BERSINGGUNGAN dgn zat dari
Babi?
KANDUNGAN VAKSIN

 Kandungan Vaksin terdiri dari :


 Zat utama disebut ANTIGEN.
 Zat2 lain disebut ADITIF.
ANTIGEN
 Kandungan utama vaksin, berfungsi merangsang
sistem imun tubuh, agar tubuh kenal “Oh, si
antigen X ini sdh pernah datang nih”

 ANTIGEN ini dpt merupakan bakteri/virus yg


dilemahkan, mati total atau rekayasa genetika.
Setiap bakteri/virus punya antigen yg KHAS 
tubuh akan ingat SEUMUR HIDUP  Saat ada yg
menyerang, tubuh sudah kenal.  Dimusnahkan
sebelum jd penyakit

 Agar OPTIMAL, antigen harus dilengkapi dengan


ZAT ADITIF sehingga kualitas tetap terjaga.
CARA KERJA VAKSIN
ZAT ADITIF
 ZAT ADITIF , terdiri dari :
 ADJUVANTS
 PRESERVATIVES
 STABILIZER
ADJUVANT
 Fungsinya memaksimalkan respons sistem imun
tubuh.
 ANTIGEN+ADJUVANT dikenali jauh lbh cepat oleh
tubuh drpd ANTIGEN saja
 ADJUVANT yg paling sering digunakan: Garam
Aluminium.
 Dosis garam alum yg diizinkan 1.14 mg/dosis vaksin
(ketentuan FDA, Badan POM Amerika)
 Dosis yg diizinkan itu KECIL SEKALI dibanding
DOSIS YG DPT DITOLERANSI TUBUH
 Krn isunya berkembang terus, Mei 2000, FDA undang
ratusan ahli vaksin dr seluruh dunia. Baik yg
pro/kontra thd Alum  PENGGUNAAN GARAM
ALUMINIUM PADA VAKSIN DINYATAKAN AMAN
DAN EFEKTIF
PRESERVATIVES
 Fungsinya: mencegah tumbuhnya
bakteri/jamur selama proses
pembuatan Vaksin
 Tidak semua vaksin gunakan
PRESERVATIVES. Terutama digunakan di
kemasan vaksin multidosis. Utk cegah
pertumbuhan mikroorganisme.
 Saat ini, hanya ada 4 jenis PRESERVATIVES
yg diizinkan digunakan. Yg paling terkenal
THIMEROSAL (turunan merkuri).
PRESERVATIVES
 Thimerosal  bahan merkuri yang digunakan sebagai
pengawet berbagai macam vaksin terutama yang digunakan
secara berulang atau split dose/multidose.
 Merkuri yang terdapat dalam Thimerosal (ethyl merkuri)
berbeda dengan metil merkuri yang diasosiasikan sebagai
material yang bereaksi toxic pada manusia.
 Kekhawatiran penggunaan thimerosal  akumulasi
pengguna merkuri dari jenis vaksin yang berbeda.
 Sebagai pengawet batas ambang penggunaan thimerosal
yang diperbolehkan adalah 0.003%-0.01% dan dalam HB
VAX hanya mengandung 0.005%, jumlah yang sangat kecil
sekali dan sangat aman.
 Vaksin yang mengandung thimerosal sudah digunakan lebih
dari 60 tahun diseluruh dunia, membantu menyelamatkan
berjuta-juta anak dari ancaman penyakit yang berbahaya
tanpa adanya laporan efek samping yang serius dari
thimerosal tersebut.
PRESERVATIVES

Isu aman tidaknya Thimerosal ini
mulai awal 1990 di negara-negara
Barat. Beberapa ahli menduga:
merkuri sebabkan autisme &
ADHD
 Seperti biasa, kalau ada isu, ahli-ahli

dari SELURUH DUNIA kumpul.


Diskusi ilmiah. Adu data. Tanpa
prasangka, apalagi teori konspirasi
KOMPOSISI VAKSIN
 BCG : thimerosal free
 DPT & DT : yang diproduksi oleh BioFarma masih
ada thimerosalnya 25 ug. Tetract Hib Aventis
(gabungan DPT dengan Hib) masih ada
thimerosal < 0,5 ug. DTPa Infanrix (Glaxo Smith
Klaine/GSK) thimerosal free. Begitu juga dengan
DTPa Tripacel Aventis thimerosal free. Harga
sekitar 300-400 ribu
 Polio : thimerosal free
 Hepatitis : Engerix-B-nya Glaxo/GSK thimerosal
free, sedangkan Euvax-nya Aventis trace 0,05
ug/dosis
 Hib : Hiberix & Act Hib thimerosal free
 Thiperix : thimerosal free
KOMPOSISI VAKSIN
 Influenza:
 Fluvirin yang masih menggunakan preservatif dari Novartis Vaccines and Diagnostics Ltd, konsentrasi thimerosalnya 0,01%
(kandungan merkurinya 25 µg/0,5 mL dosis). Novartis sendiri telah mengeluarkan Fluvirin yang bebas preservatif (dengan
kandungan merkuri <1µg Hg/0,5mL dosis);
 Afluria keluaran CSL Limited, konsentrasi thimerosalnya 0,01% (multidosis) atau kandungan merkurinya 24,5 µg/0,5 mL
(multidosis);
 Fluzone keluaran Sanofi Pasteur Inc., konsentrasi thimerosalnya 0,01% atau kandungan merkurinya 25 µg/0,5 mL dosis (catatan:
Sanofi Pasteur Inc sudah mengeluarkan Fluzone yang bebas thimerosal);
 Fluarix keluaran GlaxoSmithKline Biologicals, konsentrasi thimerosal < 0,0004% atau kandungan merkurinya < 1 µg/0,5 ml dosis;
 FluLaval keluaran ID Biomedical Corporation of Quebec, konsentrasi thimerosalnya 0,01% atau kandungan merkurinya 25 µg/0,5
ml dosis.
 DTaP (difteri-tetanus-aselular pertusis): Tripedia keluaran Sanofi Pasteur Inc., konsentrasi thimerosal ≤
0,00012% atau kandungan merkurinya ≤ 0,3 µg/0,5 mL dosis.
 DT (difteri-tetanus) keluaran Sanofi Pasteur Inc., konsentrasi thimerosal < 0,00012% (dosis tungal) atau
kandungan merkurinya < 0,3 µg/0,5mL dosis. Untuk DT keluaran Sanofi Pasteur Ltd., konsentrasi
thimerosalnya 0,01% atau kandungan merkurinya 25 µg/0,5 mL dosis.
 Td (tetanus-difteri) keluaran Mass Public Health, konsentrasi thimerosal 0,0033% atau kandungan merkurinya
8,3 µg/0,5 mL dosis; Decavac keluaran Sanofi Pasteur Inc., konsentrasi thimerosalnya ≤ 0,00012% atau
kandungan merkurinya ≤ 0,3 µg/0,5 ml dosis.
 TT (tetanus) keluaran Sanofi Pasteur, Inc., konsentrasi thimerosalnya 0,01% atau kandungan merkurinya
25 µg/0,5 mL dosis.
 HepA/HepB: Twinrix keluaran GlaxoSmithKline Biologicals, konsentrasi thimerosalnya < 0,0002% atau
kandungan merkurinya < 1 µg/1mL dosis.
 Japanese Encephalitis: JE-VAX keluaran Research Foundation for Microbial Diseases of Osaka
University, konsentrasi thimerosalnya 0,007% atau kandungan merkurinya 35 µg/1,0mL dosis atau 17,5 µg/0,5
mL dosis.
 Meningokokus: Menomune A, C, AC dan A/C/Y/W-135 keluaran Sanofi Pasteur Inc., konsentrasi
thimerosal 0,01% (multidosis) atau kandungan merkurinya 25 µg/0,5 dosis. Yang dosis tunggal bebas
thimerosal.
STABILIZER

Fungsi STABILIZER: menstabilkan vaksin saat
berada pd kondisi ekstrem, misal. panas. Dosis yg
digunakan AMAT KECIL: < 10 mikrogram.

 Jenis STABILIZERS: gula (sukrosa &


laktosa), asam amino (glisin, asam glutamat) atau
protein (albumin, gelatin)

 Isu STABILIZERS: penggunaan stabilizer jenis


protein (terutama gelatin) sebabkan reaksi
alergi. Fakta: kejadiannya amat sangat jarang.
LAIN-
LAIN
 Selain ANTIGEN & ZAT ADITIF,
terkadang VAKSIN memiliki residu yg
timbul selama proses pembuatan.

 Residu berupa: formaldehid, antibiotik,


partikel2 mikroorganisme. Namanya
jg residu, kadarnya amat kecil,
bahkan sering tak terdeteksi
PROSES PEMBUATAN VAKSIN
TAHAPAN PRODUKSI VAKSIN
TAHAPAN PROSES PRODUKSI
VAKSIN
 Tahapannya: bibit vaksin -> fermentasi ->
panen
-> inaktivasi -> purifikasi -> ultrafiltrasi -
> formulasi/kemasan

 Saat proses kultur substrat utk


menumbuhkan bibit BEBERAPA (tak semua)
vaksin, diperlukan penggunaan enzim,
namanya TRIPSIN.
TAHAPAN PROSES PRODUKSI
VAKSIN
 Reaksi kimia takkan mungkin berjalan
tanpa bantuan TRIPSIN. Akibatnya proses
produksi vaksin pasti gagal tanpa Tripsin.

 Saat ini, SATU-SATUNYA Tripsin yg bisa


digunakan utk proses ini bersumber dari
organ pankreas babi. Di sini letak
perdebatannya.
TAHAPAN PROSES PRODUKSI
VAKSIN
 Proses produksi vaksin Ada
ULTRAFILTRASI. Di sini secara kimiawi,
unsur tripsin babi td HILANG krn DISARING
sedemikian kecilnya dgn NANOPARTIKEL

 Pendapat lain: sekali bersinggungan dgn


unsur dr babi, ya seterusnya akan tetap
babi. Lalu bagaimana?
VAKSIN HALAL ?
 Soal ini, sudah ada Fatwa Ulama
seluruh dunia, termasuk negara2 Arab.
Apa kata ahlinya?

 Ulama: Vaksin tetap HALAL. Krn


tanpa vaksin, byk penyakit
infeksi
MEMATIKAN. Manfaat lbh besar dr mudharat.
Ingat pula ULTRAFILTRASI tadi.
VAKSIN HALAL ?

 Ulama: vaksin HALAL krn pengganti Tripsin


babi BELUM ADA. Ulama terus anjurkan
TEMUKAN Tripsin non-babi. Tetapi Tidak
mudah.

 Tak semua vaksin gunakan Tripsin Babi. Yg


gunakan antara lain: Vaksin Rotavirus (diare),
beberapa vaksin Flu, dan OPV (Oral Polio
Vaccine)
PRODUKSI VAKSIN DI
INDONESIA
 Di Indonesia Vaksin diproduksi oleh PT.Bio
farma (Persero) yang berlokasi di
Bandung.

 Dari pihak PT Bio Farma (Persero) sendiri


menekankan ada beberapa hal yang
perlu diklarifikasi, yaitu:
KLARIFIKASI PT. BIOFARMA
 1. Tripsin bukan bahan pembuat vaksin, tapi untuk
harvest sel (panen) yang digunakan untuk media
virus. Tripsin merupakan bahan untuk
melepaskan sel dari tempat merekatnya virus
pada media virus.
2.Tripsin kemudian dibuang dan ada proses
pencucian, dan kemudian pelarutan dengan air
dalam jumlah yang sangat besar.
3. Pada produk final tidak ditemukan unsur
tripsin.
KLARIFIKASI PT. BIOFARMA
 "Untuk vaksin lainnya kita tidak menggunakan
tripsin seperti polio. Dengan demikian, bisa
dijelaskan vaksin adalah suatu medikasi yang
sifatnya urgent, bukan pilihan seperti
makanan," (dr Novilia Sjafri
Bachtiar, M.Kes, Kepala Bagian Evaluasi Produk
PT Bio Farma (Persero))
Sebagai informasi, sejak tahun 1997 sampai saat
ini, PT Bio Farma pun telah mengekspor
produknya ke 120 negara, termasuk 36 negara
dengan penduduk mayoritas beragama Islam
seperti Iran, Pakistan, Malaysia, Mesir dan negara
lainnya seperti India, Thailand, Afrika Selatan dan
lainnya.
KLARIFIKASI PT. BIOFARMA
 Di dalam negeri pengawasan dilakukan oleh badan
POM dan untuk ekspor dilakukan penilaian
kualitas dan mutu vaksin oleh World Health
Organization (WHO).

"Perihal kehalalan vaksin dipertanyakan sejak


tereksposnya penggunaan tripsin (enzim babi) pada
vaksin polio. Untuk itu sudah ada fatwa MUI bahwa
penggunaan vaksin OPV (Oral Polio Vaccine) maupun
IPV (Inactivated Poliovirus Vaccines atau vaksin polio
khusus) diperbolehkan, bisa dilihat pada website
MUI," lanjut dr Novilia.
KLARIFIKASI PT. BIOFARMA
 Pembuatan semua vaksin di Indonesia
sendiri dilakukan oleh PT Bio Farma
(Persero). Kelima vaksin dasar lengkap yakni
Hepatitis B, Imunisasi BCG, Polio, Imunisasi
DPT, Imunisasi Campak juga dibuat Bio Farma
dan sudah dibolehkan Majelis Ulama
Indonesia (MUI).
vaksin memiliki profil keamanan yg sangat baik.
Sdh terbukti manfaatnya. Jangan ragu.

 SEMUA VAKSIN YG ADA DI INDONESIA


SUDAH DINYATAKAN HALAL OLEH MUI.
KESIMPULAN
 Imunisasi adalah hak anak.
 Imunisasi adalah untuk kepentingan anak.
 Imunisasi merupakan upaya paling efektif
mencegah dan memutuskan rantai
penularan penyakit berbahaya.
 Imunisasi tidak hanya berguna untuk diri
sendiri tetapi juga berguna bagi orang
lain disekitarnya.
 TDK ADA TEORI KONSPIRASI,
BARAT/YAHUDI ingin singkirkan ORANG
ISLAM. Nyatanya, mereka divaksin
SARAN

 Mari kita cegah penularan penyakit,


wabah, sakit berat, cacat dan
kematian bayi dan balita dengan
imunisasi dasar lengkap, untuk
membangun generasi muda
Indonesia yang sehat dan sejahtera
FOR YOUR KINDLY ATTENTION

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai