Anestesi Epidural

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

Referat

Anestesi Epidural
Della Vega Nisha Ayuna, S. Ked

Preseptor:
dr. Fahrurrazi, M.Kes, Sp.An, KIC

BAGIAN/SMF ILMU ANESTESIOLOGI DAN TERAPI


INTENSIF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
ACEH UTARA
2022
01.

PENDAHULUAN
Anestesi regional adalah adalah
anestesi pada sebagian tubuh,
Anestesi berasal dari bahasa Yunani, keadaan bebas nyeri sebagian
an- yang berarti “tanpa” dan aisthēsi, tubuh tanpa kehilangan
yang berarti sensasi.
kesadaran.
Anestesi epidural merupakan salah satu dari jenis
Anestesi merupakan suatu tindakan menghilangkan blok neuroaksial yang dapat dilakukan oleh seorang
rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai dokter anestesi. Penggunaan teknik blockade epidural
prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada dapat dilakukan di lumbal maupun torakal yang
tubuh dapat berperan sebagai anestesi maupun analgesi,
serta dapat dipergunakan secara tunggal maupun
kombinasi dengan anestesi spinal atau anestesi umum
02.

Tinjauan Pustaka
Anestesi Regional

Regional anastesi terdiri dari Sub Arachnoid Block (SAB),Combined Subarachnoid-


Epidural (CSE), Epidural block (EB) dan Block Gangglion/Saraf Perifer. Anestesi
regional merupakan suatu metode yang lebih bersifat sebagai analgesik. Anestesi
regional hanya menghilangkan nyeri tetapi pasien tetap dalam keadaan sadar.
Jenis Anestesi Regional digolongkan sebagai berikut:

1. . Anestesi Spinal
Penyuntikan anestesi lokal ke dalam ruang subaraknoid disegmen lumbal 3-4 atau
lumbal 4-5. Untuk mencapai ruang subaraknoid, jarum spinal menembus kulit subkutan
lalu menembus ligamentum supraspinosum, ligamen interspinosum, ligamentum flavum,
ruang epidural, durameter, dan ruang subaraknoid. Tanda dicapainya ruang
subaraknoid adalah dengan keluarnya liquor cerebrospinalis (LCS).
Teknik anestesi ini popular karena sederhana, efektif, aman terhadap sistem saraf, konsentrasi obat dalam
plasma yang tidak berbahaya serta mempunyai analgesi yang kuat namun pasien masih tetap sadar, relaksasi
otot cukup, perdarahan luka operasi lebih sedikit, aspirasi dengan lambung penuh lebih kecil, pemulihan
saluran cerna lebih cepat
2. Anestesi Epidural
• Anestesi yang menempatkan obat di ruang epidural (peridural, ekstradural).
• Anestetik lokal di ruang epidural bekerja langsung pada saraf spinal yang terletak di
bagian lateral. Onset kerja anestesi epidural lebih lambat dibanding anestesi spinal.
Kualitas blokade sensoris dan motoriknya lebih lemah.

3. Anestesi Kaudal
• Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural, karena kanalis kaudalis
adalah kepanjangan dari ruang epidural dan obat ditempatkan di ruang kaudal melalui
hiatus sakralis.
• Teknik ini biasanya dilakukan pada pasien anakanak karena bentuk anatominya yang
lebih mudah ditemukan dibandingkan daerah sekitar perineum dan anorektal
Anestesi Epidural

Anestesi epidural ialah blokade


saraf dengan menempatkan obat
di ruang epidural yang berada di
antara ligamentum flavum dan
duramater.
Indikasi Anestesi Epidural

A. Indikasi umum
1. Untuk anestesi saja, di mana operasi tidak dipertimbangkan. Sebuah anestesi epidural untuk menghilangkan nyeri
(misalnya pada persalinan)
2. Sebagai tambahan untuk anestesi umum. Hal ini dapat mengurangi kebutuhan pasien akan analgesik opioid.
3. Sebagai teknik tunggal untuk anestesi bedah.
4. Untuk analgesia post-operasi.
5. Untuk perawatan sakit punggung. Injeksi dari analgesik dan steroid ke dalam ruang epidural dapat menggurangi
beberapa bentuk sakit punggung.
6. Untuk mengurangi rasa sakit kronis atau peringanan gejala dalam perawatan terminal, biasanya dalam jangka
waktu pendek atau menengah.
B. Indikasi khusus
1. Pembedahan daerah panggul dan lutut
Anestesi epidural untuk pembedahan daerah panggul dan lutut dapat mengurangi insiden trombosis
vena. Perdarahan juga minimal
2. Revaskularisasi ekstremitas bawah
3. Persalinan
Pada proses persalinan yang sulit, apabila dilakukan dengan teknik anestesi epidural dapat menyebabkan
stress peripartum berkurang. (berhub dg katekolamin)
4. Post-operatif manajemen
Pasien dengan gangguan cadangan paru, misalnya PPOK menunjukkan maintenance fungsi paru lebih bagus
dengan teknik anestesi epidural dibandingkan dengan general anestesi. Pasien juga lebih kooperatif dan lebih
cepat dipindahkan dari recovery room.
Teknik Anestesi Epidural

Untuk mengenal ruang epidural


digunakan banyak teknik.

Namun, yang paling populer


adalah teknik hilangnya
resistensi“loss of resistance”
dan teknik tetes tergantung
“hanging drop”.
a. Teknik hilangnya resistensi (loss of resistance):
Teknik ini menggunakan semprit plastik rendah resistensi yang diisi oleh udara atau NaCl
sebanyak ± 3ml. Setelah diberikan anestetik lokal pada tempat suntikan, jarum epidural ditusuk
sedalam 1-2 cm. Kemudian udara atau NaCl disuntikkan perlahan-lahan secara terputus-putus
(intermiten) sambil mendorong jarum epidural sampai terasa menembus jaringan keras
(ligamentum flavum) yang disusul oleh hilangnya resistensi. Setelah yakin ujung jarum berada
dalam ruang epidural, lakukan uji dosis (test dose).
b. Teknik tetes tergantung (hanging drop):
Persiapan sama seperti teknik hilangnya resistensi, tetapi pada teknik ini hanya
menggunakan jarum epidural yang diisi NaCl sampai terlihat ada tetes NaCl yang menggantung.
Dengan mendorong jarum epidural perlahan-lahan secara lembut sampai terasa menembus
jaringan keras yang kemudian disusul oleh tersedotnya tetes NaCl ke ruang epidural. Setelah yakin
ujung jarum berada di ruang epidural,dilakukan uji dosis (test dose).
Uji dosis (test dose)
Uji dosis anesteti lokal untuk epidural dosis tunggal dilakukan setelah ujung jarum diyakini berada
dalam ruang epidural dan untuk dosis berulang (kontinyu) melalui kateter. Masukkan anestetik lokal 3 ml
yang sudah bercampur adrenalin 1:200.000.
a. Tak ada efek setelah beberapa menit, kemungkinan besar letak jarum atau kateter benar
b. Terjadi blokade spinal, menunjukkan obat masuk ke ruang subarakhnoid karena terlalu dalam.

c. Terjadi peningkatan laju nadi sampai 20-30%, kemungkinan obat masuk vena epidural
Cara penyuntikan
Setelah yakin posisi jarum atau kateter benar, suntikkan obat anesteti lokal secara
bertahap setiap 3-5 menit sebanyak 3-5 ml sampai tercapai dosis total. Suntikan terlalu cepat
menyebabkan tekanan dalam ruang epidural mendadak tinggi, sehingga menimbulkan
peninggian tekanan intrakranial, nyeri kepala, dan gangguan sirkulasi pembuluh darah
epidural.

Dosis maksimal dewasa muda sehat 1,6 ml/segmen yang tentunya bergantung pada
konsentrasi obat. Pada manula dan neonatus dosis dikurangi sampai 50% dan pada wanita
hamil dikurangi sampai 30% akibat pengaruh hormon dan mengecilnya ruang epidural
akibat ramainya vaskularisasi darah dalam ruang epidural.
Uji keberhasilan epidural
Keberhasilan analgesia epidural:
a. Blok simpatis: diketahui dari perubahan suhu
b. Blok sensorik: diketahui dari uji tusuk jarum
c. Blok motorik: diketahui dari skala Bromage

Skala Bromage untuk blok motorik

Skala Blok Melipat Lutut Melipat Kaki


Bromage 0 Blok tak ada ++ ++
Bromage 1 Blok parsial + ++
Bromage 2 Blok hampir lengkap - +

Bromage 3 Blok lengkap - -


Obat Anestesi Epidural

1. Anestesi lokal

Pilihan obat anestetik lokal untuk anestesi epidural ditentukan berdasarkan keinginan efek klinis, baik
yang digunakan sebagai anestesi primer maupun untuk tambahan pada anestesi umum atau analgesi

Umumnya digunakan agen anestesi lokal untuk pembedahan yang bekerja pendek sampai sedang
termasuk lidokain, kloroprokain, dan mepivakain. Sedangkan yang termasuk agen anestesi lokal dengan
kerja lama adalah bupivakain, levobupivakain, dan ropivakain
Tabel 2.3 Konsentrasi obat dan
onset.

Obat Konsentrasi Lama anestesi dengan epinefrin


(menit)
Khloroprokain 2–3 % 60
Lidokain 1,5 % 60 – 90
Mepivakain 1,5 % 90 – 120
Bupivakain 0,5 % > 180
Etidokain 1,0 % > 150
2. Epinefrin.
Penambahan epinefrin (5 mg/ml) kedalam anestesi lokal yang disuntikkan kedalam
ruang epidural tidak hanya memperpanjang efeknya dengan cara menekan absorbsi,
menurunkan konsentrasi obat dalam darah, dan juga mengurangi keracunan sitemik.

3. Tes Dosis

Tes dosis selalu diperlukan, hal ini terdiri dari 3 ml anestesi lokal dari konsentrasi yang
sama untuk anestesi spinal mengandung 5 mg epinefrin (lidokain 1,5% dan epinefrin
1:200.000). Bila jarum atau kateter masuk kedalam vena epidural mengakibatkan
peningkatan denyut jantung 20 denyut per menit atau leih besar dalam dua menit. Jika
jarum atau kateter terletak diruang epidural, hal tersebut tidak terjadi dan tidak ada
perubahan tekanan darah atau denyut jantung.
4. Dosis anestesi
Volume larutan anestetik yang tepat untuk anestesi epidural lumbal berkisar dari 15 – 25 ml. Studi pada
sukarelawan muda menunjukkan kebutuhan rata-rata adala 1,6 ml per segemen spinal yang di anestesi.
Pada ruang epidural thorakal yang sempit kurang lebih dibutuhkan setengahnya.

5. Opioid
Dibandingkan dengan spinal opioid, epidural opioid menghasilkan efek yang hampir sama dan dibutuhkan
perhatian yang sama, karena jumlah yang lebih besar. Opioid mempunyai kerja sinergis dengan anestesi lokal
yaitu mempertinggi efektivitas konsentrasi yang kecil dari obat anestesik lokal.
Penempatan Kateter

Kateter epidural digunakan untuk injeksi ulang anestesi lokal pada operasi yang lama dan
pemberian analgesia post operasi.

1. Kateter radiopaq ukuran 20 disusupkan melalui jarum epidural, ketika bevel diposisikan
kearah cephalad. Jika kateter berisi stylet kawat, harus ditarik kembali1-2 cm untuk
menurunkan insiden parestesia dan pungsi dural atau vena.
2. Kateter dimasukkan 2-5 cm ke dalam ruang epidural. Pasien dapat mengalami parasthesia
yang tiba-tiba dan biasanya terjadi dalam waktu yang singkat. Jika kateter tertahan,
kateter harus direposisikan. Jika kateter harus ditarik kembali, maka kateter dan jarum
dikeluarkan bersama-sama.
3. Jarak dari permukaan belakang pasien diberi tanda pada pengukuran kateter.

4. Jarum ditarik kembali secara hati-hati melalui kateter dan jarak dari bagian belakang pasien
yang diberi tanda pada kateter diukur lagi. Jika kateter telah masuk, kateter ditarik kembali 2-
3 cm dari ruang epidural.

5. Bila kateter sudah sesuai kemudian dihubungkan dengan spoit. Aspirasi dapat dilakukan
untuk mengecek adanya darah atau cairan serebrospinal, dan kemudian kateter diplester
dengan kuat pada bagian belakang pasien dengan ukuran yang besar, bersihkan dan diperkuat
dengan pembalutan.
Komplikasi
Komplikasi anestesi epidural terbagi menjadi komplikasi intra operatif dan post-operatif
1. Intra operatif
a) Pungsi dural
b) Komplikasi kateter (Kegagalan pemasanagan, terinsersi masuk PD, rusak & terikat diruang
epidural)
c) Injeksi subarachnoid yang tidak disengaja
d) Injeksi intravaskuler anestesi lokal kedalam vena epidural (cardiopulmanry arrest)
e) Overdosis anestesi lokal
f) Kerusakan spinal cord
g) Perdarahan perforasi pada vena oleh jarum
Komplikasi

2. Post-Operasi

a) Sakit kepala post pungsi dural.

b) Infeksi Abses epidural (kontaminasi saat insersi)

c) Hematoma epidural
Thank you!

Anda mungkin juga menyukai