Patofisiologi Kasus Kebidanan 2
Patofisiologi Kasus Kebidanan 2
Patofisiologi Kasus Kebidanan 2
KASUS
KEBIDANAN
– Patofisiolologi : akibat muntah terus menerus cadangan karbohidrat , lemak akan habis
terpakai untuk keperluan energi, oksidasi lemak yang tak sempurna timbul ketosis .
2. Tingkat II : tampak lemah, apatis, turgor berkurang , lidah kering & kotor ,
nadi kecil &cepat, suhu meningkat sedikit, mata sedikit ikterus(tanda
kerusakan hati),cekung, hemokonsentrasi, oliguria, konstipasi , pernafasan
bau aceton , ditemukan ceton pada urin
3. Tingkat III : keadaan umum lebih berat lagi , muntah2 berhenti, kesadaran
menurun dari somnolen -> koma, nadi kecil & cepat, suhu meningkat, tensi
turun,ikterus karena payah hati , dapat terjadi komplikasi pada SSP yang
disebut Ensefalopati Wernicke : nistagmus, diplopia, perubahan mental
Penanganan hiperemesis gravidarum
• meliputi :
– pencegahan,
– mengurangi muntah ,
– koreksi dehidrasi dan ketidak seimbangan cairan dan elektrolit ,
– pemberian vitamin
– pemberian kalori yang adekwat untuk mempertahankan nutrisi.
Pre eklampsia dan Eklampsia
– Preeklampsia
– adalah suatu penyakit dengan tanda – tanda : hipertensi, edema dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan
– Umumnya timbul pada triwulan ketiga kehamilan
– Jarang sekali menyebabkan kematian ibu
– Tanda dan gejala :
– Bertambahnya berat badan yang berlebihan diikuti edema hipertensi dan
akhirnya proteinuria
– Tekanan darah meningkat secara drastis > 140/90 mmhg
– Proteinuria 5 gr atau lebih dalam 24 jam , atau (+) 3 – 4 pada pemeriksaan
kualitatif
– Oliguria : < 400 ml dalam 24 jam
– Keluhan serebral : gangguan penglihatan,
– Edema : Pembengkakan pada pergelangan kaki, tangan, dan wajah, paru ,
sianosis
– Keluhan subyektif : sakit kepala daerah frontal, skotoma , diplopia,
penglihatan kabur,nyeri epigastrium, mual, muntah
– Sakit pinggang
– Karena perubahan sikap badan pada kehamilan lanjut ,
melonggarnya sendi – sendi panggul akibat pengaruh hormon –
hormon kehamilan
– Terapi diringankan dengan istirhat , pemakaian korset dan
analgetika
– Varises
– Dipengaruhi faktor keturunan, berdiri lama, usia , hormonal( progesteron),
bendungan dalam panggul
– Terapi : tidak boleh memakai pakaian yang sempit atau menekan , Tak boleh
lama bekerja sambil berdiri,
– Waktu istirahat kaki ditinggikan dan sebaiknya menggunakan kaos kaki
panjang dari elastik
– Haemorroid
– Pelebaran vena- vena di anus
– Dapat bertambah besar dalam masa kehamilankarena ada bendungan darah
didalam rongga panggul
– Terapi : suppositoria haemoroidalis
– Sakit kepala
– Sukar menentukan penyebabnya, Biasanya timbul pada usia hamil
muda ,Hilang atau berkurang pada pertengahan hilang
– Sakit kepala pada usia triwulan terakhir merupakan gejala preeklampsia berat
– Oedema
– Sering pada kaki dan tungkai bawah
– Dapat karena toxemia gravidarum, tekanan rahim yang besar pada vena-vena
panggul,
– Terapi : kaki ditinggikan kalau tidur ,
– Sesak nafas :
– Karena rahim membesarmendesak diafragma keatas
– Terapi : tidur dengan bantal tinggi
– Fluor albus : keputihan
– Normal bertambah dan tanpa keluhan, Bila sangat banyak , timbul rasa gatal /
eczema sekitar kemaluan harus cari penyebab
– Fluor seperti nanah : gonoccocus
– Fluor putih berbuih : trichomonas vaginalis
– Fluor dengan gumpalan putih/kuning dan gatal yang sangat : candida
albicans
– Terapi ditujukan pada penyebabnya
Kelainan dalam lamanya kehamilan
1. Abortus spontanea
Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa
tindakan, dalam hal ini dibedakan sebagai berikut:
– Abortus imminens, Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam
uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks
– Abortus insipiens, Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus
– Abortus inkomplitus , Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam uterus
– Abortus komplitus, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
a. Missed abortion : Kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa
ada pengeluaran selama lebih dari4 minggu atau lebih (beberapa buku 8
minggu)
b. Abortus habitualis : adalah abortus spontan yang terjadi berturut-turut
tiga kali atau lebih. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil,
namun kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu, dan umumnya
disebabkan karena kelainan anatomic uterus, atau kelainan factor
imunologi.
c. Abortus servicalis : keluarnya konsepsi dihalangi oleh osteum uteri
eksternum yang tidak membuka sehingga semua terkumpul didalam
canalis servikalis , servix menjadi besar dengan dinding yang tipis
d. Abortus infekttiosus , abortus septik Tindakan pengakhiran kehamilan
dikarenakan sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya
dilakukan oleh dukun, atau awam). Bahaya terbesar adalah kematuan ibu
Komplikasi abortus
– Perdarahan
– Harus segera diatasi karena dapat menimbulkan kematian
– Perforasi
– Perforasi uterus akibat kerokan / curetage , teruama pada
posisi uterus hiperretrofleksi
– Infeksi
– Syok
– Bisa terjadi karena perdarahan -> syok hemoragik
– Karena infeksi berat -> syok endoseptik
Penyebab Abortus
• KELAINAN AMNION
• Hidramnion : cairan amnion > 2000 ml
• Oligohidramnion : cairan amnion hanya sedikit sekali , kental dan keruh
PERDARAHAN ANTEPARTUM
– perdarahan pada kehamilan muda disebut : keguguran atau
abortus
– Perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan ante
partum ( setelah kehamilan usia 28 minggu )
– Biasanya perdarahan lebih banyak dan lebih berbahaya
– Pada umumnya bersumber pada kelainan plasenta
– Klasifikasi perdarahan ante partum yaitu :
– Plasenta previa
– Solusio plasenta ( abrupsio plasentae)
– Perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya ( misal ruptura sinus marginalis ,
plasenta letak rendah , kelainan servix dsb)
Antepartum haemorrhage
– Merupakan perdarahan yang terjadi selama kehamilan
– Secara khusus perdarahan antepartum merupakan suatu perdarahan uterus
dari tempat diatas serviks sebelum melahirkan merupakan suatu hal yang
sangat mengkhawatirkan.
– Perdarahan dapat disebabkan oleh robeknya sebagian plasenta yang
melekat di dekat kanalis servikalis yang disebut plasenta previa.
– Perdarahan juga dapat berasal dari robeknya plasenta dari tempat
implantasi sebelum waktunya yang disebut solusio plasenta.
– Meskipun sangat jarang perdarahan juga dapat terjadi akibat insersi
velamentosa tali pusat disertai ruptur dan perdarahan dari pembuluh darah
janin pada saat pecahnya selaput ketuban yang disebut vasa previa.
– Plasenta previa
– Plasenta yang letaknya abnormal : pada segmen bawah uterus ,
sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir
– Plasenta previa totalis : seluruh permukaan tertutup oleh jaringan
plasenta
– Plasenta previa lateralis : sebagian pembukaan tertutup jaringan
plasenta
– Plasenta previa marginalis : pinggir plsenta berada tepat pada pinggir
pembukaan
– Plasenta letak rendah : plasenta letak abnormal pada segmen bawah
uterus
– Gambaran klinik :
– perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri
– Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa,
– Perdarahan pertama biasanya tidak banyak , perdarahan berikutnya
selalu lebih banyak dari pada perdarahan sebelumnya .
– Turunnya bagian terbawah janin kedalam pintu atas panggul akan
terhalang
– Nasib janin tergantung banyaknya perdarahan dan tuanya kehamilan
– Setelah janin dilahirkan , plasenta tidak selalu mudah dilahirkan
karena sering mengadakan perlekatan erat pada dinding uterus
– Diagnosis :
– Anamnesa , pemeriksaan luar , pemeriksaan in spekulo , USG
transvaginal , radiografi
SOLUSIO PLASENTAE
– Ialah terlepasnya plasenta yang letaknya normal
pada korpus uteri sebelum lahirnya janin
– Biasanya terjadi pada triwulan ketiga
– Solusio plasenta totalis
– Solusio plasenta marginalis
– Berdasarkan gejala klinis dan derajat
terlepasnya plasenta dibagi menjadi :
– Solusio plasenta ringan
– Solusio plasenta sedang
– Solusio plasenta berat
– Patologi : Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang
membentuk hematom pada desidua sehingga plasenta terdesak dan akhirnya
terlepas
– Komplikasi solusio plasenta : Perdarahan , Kelainan pembekuan darah , karena
hipofibrinogenemia atau afibrinogenemia , Oliguria , Gawat janin , Payah ginjal
Penyakit lain
– Adalah bila plasenta belum lahir setengah jam sesudah anak lahir
– Patofisiologi : Retensio plasenta dalam rahim akan mengganggu kontraksi dan
retraksi, menyebabkan sinus-sinus darah tetap terbuka, dan menimbulkan HPP.
Begitu bagian plasenta terlepas dari dinding uterus, perdarahan akan terjadi di
daerah itu.
– Bagian plasenta yang masih melekat merintangi retraksi miometri um dan
perdarahan berlangsung terus sampai sisa organ tersebut terlepas serta
dikeluarkan.
– Diagnosa : Pada pemeriksaan luar: fundus/korpus ikut tertarik apabila tali pusat
ditarik., Pada pemeriksaan dalam: sulit ditentukan tepi plasenta karena implantasi
yang dalam.
– Terapi :
– manual plasenta
– Histerektomi.
Inversio uteri
– Pada inversion uteri bagian atas uterus memasuki kavum uteri, hingga
fundus uteri sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri.trjadi tiba-
tiba dalam kala III/ segera setelah plasenta keluar
– Jarang ditemukan
– Menurut perkembangannya inversion uteri dibagi yaitu;
1. Fundus uteri menonjol kedalam kavum uteri, tetapi belum keluar dari ruang
tersebut.
2. Korpus uteri yang terbalik sudah masuk kedalam vagina.
3. Uterus dengan vagina, semuanya terbalik, sebagian besar terletak diluar
vagina.
– Inversio uteri bisa terjadi spontan/ sebagai akibat tindakan.
– Diagnosis tidak sukar dibuat . pemeriksaan dalam dapat menunjukkan
tumor yang lunak diatas servik uteri/ didalam vagina,
– Terapi : reposisi pervaginam , pembedahan laparatomi
terimakasih