0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
32 tayangan
SEJARAH
Rakyat Indonesia bereaksi terhadap proklamasi kemerdekaan dengan spontan membentuk Komite van Aksi dan menyatakan dukungan terhadap pemerintah Republik Indonesia, termasuk Sultan Hamengkubuwono IX di Yogyakarta. Ribuan orang berkumpul di lapangan Ikada untuk mendengarkan pidato Soekarno yang menegaskan komitmen mempertahankan kemerdekaan.
Unduh sebagai PPTX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
32 tayangan
SEJARAH
Rakyat Indonesia bereaksi terhadap proklamasi kemerdekaan dengan spontan membentuk Komite van Aksi dan menyatakan dukungan terhadap pemerintah Republik Indonesia, termasuk Sultan Hamengkubuwono IX di Yogyakarta. Ribuan orang berkumpul di lapangan Ikada untuk mendengarkan pidato Soekarno yang menegaskan komitmen mempertahankan kemerdekaan.
Unduh sebagai PPTX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 9
EUFORIA RAKYAT TERHADAP
PROKLAMASI KEMERDEKAAN
Nama : Yolanda Lintang Marita
No. : 35 Kelas : XI TJKT I Komite Van Aksi Saat kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, seluruh rakyat Indonesia menunjukkan dua reaksi. Reaksi yang pertama bersifat langsung dan spontan, sementara reaksi yang kedua, rakyat Indonesia bereaksi dengan melucuti senjata pasukan Jepang dan mengambil alih aset Jepang. Rakyat Indonesia pada saat itu secara langsung dan spontan membentuk Commite van Actie atau Komite van Aksi. Komite ini didirikan oleh Sukarni dan Adam Malik pada tanggal 2 September 1945. Komite van Aksi berisi utusan laskar perjuangan yang terdiri dari berbagai organisasi, seperti Angkatan Pemuda Indonesia (API), Barisan Rakyat Indonesia (BARA), dan Barisan Buruh Indonesia (BBI). Dukungan Pemimpin Karesidenan Pada bulan yang sama, beberapa keresidenan di Jawa menyambut proklamasi kemerdekaan Indonesia. Mereka menyatakan diri menjadi bagian dari pemerintahan Republik Indonesia. Mereka juga mengancam akan melakukan tindakan yang tegas dan keras bila ada yang menentang pemerintah Republik Indonesia. Para pegawai Jepang yang waktu itu masih ada di karesidenan juga dirumahkan dan dilarang masuk ke kantor-kantor mereka. Pernyataan Sultan Hamengkubuwono IX Hal yang sama juga terjadi Yogyakarta. Pada tanggal 5 September 1945, secara spontan, Sultan Hamengkubuwono IX menyatakan bahwa Yogyakarta bergabung dengan Republik Indonesia. Sultan mengeluarkan juga mengeluarkan beberapa pernyataan sebagai berikut:
1. Bahwa Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat yang
bersifat kerajaan adalah Daerah Istimewa dari Negara Republik Indonesia. 2. Bahwa kami sebagai kepala daerah memegang segala kekuasaan dalam negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dan oleh karena itu, berhubungan dengan keadaan pada dewasa ini, segala urusan pemerintahan dalam negeri Ngayogyakarta Hadiningrat mulai saat ini berada di tangan kami dan kekuasaan-kekuasaan lainnya kami pegang seluruhnya.
3. Bahwa hubungan antara negeri Ngayogyakarta
Hadiningrat dengan pemerintah pusat negara Republik Indonesia bersifat langsung dan kami bertanggung jawab atas negeri kami langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Pelopor Lapangan Ikada Empat belas hari setelah Sultan Hamengkubuwono IX menyatakan Yogyakarta bergabung dengan negara Republik Indonesia, ada suatu peristiwa besar yang terjadi di Jakarta. Pada saat itu, ribuan rakyat Indonesia berkumpul di lapangan Ikada (Ikatan Atlantik Djakarta) untuk mengadakan rapat akbar. Rapat akbar tersebut diadakan untuk memperingati satu bulan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sekaligus sebagai bentuk protes dan perlawanan rakyat Indonesia atas rencana Jepang yang berniat menyerahkan kekuasaannya di Indonesia ke Sekutu (sebagai pengakuan atas kekalahan Jepang di Perang Dunia II). Sementara itu, para tokoh pergerakan kita pada masa itu juga mendengar kalau Belanda memang berniat untuk kembali ke Indonesia untuk menguasai Indonesia lagi. Oleh karena itulah, Komite van Aksi membuat rapat akbar di lapangan Ikada. Para pemuda dari Asrama Menteng 31 menjadi penggerak utama rapat akbar tersebut. Mereka ditugaskan oleh Komite Nasional Kota Besar Jakarta untuk menyebarkan berita mengenai rapat akbar tersebut ke rakyat Republik Indonesia. Sedangkan para pemuda dari Asrama Prapatan 10 ditugaskan untuk membujuk para petinggi pemerintah Republik Indonesia untuk mau berpidato di lapangan Ikada. Tujuan dan Suasana Lapangan Ikada Tujuan dari rapat akbar di lapangan Ikada adalah agar pemimpin Republik Indonesia bisa berbicara langsung di hadapan rakyat Indonesia, agar semangat kemerdekaan tetap membara. Rapat akbar ini juga bertujuan untuk menunjukkan ke dunia kalau bangsa Indonesia meraih kemerdekaan atas perjuangannya sendiri, bukan karena pemberian dari Jepang. Suasana rapat akbar di lapangan Ikada waktu itu sangat menegangkan karena pasukan Jepang datang dengan senjata lengkap. Sekalipun demikian, masih banyak rakyat Indonesia yang datang ke rapat akbar tersebut. Hingga akhirnya, sekitar jam tiga sore, Presiden Soekarno datang ke lapangan Ikada dan menyampaikan sebuah pidato singkat. Inti dari pidato tersebut ada empat, yaitu:
1. Menegaskan kalau bangsa Indonesia
memproklamirkan kemerdekaannya dan akan terus mempertahankan kemerdekaan tersebut. 2. Meminta dukungan dan kepercayaan rakyat ke pemerintah Republik Indonesia. 3. Menuntut rakyat untuk mematuhi kebijakan- kebijakan pemerintah dengan disiplin. 4. Memerintahkan rakyat untuk membubarkan diri dengan tertib dan tenang untuk menghindari pertumpahan darah.