146 - 20230111015753 - Organ Reproduksi, Perilaku Seksual Dan Reproduksi

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

Organ Reproduksi

PERTEMUAN 13
HORMON SEKS
 Hormon seks adalah hormon steroid, dg 4 cincin
karbon, dan steroid merupakan turunan kolesterol.

Hormon seks : androgen, estrogen dan


progesteron, adalah steroid khusus yang
sebagian besar disekresi oleh gonad dan
sebagian kecil disekresi oleh kelenjar adrenal

 Cara hormon seks mempengaruhi neuron:


1. Melekat pada membran reseptor
2. Masuk ke dalam sel mengaktifkan protein
ttt di dalam sitoplasma
3. Melekat pd kromosom utk mengaktifkan/
menginaktifkangen-gen ttt.
Pengaruh hormon seks pada otak
Di dalam otak hormon seks meningkatkan
atau menurunkan laju apoptosis. Sehingga
beberapa area otak pria lebih besar
daripada wanita dan sebaliknya
Ada 3 gen pada kromosom Y (pria) yang
hanya aktivasi pada otak pria, satu gen
pada kromosom X yang hanya aktivasi
pada otak wanita.
Pengaruh hormon seks yang mengatur
Sebagian besar terjadi pada tahap sensitif
perkembangan, pada manusia terjadi jauh sebelum
dilahirkan saat pembentukan kelamin 3-4 bl
kehamilan dan akan menentukan apakah otak dan
tubuh berkembang menjadi pria atau wanita
Pada awal kehidupan hormon mengeluarkan
pengaruh yang bersifat sementara ketika sedang
mengatur perkembangan tubuh.
Selama masa puber hormon dapat menimbulkan
struktur yang bertahan lama dan menimbulkan
pengaruh yang bersifat mengatur
Pengaruh hormon seks yang mengaktivasi
Dapat terjadi kapan saja sepanjang hidup, ketika
sebuah hormon mengaktivasi respon tertentu.
Kadar testosteron atau estradiol mengeluarkan
pengaruh yang mengaktivasi sehingga mengubah
perilaku secara sementara pada setiap saat daam hidup
Perilaku dapat mempengaruhi sekresi hormon
Hormon mengubah aktivitas yang beragam di otak
untuk mengubah cara otak merespon beragam
stimulus.
Hormon juga mengbah sensitivitas penis, vagina dan
serviks
Perbedaan seks pada gonad
Diferensiasi seksual dimulai pada tahap kromosom.
 Laki-laki (X,Y), perempuan (X,X).
 Saat masa pranatal pria maupun wanita memiliki satu
rangkaian duktus Mullerian, satu rangkaian duktus Wolffian
dengan sepasang gonad primitif (2 testis atau 2 ovarium).
 Di dalam kromosom Y terdapat gen penentu seks yang
menyebabkan gonad primitif berkembang menjadi testis
(penghasil sperma) dan memproduksi testosteron yang
menyebabkan duktus Wolffian berkembang menjadi
vesikula seminalis & vas deferens. Testosteron juga
memicu perkembangan penis dan scrotum.
 Hormon penghambat Mullerian mengakibatkan degenerasi
duktus Mullerian.
 Pada wanita yang tidak terpapar testosteron tinggi, duktus
Mulleriannya akan berkembang menjadi ovarium, oviduk,
uterus dan vagina, pada perempuan duktus Wolffian akan
mengalami degenerasi
Organ reproduksi wanita
Organ reproduksi interna
Ovarium / indung telur tempat pembentukan &
pematangan folikel menjadi ovum, terjadinya ovulasi
dan sintesis & sekresi hormon steroid seks
(estrogen,progesteron)
Oviduct / tuba falopii menggerakan ovum dari
ovarium ke uterus, tempat fertilisasi
Uterus/ rahim  fungsional siklus menstruasi,
implantasi embrio, perkembangan janin, mendorong
janin keluar saat melahirkan.
Serviks/ leher rahim
Vagina
Perilaku seksual pada wanita
Perilaku seksual tidak selalu berhubungan dengan perilaku reproduksi
karena perilaku reproduksi berkaitan dengan perkembang biakan dan
membuahkan keturunan, tetapi perilaku reproduksi memerlukan
perilaku seksual.
Perilaku birahi pada wanita dipengaruhi oleh hormon estrogen
(oestrus = birahi).
Estrogen pertama kali diproduksi saat terjadi menarche / menstruasi
pertama kali (umur 9-17 th).
Estrogen berperan penting dalam penampilan ciri fisik wanita :
penumpukan lemak, kehalusan kulit, pembesaran payudara &
panggul.
Progesteron berperan dalam memfasilitasi sel telur agar dapat dibuahi
dan dapat bertahan dalam rahim, mempertebal dinding rahim u/
memberi tempat yang nyaman, hangat dan makanan yang cukup.
Melalui pusat pengaturan suhu di hipotalamus progesteron memicu
meningkatnya suhu sbg pertanda terjadinya ovulasi & mendorong
perilaku seksual untuk memfasilitasi proses reproduksi.
Regulasi hormonal pada aktivitas ovarium
Ovarium terjadi dalam siklus, dalam 1 bulan
ada ovum yang dimatangkan oleh ovarium kiri
satu bulan berikutnya oleh ovarium kanan.
Siklus ovarium dipandu oleh hipotalamus-
hipofisis anterior.
GnRH secara berdenyut disekresi selama
beberapa menit dengan interval1-3 jam
sehinggga terjadi sekresi FSH & LH secara
pulsatif. Pelepasan hormon yang pulsatif ini
diatur oleh nukleus arkuata di mediobasal
hipotalamus.
Pada siklus ovarium lanjut saat endometrium
dalam fase iskhemik, menyiapkan diri untuk
menstruasi kadar estrogen sangat rendah akan
memberikan UB- yang merangsang
hipotalamus meningkatkan keluaran GnRH dan
hipofisis meningkatkan keluaran FSH & LH.
FSH &LH  pertumbuhan folikel  estrogen UB+,
estrogen meningkat, hari ke 12 siklus mencapai puncak sekresi
estrogen  FSH & LH naik, LH naik sangat krusial dan
memicu ovulasi sel telur matang keluar dari ovarium
tingginya FSH &LH  meningkatkan sekresi progesteron &
estrogen oleh korpus luteum (folikel yg telah mengeluarkan sel
telurnya) naiknya kadar estrogen & progesteron memberi
inhibisi (UB-) pada FSH &LH.
Pada seperempat siklus awal menstruasi estrogen & progesteron
berada pada kadar puncak FSH & LH turun. Bila tidak terjadi
pembuahan, rendahnya FSH & LH membuat korpus luteum
regresi estrogen & progesteron turun  menstruasi.
Secara bertahap estrogen & progesteron yg rendah menginhibisi
GnRHmenstimulasi FSH dan LH untuk mengaktifkan siklus
ovarium berikutnya.
Penyakit, malnutrisi, stress berat, krisis emosi akan mempengaruhi siklus ovarium
melalui hipotalamus, penurunan estrogen mempuat amenorrhoe sekunder
 Jika
terjadi fertilisasi, maka hormon estrogen dan
progesteron akan meningkat selama masa
kehamilan. Estrogen dan progesteron yang tinggi
meningkatkan kenaikan secara fluktuatif reseptor
serotonin 3 (5HT3) yang menimbulkan rasa mual.

 Perubahan hormon selama siklus menstruasi


mengubah ketertarikan seksual wanita. Pada
periode periovulatori (wkt tjd ovulasi)
mempengaruhi preferensi wanita untuk memilih
pria yang terlihat dan berperilaku lebih maskulin.

 Sebelum menstruasi perempuan mengalami


kegelisahan, mudah tersinggung dan depresi
sebuah kondisi yang disebut Sindrom
Premenstruasi (PMS) atau gangguan predisporik
gangguan prementruasi.
Organ reproduksi pria
Perilaku seksual pria
Perilaku birahi pada pria dipengaruhi oleh hormon testosteron,
yang diproduksi secara terus menerus setiap hari tanpa siklus.
Testosteron berfungsi mematangkan spermatozoa, yang
dimulai sejak pubertas.
Tanda pubertas pria : tumbuhnya bulu-bulu pada badan,
kumis, suara berat, otot menonjol keras. Bukti bahwa telah
terjadi pematangan sperma adalah : mimpi basah
Pacu sensorik indera mendorong birahi, impuls ini akan
diteruskan ke hipotalamus, hipofisis u/ mempengaruhi
perilaku seksual.
Pada pria ditemukan estrogen dalam jumlah kecil.
Ereksi dan ejakulasi juga dipengaruhi oleh hormon oksitosin.
Kerja testosteron dan regulasinya
Terstosteron merupakan bentuk steroid yang berbahan baku
kolesterol.
Ada 2 kategori kerja testosteron :
1. Untuk proses pematangan sperma (spermatogenesis) organ
reproduksi
2. Membuat ciri karakteristik laki=laki, termasuk anabolik protein
(badan kekar)
Testosteron dalam mempengaruhi kerjanya ketika masa janin yang
menentukan bayi akan berkelamin laki-laki dan terjadinya desensus
testis.
Ketika masa pubertas kadar testosteron mulai meningkat secara
nyata mempengaruhi perkembangan organ seksual sekunder ,
kelenjar seksual tambahan, karakteristik kelamin laki-laki dan
mengaktifkan pusat otak mengatur aktifitas seksual serta mencapai
puncaknya di usia 20 tahun.
Regulasi hormonal fungsi testis
FSH merangsang sel sertoli dan mendorong terjadinya
spermatogenesis, LH merangsang sel leydig mensekresi
testosteron.
Sintesis dan sekresi tertosteron melalui kendali umpan
balik negatif dibawah kontrol hipotalamus (GnRH) dan
pituitari (hipofisis) anterior (FSH dan LH).
Testosteron yang meningkat akan menghambat GnRH
dan menurunkan LH sehingga testosteron akan
menurun sampai kadar ekulibrium. Bila terjadi reduksi
testosteron berlebihan akan membuat respon
kebalikannya dg hal diatas.
Stress dan penyakit akan menurunkan produksi
testosteron
Fungsi spermatogenesis dibawah kendali FSH dan LH.
FSH merangsang sel sertoli mensekresi ABP (Androgen
Binding Protein) yang akan mengikat testosteron untuk
melaksanakan fungsinya.
Sel sertoli juga mengeluarkan inhibin yang bekerja pada
pituitari untuk mengatur pelepasan FSH melalui UB
negatif. Inhibin dapat menghambat produksi sperma.
Pada orang dewasa produksi testosteron yang stabil
diperlukan untuk :
1. Mempertahankan spermatogenesis dan fu/ sekresi epididimis-
prostat-vesikula.
2. Meningkatkan aktifitas anabolik & kekuatan otot & tulang
3. Meningkatkan produksi sel darah merah dlm sum-sum tlg.
4. Meningkatkan libido dan agresi normal
Spermatogenesis
Spermatogenesis dan oogenesis
Abnormalitas sekresi testes
Hipogonadisme  testosteron berkurang
Eunuchodisme
Suatu keadaan dimana testis tidak ada atau sel leydig tidak
cukup menghasilkan sejak masa kanak-kanak, androgen tidak
ada. Laki-laki menjadi cenderung feminin, otot dan
rangkanya sperti perempuan, tinggi dan kaki lebih panjang.
Perkembangan seksual lebih dini
 Pubertas praecox, testosteron tinggi dalam darah kelamin
sekunder menonjol, pertumbuhan otot &tulang lebih cepat
dan epifisis menutup lebih awal, terjadi gambaran Boy
hercules.
Sekresi testosteron yang berlebihan pada laki-laki akan
merangsang perilaku agreasif yang abnormal.
Perilaku terkait identitas gender dan
perilaku beda gender

Identitas gender adalah bagaimana kita


mengidentifikasi diri kita secara seksual dan
bagaimana kita memberikan label pada diri kita
sendiri.
Perbedaan biologis antara pria dan wanita
seringkali dianggap perbedaan kelamin.
Perbedaan gender adalah perbedaan yang
diakibatkan oleh pemikiran individu yang
menganggap dirinya pria dan wanita.
Sebagian orang menerima identitas gender sesuai
dengan tampilan eksternal yang mereka miliki dan
umumnya cara mereka dibesarkan.
Faktor biologis, terutama hormon-hormon pranatal
mungkin berperan penting.
INTERSEKS / pseudohermafrodit
 Sejumlah individu tidak dpt dikategorikan sbg pria atau
wanita tapi berada di keduanya (ambigu)  interseks /
pseudohermafrodit
 Pria XY memiliki gen yang termutasi sehingga alat
kelamin tidak berkembang. Wanita dengan kelamin XX
tetapi memiliki 1 ovarium dan 1 testis atau 2 pasang
testis atau campuran antara jaringan testis dan ovarium
di tiap sisi tubuh.
 Sebagian lain mengembangkan tampilan luar antara
pria dan wanita akibat pola hormon yang tidak biasa.
Paparan testosteron dpt memas- kulinisasi sebagian
atau kadar testosteron yang rendah pada pria dapat
mengembangkan penampilan wanita pada pria.
Penyebab umum kondisi ini adalah hiperplasia
adrenal kongenital (CAH)  perkembangan
kelenjar adrenal yang berlebihan dari lahir. Terjadi
p’kemb. kelenjar adrenal sejak lahir.
Feminisasi testikular
Individu dengan kromosom XY memiliki tampilan
wanita disebabkan karena ketidak sensitifan
androgen atau feminisasi testis.
Androgen yang dihasilkan normal tetapi tidak
memiliki reseptor androgen yang berfungsi untuk
mengaktifkan gen di dalam inti sel. Shg sel-sel tidak
sensitif dan seolah-olah kadar androgen dan hormon-
hormon yang terkait rendah.
Efeknya bervariasi, mulai dari memiliki ukuran
penis yang lebih kecil dari normal sampai tampilan
kelamin seperti wanita normal tanpa rambut pubis.
Selamat belajar semoga sukses

Anda mungkin juga menyukai