Otonomi Daerah1

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

OTONOMI DAERAH

Kelompok 6:
1. Juberto sinaga
2. Sangap Tarigan
3. Anusa Anjani
4. Daniel Tarigan
5. Andreas Tarigan
Pengertian Otonomi Daerah

Latar Belakang Otonomi Daerah

Tujuan Otonomi Daerah

Prinsip Otonomi Daerah

Perkkembangan UU Otonomi Daearah Di Indonesia

Memahami Otonomi Daerah dan Demokratisasi, dan


Implementasi Otonomi Daerah
1.Pengertian Otonomi Daerah
Otonomi daerah adalah sistem pemerintahan yang memberikan kekuasaan dan kewenangan
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan serta pembangunan di
wilayahnya sendiri. Otonomi daerah bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada daerah untuk
mengelola sumber daya dan memenuhi kebutuhan lokal sesuai dengan karakteristik, kepentingan,
dan potensi daerah masing-masing.
Pemberian otonomi kepada daerah bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada pemerintahan
daerah untuk lebih efektif dalam merespons dan memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, serta
mengelola sumber daya dan masalah yang ada di wilayah mereka.
1.Latar Belakang Otonomi Daerah
Latar belakang otonomi daerah dapat ditemukan dalam beberapa faktor dan peristiwa yang
mempengaruhi kebijakan ini
1. Era Reformasi: Pada akhir tahun 1990-an, Indonesia mengalami gerakan reformasi yang bertujuan
untuk menggulingkan rezim Orde Baru yang diperintah oleh Presiden Soeharto. Gerakan ini
menuntut perubahan sistem politik yang lebih demokratis dan partisipatif. Salah satu tuntutan
penting dalam gerakan ini adalah pemberian otonomi kepada daerah.
2. Konflik Daerah: Konflik di beberapa wilayah Indonesia, seperti Aceh, Maluku, Papua, dan
wilayah lainnya, menunjukkan adanya ketidakpuasan dan ketegangan antara pemerintah pusat dan
daerah-daerah tersebut. Otonomi daerah diharapkan dapat mengatasi ketegangan politik dan sosial
yang timbul dari konflik tersebut, serta memenuhi aspirasi lokal.
3. Pemerataan Pembangunan: Sebelum era otonomi daerah, terdapat ketidakseimbangan dalam
pembangunan antara wilayah yang lebih maju dan wilayah yang tertinggal di Indonesia. Otonomi
daerah diharapkan dapat mendorong pemerataan pembangunan dengan memberikan kekuasaan
kepada pemerintah daerah dalam merencanakan dan melaksanakan kebijakan pembangunan sesuai
dengan kebutuhan setempat.

4. Desentralisasi Pemerintahan: Otonomi daerah merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan
desentralisasi pemerintahan di Indonesia. Sebelumnya, pemerintah pusat memiliki kendali yang kuat
atas seluruh aspek pemerintahan di wilayah Indonesia. Dengan memberikan otonomi kepada daerah,
pemerintah daerah memiliki lebih banyak kewenangan dan tanggung jawab dalam mengurus urusan
pemerintahan di wilayahnya sendiri.

Latar belakang otonomi daerah ini menjadi dasar untuk implementasi kebijakan otonomi daerah di
Indonesia, yang diatur dalam perundang-undangan yang relevan dan bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan publik, mempercepat pembangunan daerah, serta meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pengambilan keputusan.
3.Tujuan Otonomi Daerah
1. Peningkatan Pelayanan Publik: Otonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan
aksesibilitas pelayanan publik bagi masyarakat. Dengan pemerintah daerah yang lebih dekat dengan
kebutuhan dan keinginan masyarakat setempat, diharapkan pelayanan publik dapat lebih responsif,
efisien, dan efektif.
2. Pemberdayaan Daerah: Otonomi daerah memberikan pemerintah daerah otoritas dan tanggung
jawab dalam mengelola sumber daya alam, keuangan, dan pengembangan ekonomi di wilayahnya.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian daerah dan memaksimalkan potensi lokal untuk
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
3 .Pemerataan Pembangunan: Otonomi daerah diharapkan dapat mengurangi kesenjangan
pembangunan antara wilayah yang lebih maju dan wilayah yang tertinggal. Dengan pemberian
wewenang kepada pemerintah daerah, diharapkan kebijakan dan program pembangunan dapat lebih
disesuaikan de ngan karakteristik dan kebutuhan setempat.
4. Partisipasi Masyarakat: Otonomi daerah mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam
pengambilan keputusan. Dengan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi kebijakan di tingkat daerah, diharapkan keputusan yang diambil lebih mencerminkan
aspirasi dan kepentingan masyarakat setempat.

5. Stabilitas dan Keamanan Daerah: Otonomi daerah dapat menjadi alat untuk mengatasi konflik dan
ketegangan politik di beberapa wilayah. Dengan memberikan pemerintah daerah kewenangan dalam
mengelola urusan pemerintahan, diharapkan dapat mengurangi ketegangan antara pemerintah pusat
dan daerah serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
3. Prinsip Otonomi Daerah
 1. Prinsip otonomi seluas-luasnya Prinsip ini menyatakan bahwa pemerintah daerah diberi
kewenangan seluas-luasnya untuk menjalankan pemerintahan dalam memajukan daerah. Namun,
tetap berlandaskan pada aturan dan undang undang yang berlaku.
 2. Prinsip otonomi nyata Artinya, kekuasaan dan wewenang pemerintah daerah tidak hanya akan
berakhir pada ide atau fungsi partisipasi. Namun diberi wewenang yang memiliki dampak nyata
dan bisa dirasakan.
 3. Prinsip otonomi yang bertanggung jawab Prinsip ini menyatakan bahwa dalam
penyelenggaraan otonomi, pemerintah daerah harus bertanggung jawab pada wewenang yang
telah diberikan. Tanggung jawab yang diemban untuk memajukan kesejahteraan masyarakat
daerah secara merata.
4. Perkembangan UU Otonomi Daerah Di Indonesia

Undang-Undang (UU) Otonomi Daerah di Indonesia mengalami beberapa perkembangan sejak


pertama kali diberlakukan pada tahun 1999. Berikut adalah beberapa tahapan penting dalam
perkembangan UU otonomi daerah di Indonesia:
1. UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah: UU ini merupakan landasan utama
bagi pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia. UU ini memberikan kewenangan kepada
pemerintah daerah untuk mengatur urusan pemerintahan di tingkat lokal, termasuk keuangan
daerah, perencanaan pembangunan, dan kebijakan lainnya.
2. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah: UU ini merupakan revisi dari UU
Nomor 22 Tahun 1999. UU ini menguatkan prinsip otonomi daerah dengan memberikan lebih
banyak wewenang kepada pemerintah daerah dalam mengatur dan mengelola urusan pemerintahan
di tingkat lokal. Selain itu, UU ini juga mengatur pembagian kewenangan antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah.
3. UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah: UU ini merupakan revisi
kedua dari UU Nomor 32 Tahun 2004. UU ini mengalami perubahan signifikan,
termasuk penyesuaian kewenangan, tugas, dan fungsi pemerintah daerah. UU ini juga
memberikan penekanan pada aspek transparansi, partisipasi publik, dan akuntabilitas
pemerintah daerah.

4. UU Nomor 23 Tahun 2019 tentang Perluasan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah: UU ini merupakan perluasan dari UU Nomor 23 Tahun 2014. UU
ini memberikan beberapa perubahan dalam hal tata cara pemekaran, pembentukan, dan
penggabungan daerah. Selain itu, UU ini juga mengatur tentang penyelenggaraan
pemerintahan di wilayah perbatasan dan kepulauan.

Perkembangan UU otonomi daerah ini merupakan upaya untuk terus meningkatkan


implementasi otonomi daerah, memperkuat pemerintahan daerah, meningkatkan
partisipasi publik, dan mendorong pembangunan yang berkelanjutan di tingkat
lokal di Indonesia
2.Memahami Otonomi Daerah dan Demokratisasi dan
Implementasi Otonomi Daerah
1. Otonomi Daerah:
Otonomi daerah adalah konsep yang mengacu pada pemberian wewenang
dan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur urusan
pemerintahan di tingkat lokal. Otonomi daerah memberikan kemandirian
kepada pemerintah daerah untuk mengambil keputusan yang berkaitan
dengan kebijakan, anggaran, dan pengelolaan sumber daya di wilayah
mereka. Dengan adanya otonomi daerah, tercipta hubungan yang lebih
dekat antara pemerintah dan masyarakat setempat, sehingga masyarakat
memiliki kesempatan yang lebih besar untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.
2. Demokratisasi:
Demokratisasi adalah proses transformasi politik yang
bertujuan untuk memperluas partisipasi politik, perlindungan
hak asasi manusia, dan membangun sistem pemerintahan
yang responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Pada tingkat lokal, demokratisasi melibatkan pemberdayaan
masyarakat dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan
urusan publik. Hal ini mencakup hak untuk memilih dan
dipilih dalam pemilihan lokal, kebebasan berpendapat,
kebebasan berserikat, dan partisipasi dalam mekanisme
pengambilan keputusan.
3. Implementasi Otonomi Daerah:
Implementasi otonomi daerah adalah proses penerapan dan pelaksanaan kebijakan
otonomi daerah dalam praktik. Ini melibatkan transfer kewenangan, sumber daya, dan
tanggung jawab dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, serta peran aktif masyarakat
dalam pengambilan keputusan lokal. Implementasi otonomi daerah harus didasarkan pada
prinsip-prinsip demokratisasi, termasuk partisipasi publik, transparansi, akuntabilitas, dan
perlindungan hak asasi manusia.

Dalam implementasi otonomi daerah, penting untuk memperhatikan beberapa aspek,


antara lain:
a. Kewenangan dan Sumber Daya: Pemerintah daerah harus memiliki kewenangan yang
cukup dan sumber daya yang memadai untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
dalam mengatur urusan lokal. Ini termasuk kewenangan dalam perencanaan
pembangunan, penganggaran, pengaturan pajak, dan kebijakan lainnya.
b. Partisipasi Publik: Masyarakat harus memiliki akses dan kesempatan untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka di
tingkat daerah. Partisipasi publik dapat dilakukan melalui mekanisme konsultasi, dialog,
pemilihan umum, serta melalui partisipasi aktif dalam lembaga perwakilan seperti DPRD.

c. Transparansi dan Akuntabilitas: Pemerintah daerah harus menjalankan tugas dan


tanggung jawabnya dengan transparan, memberikan akses informasi kepada masyarakat,
serta mengakuntabilitaskan kinerja mereka. Mekanisme pengawasan dan audit harus
diterapkan untuk memastikan penggunaan sumber daya yang baik dan menghindari
praktik korupsi.

d. Kerjasama dan Koordinasi: Pemerintah daerah perlu menjalin kerjasama yang baik
dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah lainnya, serta aktor-aktor terkait lainnya
dalam pelaksanaan kebijakan dan program yang bersifat lintas wilayah. Koordinasi yang
baik diperlukan untuk mencapai sinergi dan menghindari tumpang tindih atau konflik
kepentingan antara pemerintah daerah.
Sekian Dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai