KLP 2 - Flail Chest

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

Laporan Pendahuluan & Asuhan Keperawatan

Trauma Dada “Flail Chest”

Oleh: Kelompok 2
Anggota Kelompok
Anak Agung Agus Ananda Pratama ​ (2014201001)
Dewa Ayu Santika Dewi ​(2014201007)
Dw. Md. Alit Panji Lintang Destaharu ​(2014201009)
I Dewa Agung Ayu Mirah Nirmala Devi (2014201012)
I Wayan Dedy Sam Prajaya (2014201019)
Ida Ayu Eka Cahyani Dewi ​ (2014201020)
Ida Ayu Gede Vira Cinthya Dewi (2014201021)
Komang Agus Roy Indrawan (2014201025)
Kadek Lovamrita Tyagi Soryka (2014201023)
Komang Sugiarta (2014201026)
Ni Kadek Murtisari Finadila (2014201039)
Definisi Etiologi
• Flail chest adalah suatu kondisi iga yang • Trauma tumpul (kecelakaan lalu lintas,
tidak stabil “melayang” (flail) karena fraktur kecelakaan pada pejalan kaki, jatuh dari

tulang iga. Fraktur ini terjadi pada tiga ketinggian atau jatuh pada lantai yang

segmen tulang iga yang berdekatan pada keras, dan perkelahian).


• Trauma tembus (luka tusuk dan luka
dua tempat atau lebih.
tembak).
• Saat terjadi flail chest, pernapasan akan
• Bukan trauma (putaran rongga dada
menjadi pernapasan paradoksal yaitu pada
secara berlebihan atau oleh karena
fase inspirasi, iga yang melayang akan
adanya gerakan yang berlebihan).
masuk ke dalam dan ketika ekspirasi akan
menonjol keluar.
Patofisiologi
• Flail chest terjadi ketika adanya diskontinuitas dinding dada dengan keseluruhan dinding dada
yang diakibatkan adanya benturan pada sternum atau pada sisi lateral dada.
• Fraktur iga yang multipel dengan posisi berdekatan telah menyebabkan kehilangan dukungan
dan pelekatan pada rangka thorax. Akibatnya terbentuk area “flail” yang akan bergerak
paradoksal (berlawanan dari pernapasan normal).
• Diafragma akan bergerak ke bawah pada saat inspirasi, iga yang melayang tidak mengembang
dan tertarik ke dalam karena penurunan tekanan intra thorax, namun pada saat ekspirasi
diafragma bergerak ke atas, tekanan intra toraks meningkat dan menyebabkan iga yang
melayang terdorong keluar.
• Keadaan tersebut terjadi akibat gesekan iga yang fraktur dan menyebabkan pasien nyeri
terutama bila frakturnya multipel.
• Hal tersebut menyebabkan pasien akan mengurangi pergerakan dan usaha untuk bernafas
Manifestasi Klinik
✔ Tampak adanya gerakan paradoksal
✔ Sesak nafas
✔ Takikardia
✔ Sianosis
✔ Akral dingin
✔ Wajah pucat
✔ Nyeri hebat di dada karena terputusnya integritas jaringan parenkim
paru
Penatalaksanaan
1. Konservatif
▪ Pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri di dada
▪ Pemasangan plak/plester yang menahan fraktur kosta bergerak keluar
▪ Obat antibiotika
▪ Fisioterapi
2. Operatif/Invasif
▪ Pemasangan Water Seal Drainage (WSD)
▪ Pemasangan alat bantu nafas
▪ Chest tube
▪ Operasi (bedah thoraxis)
Komplikasi
Pemeriksaan
▪ Iga:
Penunjang fraktur multiple
kelumpuhan rongga dada
dapat menyebabkan

▪ Pleura, paru-paru, bronchi: hemopneumothoraks,


empisema
• Analisis Gas Darah Arteri
▪ Jantung: tamponade jantung, ruptur jantung,
• Rontgen standar
ruptur otot papilar, ruptur klep jantung
• EKG ▪ Pembuluh darah besar: hematothoraks
• Monitor laju nafas ▪ Esofagus: mediastinitis
• Pulse oksimetri ▪ Diafragma: herniasi visera dan perlukaan hati,
limpa, dan ginjal
▪ Gagal nafas yang disebabkan oleh tidak
efektifnya pertukaran gas yang sering kali
diperberat oleh edema atau kontusio paru dan
Web of
Caution
Pengkajian
Identitas Nama, tempat dan tanggal lahir, usia, jenis kelamin, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
alamat, suku bangsa, diagnosa medis, tanggal masuk RS, No. RM serta hubungan penanggung jawab
dengan klien.

Riwayat 1. Keluhan utama: Biasanya pasien akan mengeluh nyeri pada dada saat bernafas.
Kesehatan 2. Riwayat kesehatan sekarang: Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama seperti pengkajian
nyeri PQRST.
3. Riwayat kesehatan dahulu: Kaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama atau penyakit
lainnya.
4. Riwayat kesehatan keluarga: Kaji apakah klien mempunyai riwayat penyakit keturunan dari keluarga.

Pengkajian Thoraks
Fisik ▪ Inspeksi: Inspeksi dinding dada untuk mengetahui adanya trauma tumpul atau tajam, luka, lecet,
memar, ruam, ekimosis, bekas luka, frekuensi dan kedalaman pernafasan, kesimetrisan ekspansi
dinding dada, penggunaan otot pernafasan tambahan, frekuensi, dan irama denyut jantung. Pada
pasien flail chest, pasien akan mengalami pernafasan parodoksal.
▪ Palpasi: Palpasi seluruh dinding dada untuk mengetahui adanya trauma tajam atau tumpul. Pada pasien
dengan flail chest akan ditemukan krepitasi dan nyeri tekan saat dilakukan palpasi pada dada.
Perkusi: Untuk mengetahui kemungkinan hipersonor dan keredupan.
Pemeriksaa ▪ Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun
n ▪ PaCo2 kadang menurun
Penunjang ▪ PaO2 menurun
▪ Saturasi O2 menurun (biasanya)
▪ Hemoglobin mungkin menurun
▪ Torasintesis: menyatakan adanya darah/cairan
▪ Rontgen standar
▪ Rontgen thorak anteroposterior dan lateral dapat menunjukkan jumlah dan tipe kosta
yang mengalami fraktur.
▪ Pada pemeriksaan foto thorak pada pasien dewasa dengan trauma tumpul thoraks,
adanya gambaran hematothoraks, pneumotoraks, dan kontusio pulmo menunjukkan
hubungan yang kuat dengan gambaran fraktur kosta.
Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas dinding
dada.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma).
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanis
(terpasang bullow drainage).
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan keengganan
melakukan pergerakan.
5. Risiko infeksi faktor risiko dari efek prosedur invasif (pemasangan
WSD).
Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Pola nafas tidak efektif Setelah diberikan asuhan Observasi Observasi
berhubungan dengan keperawatan 3 x 24 jam 1. Observasi fungsi 1. Distress pernafasan dan perubahan pada tanda
deformitas dinding dada. diharapkan pola pernafasan pernafasan, catat frekuensi vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi
efektif dengan kriteria hasil, pernafasan, dispnea atau dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya
yaitu: perubahan tanda-tanda syok sehubungan dengan hipoksia.
1. Memperlihatkan frekuensi vital. 2. Mempertahankan tekanan negatif intrapleura
pernapasan yang efektif. 2. Perhatikan alat bullow sesuai yang diberikan untuk meningkatkan
2. Mengalami perbaikan drainase berfungsi baik, cek ekspansi paru optimum atau drainase cairan.
pertukaran gas pada paru- setiap 1 – 2 jam. 3. Berguna untuk mengevaluasi perbaikan kondisi
paru. 3. Catat karakter dan jumlah atau terjadinya perdarahan yang memerlukan
3. Adaptif mengatasi faktor- drainage selang dada. upaya intervensi.
faktor penyebab. Terapeutik Terapeutik
4. Berikan posisi yang 4. Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan
nyaman. ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak
5. Pertahankan perilaku sakit.
tenang, bantu pasien untuk 5. Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia,
kontrol diri dengan yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan
menggunakan pernafasan atau ansietas.
lebih lambat dan dalam.
Diagnosa
No. Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
3. Posisikan sistem drainage 3. Posisi tak tepat, terlipat,
selang untuk fungsi optimal, pengumpulan bekuan atau cairan
yakinkan selang tidak terlipat, pada selang mengubah tekanan
atau menggantung di bawah negatif yang diinginkan.
saluran masuknya ke tempat Edukasi
drainage. Alirkan akumulasi 4. Pengetahuan yang diharapkan dapat
drainase bila perlu. mengembangkan kepatuhan klien
Edukasi terhadap rencana terapeutik.
4. Jelaskan pada klien tentang Kolaborasi
etiologi atau faktor pencetus -
adanya sesak atau kolaps paru-
paru.
Kolaborasi
-
No Diagnosa
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
. Keperawatan
2 Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan Observasi Observasi
dengan agen pencedera keperawatan 3 x 24 jam 1. Kaji PQRST. 1. Pengkajian yang optimal akan memberikan
fisik (trauma). diharapkan nyeri berkurang Terapeutik perawat data yang obyektif untuk mencegah
atau hilang dengan kriteria 2. Ajarkan relaksasi teknik-teknik kemungkinan komplikasi dan melakukan
hasil, yaitu: untuk menurunkan ketegangan otot intervensi yang tepat.
1. Nyeri berkurang. rangka, yang dapat menurunkan Terapeutik
2. Dapat intensitas nyeri dan juga tingkatkan 2. Akan melancarkan peredaran darah, sehingga
mengidentifikasi relaksasi masase. kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi,
aktivitas yang 3. Ajarkan metode distraksi. dan akan mengurangi nyerinya.
meningkatkan atau 4. Berikan kesempatan waktu istirahat 3. Mengalihkan perhatian nyeri ke hal-hal yang
menurunkan nyeri. bila terasa nyeri dan berikan posisi menyenangkan.
3. Pasien tidak gelisah. yang nyaman misal waktu tidur, 4. Istirahat akan merelaksasi semua jaringan
bagian belakang pasien dipasang sehingga akan meningkatkan kenyamanan.
bantal kecil. Edukasi
Edukasi 5. Pengetahuan yang dimiliki dapat membantu
5. Tingkatkan pengetahuan tentang mengembangkan kepatuhan klien terhadap
sebab-sebab nyeri, dan rencana terapeutik.
menghubungkan berapa lama nyeri Kolaborasi
akan berlangsung. 6. Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga
Kolaborasi nyeri akan berkurang.
6. Kolaborasi dengan dokter terkait
No Diagnosa
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
. Keperawatan
3 Gangguan integritas kulit Setelah diberikan asuhan Observasi Observasi
berhubungan dengan keperawatan 3 x 24 jam 1. Kaji kulit dan identifikasi 1. Mengetahui sejauh mana perkembangan luka,
faktor mekanis (terpasang diharapkan penyembuhan luka pada tahap perkembangan mempermudah dalam melakukan tindakan yang
bullow drainage). tercapai pada waktu yang luka. tepat.
sesuai dengan kriteria hasil, 2. Kaji lokasi, ukuran, warna, 2. Mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan
yaitu: bau, serta jumlah dan tipe mempermudah intervensi.
1. Tidak ada tanda-tanda cairan luka. 3. Suhu tubuh yang meningkat dapat
infeksi seperti pus. 3. Pantau peningkatan suhu diidentifikasikan sebagai adanya proses
2. Luka bersih tidak lembab tubuh. peradangan.
dan tidak kotor. Terapeutik Terapeutik
3. Tanda-tanda vital dalam 4. Berikan perawatan luka 4. Teknik aseptik membantu mempercepat
batas normal atau dapat dengan teknik aseptik. penyembuhan luka dan mencegah terjadinya
ditoleransi. Edukasi infeksi.
5. Jelaskan klien terkait cara Edukasi
perawatan luka pada kulit 5. Agar klien ataupun keluarga dapat membantu
yang terpasang bullow merawat atau menjaga luka sehingga risiko
drainage. infeksi dapat dicegah.
Kolaborasi Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian 6. Antibiotik berguna untuk mematikan
antibiotik sesuai indikasi. mikroorganisme patogen pada daerah yang
berisiko terjadi infeksi.
No Diagnosa
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
. Keperawatan
4 Hambatan mobilitas fisik Setelah diberikan asuhan Observasi Observasi
berhubungan dengan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan 1. Kaji kebutuhan akan 1. Mengidentifikasi masalah,
keengganan melakukan pasien akan menunjukkan tingkat pelayanan kesehatan dan memudahkan intervensi.
pergerakan. mobilitas optimal dengan kriteria kebutuhan akan peralatan. 2. Mempengaruhi penilaian terhadap
hasil, yaitu: 2. Tentukan tingkat motivasi kemampuan aktivitas apakah karena
1. Dapat berdiri dengan seimbang. pasien dalam melakukan ketidakmampuan ataukah
2. Melakukan pergerakan dan aktivitas. ketidakmauan.
perpindahan. Terapeutik Terapeutik
3. Mempertahankan mobilitas 3. Bantu dan dukung pasien 3. Mempertahankan atau meningkatkan
optimal yang dapat di toleransi. dalam latihan ROM aktif dan kekuatan dan ketahanan otot.
pasif. Edukasi
Edukasi 4. Menilai batasan kemampuan aktivitas
4. Ajarkan pasien dalam hal optimal.
penggunaan alat bantu. Kolaborasi
Kolaborasi 5. Sebagai suatu sumber untuk
5. Kolaborasi dengan ahli terapi mengembangkan perencanaan dan
fisik atau okupasi. mempertahankan atau meningkatkan
mobilitas pasien.
No Diagnosa
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
. Keperawatan
5 Risiko infeksi faktor Setelah diberikan asuhan Observasi Observasi
risiko dari efek prosedur keperawatan 3 x 24 jam diharapkan 1. Pantau tanda-tanda vital. 1. Mengidentifikasi tanda-tanda
invasif (pemasangan infeksi tidak terjadi atau terkontrol Terapeutik peradangan terutama bila suhu tubuh
WSD) dengan kriteria hasil, yaitu: 2. Lakukan perawatan luka meningkat.
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi dengan teknik aseptik. Terapeutik
seperti pus. 3. Lakukan perawatan terhadap 2. Mengendalikan penyebaran
2. Luka bersih tidak lembab dan prosedur invasif seperti infus, mikroorganisme patogen.
tidak kotor. kateter, drainase luka, dll. 3. Untuk mengurangi risiko infeksi
3. Tanda-tanda vital dalam batas Edukasi nosokomial.
normal atau dapat ditoleransi. 4. Jelaskan klien terkait dengan Edukasi
tanda-tanda infeksi, apabila 4. Agar dapat segera diatasi sebelum
terdapat tanda tersebut minta kondisi semakin parah.
klien segera melapor ke Kolaborasi
perawat. 5. Penurunan Hb dan peningkatan jumlah
Kolaborasi leukosit dari normal bisa terjadi akibat
5. Jika ditemukan tanda infeksi terjadinya proses infeksi.
kolaborasi untuk pemeriksaan 6. Antibiotik mencegah perkembangan
darah, seperti Hb dan mikroorganisme patogen.
leukosit.
6. Kolaborasi untuk pemberian
antibiotik.
Evaluasi
Implementasi Pada tahap akhir proses keperawatan
adalah mengevaluasi respon pasien terhadap
Pelaksanaan atau implementasi perawatan yang diberikan untuk memastikan
keperawatan merupakan komponen dari bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai.

proses keperawatan dimana tindakan yang Evaluasi dilaksanakan dengan format:


• S, Respon subjektif pasien terhadap tindakan
diperlukan untuk mencapai tujuan dan
keperawatan yang telah dilaksanakan.
hasil yang diperkirakan dari asuhan
• O, Respon objektif klien terhadap tindakan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan
keperawatan yang telah dilaksanakan.
(Potter & Perry, 2006). Pada tahap ini akan • A, Analisa ulang antara data subjektif dan data
dilakukan pelaksanaan intervensi dan objektif untuk menyimpulkan apa masih
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana muncul masalah baru atau data yang
perawatan pasien. kontraindikasi dengan masalah yang ada.
• P, Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai