Ekonomi Mikro

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

Ekonomi Makro

KESEIMBANGAN EKONOMI
TIGA SEKTOR

Dosen Pengampu : Achmad tarmizi,SE, MM


Mata Kuliah : Ekonomi Makro
Ekonomi Makro

Kelompok 5
- Dimas Prastyo
- Ajie Sudiarso Putra
- Ika Damayanti
- Angelina Sherly. K

Dosen Pengampu : Achmad tarmizi,SE, MM


Mata Kuliah : Ekonomi Makro
A. PENGERTIAN PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR
Ekonomi tiga sektor adalah perekonomian yang meliputi kegiatan dalam sektor perusahaan,
rumah tangga dan pemerintah. Dengan demikian dalam menganalisis perekonomian tiga
sektor pada hakikatnya akan diperhatikan peranan dan pengaruh pemerintah atas kegiatan
dalam sesuatu perekonomian.

Campur tangan pemerintah dalam perekonomian menimbulkan dua perubahan penting dalam
proses penentuan keseimbangan pendapatan nasional, yaitu:

a.Pungutan pajak yang dilakukan pemerintah akan mengurangi pengeluaran agregat melalui
pengurangan atas konsumsi rumah tangga.

b.Pajak memungkinkan pemerintah melakukan perbelanjaan dan ini akan menaikkan


perbelanjaan-perbelanjaan agregat.

Kedua aliran pengeluaran / pendapatan ini akan mengubah pola aliran pendapatan dalam
perekonomian. Dalam ekonomi tiga sektor belum terdapat kegiatan mengekspor dan mengimpor.
Oleh sebab itu ,ekonomi tiga sektor dinamakan juga ekonomi tertutup.
B. PENGARUH PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN 3 SEKTOR
Pengaruh pemerintah dalam perekonomian tiga sektor, adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah dapat menjadi peranan sentral sebagai pengatur perekonomian yang terjadi di
masyarakat. Hal ini dilakukan sebagai upaya menjaga stabilitas perekonomian masyarakat agar
tetap berjalan baik dan tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Pemerintah bisa mengatur
perekonomian masyarakat dengan cara membuat berbagai kebijakan, peraturan, bahkan
undang- undang yang mengatur masalah tersebut;
2. Pemerintah berpengaruh juga menjadi peranan sebagai konsumen produk barang dan jasa.
Pemerintah harus menggunakan berbagai produk seperti alat-alat kantor, perlengkapan negara,
jasa aparatur negara, dan lain sebagainya;
3. Pemerintah berpengaruh sebagai produsen yang mengelola berbagai perusahaan negara
untuk menghasilkan produk yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak
4. Pemerintah juga berpengaruh untuk menarik pajak dari setiap wajib pajak u tuk mempertahankan
stabilitas ekonomi negara.
ALIRAN PENDAPATAN DAN SYARAT KESEIMBANGAN
Analisis keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian tiga sektor bertujuan untuk
menunjukkan penentuan pendapatan nasional dalam perekonomian di mana terdapat pemerintah. Untuk
memahami analisis tersebut dengan baik perlulah terlebih dahulu disadari pola aliran pendapatan dan
pengeluaran yang berlaku dalam perekonomian dan syarat keseimbangan pendapatan nasional dalam
perekonomian tiga sektor tersebut.

ALIRAN PENDAPATAN DAN PENGELUARAN


Campur tangan pemerintah dalam perekonomian akan menimbulkan tiga jenis aliran baru dalam
sirkulasi aliran pendapatan. Ketiga jenis aliran yang baru tersebut adalah:
i. Pembayaran pajak oleh rumah tangga dan perusahaan kepada pemerintah. Pembayaran pajak tersebut
menimbulkan pendapatan kepada pihak pemerintah. Ia merupakan sumber pendapatan pemerintah yang
terutama.
ii. Aliran baru yang kedua adalah pengeluaran dari sektor pemerintah ke sector perusahaan. Aliran ini
menggambarkan nilai pengeluaran pemerintah ke atas barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan oleh
sektor perusahaan.
iii. yang ketiga adalah aliran pendapatan dari sektor pemerintah ke sector rumah tangga. Aliran itu timbul
Aliran
sebagai akibat dari pembayaran ke atas konsumsi faktor-faktor produksi yang dimiliki sektor rumah tangga
oleh pemerintah.
Sirkulasi Aliran Pendapatan Perekonomian Tiga
Sektor
Dalam suatu perekonomian tertutup ciri-ciri pokok dari aliran-aliran pendapatan dan pengeluarannya adalah :

1. Pembayaran oleh sektor perusahaan sekarang dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: pembayaran
kepada sektor rumah tangga sebagai pendapatan kepada faktor- faktor produksi, dan pembayaran
pajak pendapatan perusahaan kepada pemerintah.
2. Pendapatan yang diterima rumah tangga sekarang berasal dari dua sumber: dari pembayaran gaji dan
upah, sewa, bunga dan untung oleh perusahaan, dan dari pembayaran gaji dan upah oleh pemerintah.
3. Pemerintah menerima pendapatan berupa pajak dari perusahaan dan rumah tangga. Pendapatan
tersebut akan digunakan untuk membayar gaji dan upah pegawai-pegawai dan untuk membeli barang-
barang dan jasa-jasa.
4.Pendapatan yang diterima rumah tangga (Y) akan digunakan untuk memenuhi tiga kebutuhan: membayar
dan membiayai pengeluaran konsumsi (C), disimpan sebagai tabungan (S) dan membayar pajak pendapatan
rumah tangga (T). Dalam persamaan: Y = C + S + T.
5.Dalam gambaran tersebut tetap dimisalkan bahwa tabungan rumah tangga dipin- jamkan oleh lembaga-
lembaga keuangan kepada para pengusaha yang menanam modal.
6.Pengeluaran agregat (AE) telah menjadi bertambah banyak jenisnya, yaitu disamping pengeluaran
konsumsi (C) dan investasi (1), sekarang termasuk pula pengeluaran pemerintah (G).
Dalam persamaan AE = C + I + G.
C. SYARAT KESEIMBANGAN

Pengeluaran yang dilakukan oleh berbagai pihak dalam perekonomian tersebut, meliputi
tiga jenis perbelanjaan: konsumsi rumah tangga (C), investasi perusahaan () dan pengeluaran
pemerintan membeli barang dan jasa (G). Dengan demikian keadaan yang menciptakan
keseimbangan dalam perekonomian tiga sektor adalah: Penawaran agregat- Pengeluaran agregat
(Y AE), atau:
Y=C+1+G
Kegiatan sektor perusahaan untuk memproduksikan barang dan jasa akan mewujudkan
aliran pendapatan ke sektor rumah tangga (gaji dan upah, sewa, bunga dan keuntungan) dan
aliran in sama nilainya dengan pendapatan nasional (Y). Gambar 5.1 menunjukkan
bahwa pendapatan rumah tangga tersebut akan digunakan untuk tiga tujuan: membiayai
konsumsi (C), ditabung (S) dan membayar pajak (T). Dengan demikian, berdasarkan kepada
aliran pendapatan yang wujud dalam perekonomian tiga sektor, berlaku kesamaan berikut:

Y=C+S+T
SYARAT KESEIMBANGAN

Uraian yang terdahulu telah menunjukkan bahwa dalam keseimbangan berlaku


kesamaan berikut: Y = C + I + G. Sedangkan pada setiap tingkat pendapatan nasional berlaku
kesamaan: Y= C + S + T. Dengan demikian pada keseimbangan pendapatan nasional berlaku
kesamaan berikut:
C+I+G=C+S+T
Apabila C dikurangi dari setiap ruas maka:
I+G=S+T
Dalam perekonomian tiga sektor I dan G adalah suntikan ke
dalam sirkulasi aliran
pendapatan, sedangkan S dan T adalah kebocoran. Dengan demikian, dalam
keseimbangan ekonomi tiga sektor juga berlaku keadaan: suntikan = bocoran. Sebagai
kesimpulan dapatlah
keadaan yang berikut: dirumuskan
i. Y= C + I +bahwa
G, dandalam perekonomian tiga sektor yang mencapai
keseimbangan akan berlaku
ii. I + G = S + T
A. JENIS-JENIS PAJAK
1. Pajak langsung
Jenis pungutan pemerintah yang secara langsung di kumpulkan dari pihak yang wajib
membayar pajak. Setiap individu yang bekerja dan perusahaan yang menjalankan kegiatan
dan memperoleh keuntungan wajib membayar pajak. Pajak yang dipungut dan dikenakan ke
atas pendapatan mereka dinamakan pajak langsung, yaitu pajak yang secara langsung di
pungut dari orang yang berkewajiban untuk membayar pajak
2. Pajak tak langsung
pajak yang bebannya dapat dipindah-pindahkan kepada pihak lain. Pajak tidak langsung
juga
dapat didefinisikan sebagai perpajakan pada individu atau entitas yang pada akhirnya dibayarkan
oleh orang lain. Badan yang mengumpulkan pajak kemudian akan
mengirimkannya/melaporkannya ke pemerintah.
Jenis pemungutan yang berlaku dalam pajak tidak langsung bersifat tidak menentu. Artinya,
pemberlakuan pajak tidak dilakukan secara berkala layaknya pajak langsung, melainkan tergantung
dari peristiwa yang membuat kewajiban untuk membayar pajak muncul. Salah satu jenis pajak tak
langsung yang penting adalah pajak impor. Biasanya, pada akhirnya yang akan menanggung
beban pajak tersebut adalah para konsumen.
BENTUK-BENTUK PAJAK PENDAPATAN

1. pajak regresif : sistem pajak yang persentasinya menurun apabila pendapatan yang
di kenakan pajak menjadi bertambah tinggi.dalam sistem ini ,pada pendapatan
rendah ,pajak yang di pungut meliputi bagian yang paling tinggi dari pendapatan
tersebut.tetapi,semakin tinggi pendapatan semakin kecil persentasi pajak itu di
bandingkan dengan keseluruan pendapatan.
2. Pajak proporsional : persentasi pungutan pajak yang tetap besarnya pada berbagai
tingkat pendapatan,yaitu dari tingkat pendapatan yang sangat rendah kepada yang
sangat tinggi. dalam sistem pajak ini tidak di bedakan di antara penduduk yang kaya
atau miskin dan di antara perusahaan besar dan perusaan kecil.
3. Pajak progresif : sistem pajak yang persentasinya bertambah apabila pendapatan
semakin meningkat .pajak ini menyebabkan pertambahan nominal pajak yang di
bayar akan menjadi semakin cepat apabila pendapatan semakin tinggi.
EFEK PAJAK KE ATAS KONSUMSI DAN TABUNGAN

Dalam perekonomian tiga sector akibat adanya pajak pendapatan disposebel telah
menjadi lebih kecil dari pendapatan nasional. Dalam perekonomian yang telah
mengenakan pajak, perhubungan di antara pendapatan disposebel dan pendapatan
nasional dapat dinyatakan secara persamaan berikut :
𝑌𝑑 = 𝑌 − 𝑇

Penurunan pendapatan disposebel akan mengurangi konsumsi dan tabungan


rmah tangga. Hal ini disebabkan karena pajak yang dibayarkannya mengurangi
kemampuannya untuk melakukan pengeluaran konsumsi dan menabung
Kemerosotan pendapatan disposibel akan mengurangi konsumsi dan tabungan RT. Jumlah
konsumsi dan tabungan yang berkurang adalah sama dengan pengurangan pendapatan diposible.
Maka : ∆Yd = -T = ∆C + ∆S. Disamping tergantung pada perubahan pendapatan
disposibel pengurangan konsumsi ditentukan oleh MPC dan MPS. Perhitungannya dapat
dilakukan dengan menggunakan persamaan :

∆𝑪 = 𝑴𝑷𝑪 𝒙 ∆𝒀𝒅 𝒂𝒕𝒂𝒖 ∆𝑪 = 𝑴𝑷𝑪 𝒙 (−𝑻)


∆𝑪 = 𝑴𝑷𝑺 𝒙 ∆𝒀𝒅 𝒂𝒕𝒂𝒖 ∆𝑪 = 𝑴𝑷𝑺 𝒙 (−𝑻)
𝑺𝒆𝒕𝒂𝒓𝒂 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 ∶ 𝑻 = ∆𝒀𝒅 = (𝑴𝑷𝑪 𝒙 𝑻) + (𝑴𝑷𝑺 𝒙 𝑻)

Kesimpulannya walau apa pun bentuk sistem pajak, yaitu pajak tetap atau pajak
proporsional, pemungutan pajak akan mengakibatkan konsumsi dan tabungan rumah tangga
berkurang sebanyak yang di tentukan oleh persamaan berikut :

𝜟𝑪 = 𝑴𝑷𝑪 𝒙 𝑻
𝜟𝑺 = 𝑴𝑷𝑺 𝒙 𝑻
KECONDONGAN MENGKONSUMSI MARJINAL
Kecondongan mengkonsumsi marjinal pendapatan disposebel (MPC), dan kecondongan
mengkonsumsi marjinal pendapatan nasional (MPCy). definisi dari masing-masing konsep itu adalah :

i. MPC adalah rasio di antara pertambahan konsumsi dengan pertambahan pendapatan


disposebel. Dalam persamaan : ∆𝐂
𝐌𝐏𝐂 =
∆𝐘𝐝

ii. MPCY adalah rasio di antara pertambahan konsumsi dengan pertambahan pendapatan
nasional. Dalam persamaan :

Dalam ekonomi tiga sektor dimana ∆𝐘 lebih besar dari ∆𝐘𝐝. Maka MPC lebih besar dari 𝐌𝐏𝐂𝐲. Apabila
persentasi pajak diketahui dan nilai MPC juga diketahui, maka 𝐌𝐏𝐂𝐲 dapat dengan mudah dihitung. Misalkan
nilai MPC = b dan persentasi pajak adalah t dari pendapatan nasional (T = tY).
Oleh karena pajak adalah t.∆𝐘 maka, ∆𝐘𝐝= ∆𝐘 − 𝐭. ∆𝐘 = 𝟏 − 𝐭 ∆𝐘. Dengan demikian persamaan :

Oleh karena MPC = b maka :

∆𝐂
∆𝐘 = 𝑴𝑷𝑪 𝒚 = 𝟏 − 𝒕 𝒃
KECONDONGAN MENABUNG MARJINAL
Kecondongan menabung marjinal pendapatan disposebel (MPS), dan kecondongan menabung
marjinal pendapatan nasional (MPSy). definisi dari masing-masing konsep itu adalah :
i. MPS adalah rasio di antara pertambahan tabungan dengan pertambahan pendapatan disposebel.
Dalam persamaan :

ii. MPSY adalah rasio di antara pertambahan tabungan dengan pertambahan pendapatan nasional.
Dalam persamaan :

Dalam perekonomi tiga sektor dengan sistem pajak proporsional MPS adalah lebih besar dari 𝐌𝐏𝐒𝐲.
Dalam sistem pajak proporsional nilai MPSy adalah :

Persamaan itu diterangkan dalam uraian dibawah ini:


∆𝐒
𝐌𝐏𝐒 =
∆𝐘𝐝
Karena ∆𝐘𝐝= (𝟏 − 𝒕)∆𝐘, maka :
∆𝐒
→ 𝐌𝐏𝐒 =
(𝟏 − 𝐭)∆𝐘
∆𝐒
→ ∆𝐘 = 𝑴𝑷𝑺 𝟏 − 𝒕
→ 𝑴𝑷𝑺𝒚= 𝑴𝑷𝑺(𝟏 − 𝒕)

Oleh karena itu MPS = (1 − 𝑏)(1 − 𝑡), maka persamaan MPSy dapat diubah menjadi :
𝐌𝐏𝐒𝐲 = (𝟏 − 𝒃)(𝟏 − 𝒕)
Efek Pajak Dalam Analisis Aljabar dan Grafik
Efek pajak tetap :
Misalkan fungsi konsumsi asal adalah C = a + bY dan pajak adalah T (pajak tetap). Pajak sebanyak T
menurunkan konsumsi sebanyak ΔC = bT. Dengan demikian fungsi konsumsi sesudah pajak (C1) adalah:

𝐂𝟏 = – 𝐛𝐓 + 𝐚 + 𝐛𝐘
Fungsi tabungan asal adalah ΔS = –(1–b)Y. Dengan demikian fungsi tabungan sesudah pajak (S1)
adalah:
S1 = –(1–b)T – a + (1–b)Y

Efek pajak proposional :


Pajak proporsional sebanyak tY menurunkan konsumsi sebanyak ΔC = –btY dan fungsi konsumsi asal adalah
C = a + bY maka fungsi konsumsi yang baru (C1) adalah:
𝑪𝟏 = 𝒂 + 𝒃𝒀– 𝒃𝒕𝒀
𝑪𝟏 = 𝒂 + 𝒃(𝟏– 𝒕)𝒀

Fungsi tabungan asal adalah S = – a + b(1–b)Y dan pajak adalah tY maka pajak tersebut menurunkan fungsi
tabungan sebanyak ΔS = (1–b)tY sehingga fungsi tabungan baru (S1) adalah:
𝑺𝟏 = – 𝒂 + (𝟏– 𝒃)𝒀 – (𝟏– 𝒃) 𝒕𝒀
𝑺𝟏 = – 𝒂 + ((𝟏– 𝒃) – (𝟏– 𝒃)𝒕))𝒀
𝑺𝟏 = – 𝒂 + (𝟏– 𝒃) (𝟏–
Contoh Grafik Persamaan Umum
S
S
C C
Y= C S Y= C
C = a + bY S
S1 S1
0 C = a + bY Y 0
C1= -bT +
a MPC x T a + bY
C1 = -
bT + a -a MPS x T
-bT + a a
a + bY
-a – (1-b)T
45° 45°
0 Y 0 Y
(-) (i) Pajak Tetap (-)
(i) Pajak proporsional (i) Pajak proporsional
(a) Efek pajak ke atas fungsi (a) Efek pajak ke atas fungsi Tabungan
konsumsi
PENGELUARAN PEMERINTAH

Sebagian dari pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai


administrasi pemerintahan dan sebagian lainnya adalah untuk membiayai
kegiatan kegiatan pembangunan Membayar gaji pegawai-pegawai
pemerintah, membiayai sistem pendidikan dan kesehatan rakyat
membiayai perbelanjaan untuk angkatan bersenjata, dan membiayai
berbagai jenis infrastrukta yang penting artinya dalam pembangunan
adalah beberapa bidang penting yang akan dibiayai pemerintah.
Perbelanjaan-perbelanjaan tersebut akan meningkatkan pengeluaran
agregat dan mempertinggi tingkat kegiatan ekonomı negara.
PENENTU-PENENTU PENGELUARAN PEMERINTAH
1. Proyeksi jumlah pajak yang diterima Salah satu faktor penting yang menentukan
Desarnya pengeluaran pemerintah adalah jumlah pajak yang diramalkan. Dalam menyusun
anggaran belanjanya pemerintah harus terlebih dahulu membuat proyeksi mengenai
jumlah pajak yang akan diterimanya. Makin banyak jumlah pajak yang dapat dikumpulkan,
makin banyak pula perbelanjaan pemerintah yang akan dilakukan.
2. Tujuan ekonomi yang ingin dicapai Beberapa tujuan penting dari kegiatan pemerintah
adalah mengatasi masalah pengangguran, menghindari inflasi dan mempercepat
pembangunan ekonomi dalam jangka panjang. Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut
sering sekali pemerintah membelanjakan uang yang jauh lebih besar dari pendapatan yang
diperoleh dari pajak.
3. Pertimbangan politik dan keamanan Pertimbangan-pertimbangan politik dan kestabilan
negara selalu menjadi salah satu tujuan penting dalam menyusun anggaran belanja
pemerintah. Kekacauan politik, perselisihan di antara berbagai golongan masyarakat dan
daerah sering berlaku di berbagai negara di dunia. Keadaan seperti itu akan menyebabkan
kenaikan perbelanjaan pemerintah yang sangat besar, terutama apabila operasi militer
perlu
dilakukan.
FUNGSI PENGELUARAN PEMERINTAH

Dari uraian mengenai faktor-taktor yang mempengaruhi pengeluaran pemerintah


di atas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan nasional tidak memegang
peranan yang penting dalam menentukan perbelanjaan pemerintah. Dengan
perkataan lain, pengeluaran pemerintah pada suatu periode tertentu dan
perubahannya dari satu periode ke periode lainnya tidak didasarkan kepada
tingkat pendapatan nasional dan pertumbuhan pendapatan nasional. Dalam
masa kemunduran ekonomi, misalnya, pendapatan pajak berkurang. Tetapi
untuk mengatasi pengangguran itu pemerintah perlu melakukan lebih banyak
program-program pembangunan, maka pengeluaran pemerintah perlu ditambah.
Sebaliknya, pada waktu inflasi dan tingkat kemakmuran tinggi pemerintah harus
lebih berhati-hati dalam perbelanjaannya. Harus dijaga agar pengeluaran
pemerintah tidak memperburuk keadaan inflasi yang berlaku.
D. MULTIPLIER DALAM PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR
Seperti yang berlaku dalam perekonomian dua sektor, dalam perekonomian tiga sektor perubahan-
perubahan perbelanjaan agregat akan menimbulkan perubahan dalam pendapatan nasional
sebanyak beberapa kali lebih besar dari perubahan-perubahan agregat yang asal. Seperti yang
telah diterangkan ketika membicarakan mengenai perekonomian dua sektor pada bab yang lalu,
keadaaan tersebut akan berlaku sebagai akibat adanya proses multiplier.

• Multiplier dalam Ekonomi Tiga Sektor (dalam triliun rupiah)


Tahap Pertambahan Pertambahan Petambahan Petambahan Pertambahan
Prose Pendapatan Pajak Pendapatan Konsumsi Tabungan
Multiplier Nasional Disposebel
(𝛥𝑌) (∆𝑇) (∆𝑌𝑑) (∆𝐶) (∆𝑆)

Bagian 1. sistem pajak tetap I ∆𝐼 = ∆𝑌1 = 20 0 20 15 5

II ∆𝑌2 = 15 0 15 11,25 3,75


III ∆𝑌3 = 11,25 0 11 8,4375 2,8125
Dan ..... ..... ..... ..... .....
seterusnya
Jumlah ∆𝑌 = 80 ∆𝑇 = 0 ∆𝑌𝑑 = 80 ∆𝐶 = 60 ∆𝑆 = 20
total
MULTIPLIER DALAM ANGKA
1. Contoh angka dalam Bagian 1 menunjukkan tambahan investasi sebanyak ∆𝐼 = 20 pada mulanya (pada tahap
pertama proses multiplier) akan menambah pendapatan nasional sebanyak ∆𝑌1 = 20. Kenaikan ini tidak menambah
pajak ∆𝑇 = 0 . Maka pendapatan disposebel bertambah sebanyak ∆𝑌𝑑 = ∆𝐼 juga. Tambahan pendapatan
ini menyebabkan konsumsi rumah tangga bertambah sebanyak ∆𝐶 = 0,75 20 = 15 dan tabungan sebanyak ∆𝑆 =
0,25 20 = 5. Pertambahan konsumsi rumah tangga sebanyak ∆𝐶 = 15 akan menambah pendapatan nasional
sebanyak∆𝑌𝑡 = ∆𝐶 = 15. Pertambahan ini akan menimbulkan tahap kedua proses multiplier. Pada akhir proses
multiplier tersebut pendapatan nasional bertambah sebanyak Rp 80 triliun, konsumsi sebanyak Rp 60 triliun dan
tabungan sebanyak Rp 20 triliun. Contoh ini menunjukkan pendapatan nasional bertambah 4 kali lipat dari
pertambahan investasi.
2. Contoh angka dalam Bagian 2 menggambarkan bagaimana pajak proporsional akan mempengaruhi proses
multiplier. Pada tahap I dari proses multiplier, pertambahan investasi sebanyak ∆𝐼 = 20 akan menyebabkan
pertambahan pendapatan nasional yang sama besarnya, yaitu ∆𝐼 = ∆𝑌1 = 20. Pertambahan pendapatan nasional ini
menyebabkan pajak bertambah sebanyak ∆𝑇 = 0,20 20 = 4, dan oleh sebab itu pendapatan disposebel akan
bertambah sebanyak
∆𝑌𝑑 = 20 − 4 = 16. Kenaikan pendapatan disposebel ini akan menambah konsumsi rumah tangga sebanya ∆𝐶 =
0,75 16 = 12 dan tabungan sebanyak ∆𝑆 = 0,25 16 = 4. Kenaikan konsumsi sebanyak ∆𝐶 = 12 akan menaikan
pendapatan nasional lagi, yaitu sebanyak ∆𝐶 = ∆𝑌𝑡 = 12, dan ini akan menciptakan tahap II dari proses multiplier.
Apabila proses multiplier ini terus berjalan, pada akhirnya pendapatan nasional bertambah sebanyak Rp 50 triliun,
sedangkan pajak, konsumsi dan tabungan berturut-turut bertambah sebanyak Rp 10 triliun, Rp 30 triliun dan Rp 10
triliun. Contoh ini menunjukkan dalam perekonomian dengan sistem pajak proporsional pendapatan nasional
bertambah hanya 2 ½ kali lipat dari pertambahan investasi yang mula-mula dilakukan.
MENGHITUNG NILAI MULTIPLIER

Perhitungan nilai multiplier yang akan diterangkan menggunakan pemisalan-pemisalan di bawah ini :
1. Fungsi konsumsi adalah 𝐶 = 𝘢 + 𝑏𝑌𝑑𝘍
2. Dua bentuk sistem pajak akan digunakan. Dalam contoh yang pertama pajaknya adalah pajak tetap, yaitu 𝑇 =
𝑇𝑥 , sedangkan dalam contoh kedua pajaknya adalah pajak proporsional, yaitu 𝑇 = 𝑡𝑌.
3. Fungsi investasi yang asal adalah 𝐼 dan fungsi pengeluaran pemerintah yang asal adalah G

Multiplier Investasi
Untuk menghitung nilai multiplier investasi, dimisalkan niali investasi bertambah dari 𝐼 menjadi 𝐼1 dan
besar pertambahannya adalah ∆𝐼.
1. Sistem pajak tetap dalam perekonomian bersistem pajak tetap, keseimbangan pendapatan nasional yang
asal adalah

𝑌=𝐶+𝐼+𝐺
𝑌 = 𝘢 + 𝑏𝑌𝑑 + 𝐼 + 𝐺
𝑌 = 𝘢 + 𝑏 𝑌 − 𝑇𝑥 + 𝐼 + 𝐺
𝑌 = 𝘢 + 𝑏𝑌 − 𝑏𝑇𝑥 + 𝐼 + 𝐺
𝑌 − 𝑏𝑌
1 = 𝘢 − 𝑏𝑇𝑥 + 𝐼 + 𝐺
𝑌= 𝘢 − 𝑏𝑇𝑥 + 𝐼 + 𝐺
1−𝑏
Pertambahan investasi sebanyak Dengan demikian proses multiplier
∆𝐼 (𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐼 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝐼1) menyebabkan menambah pendapatan nasional
sebesar seperti yang dinyatakan
pendapatan nasional meningkat menjadi
persamaan berikut :
𝑌1′ dan nilainya dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut :
1
∆𝑌 = 𝑌1 − 𝑌 = ∆𝐼
𝑌1 = 𝐶 + 𝐼 + ∆𝐼 + 𝐺 1−𝑏
𝑌1 = 𝘢 + 𝑏𝑌𝑑 + 𝐼 + ∆𝐼 + 𝐺
𝑌1 = 𝘢 + 𝑏 𝑌1 − 𝑇𝑥 + 𝐼 + ∆𝐼 + 𝐺
𝑌1 = 𝘢 + 𝑏𝑌1 − 𝑏𝑇𝑥 + 𝐼 + ∆𝐼 + 𝐺
𝑌1 − 𝑏𝑌1 = 𝘢 − 𝑏𝑇𝑥 + 𝐼 + ∆𝐼 + 𝐺 Dari persamaan ini dapat disimpulkan bahwa
dalam perekonomian tiga sektor dengan pajak
𝑌1 = 1 𝘢 − 𝑏𝑇𝑥 + 𝐼 + ∆𝐼 + 𝐺 tetap, pertambahan investasi sebanyak ∆𝐼 akan
1−𝑏
menambahkan pendapatan nasional sebanyak
1
kali pertambahan investasi. Dengan
1−𝑏
Perhitungan di atas menunjukkan demikian nilai multiplier, yaitu ΔY/ΔI, adalah :
pertambahan investasi sebesar ∆𝐼
akan menambah pendapatan nasional
𝟏
1 𝑴𝒖𝒍𝒕𝒊𝒑𝒍𝒊𝒆𝒓 𝒊𝒏𝒗𝒆𝒔𝒕𝒂𝒔𝒊 𝒑𝒂𝒋𝒂𝒌 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑 =
𝑌=
𝘢 − 𝑏𝑇𝑥 + 𝐼 + 𝐺 𝟏−𝒃
1−𝑏
Menjadi
1
𝑌1 = 𝘢 − 𝑏𝑇𝑥 + 𝐼 + ∆𝐼 + 𝐺
1−𝑏
2. Sistem pajak proporsional sebelum ada kenaikan investasi tingkat pendapatan nasional
dalam
perekonomian adalah :
Dari perhitungan di atas nyatalah bahwa
𝑌 =𝐶+𝐼+𝐺 pertambahan investasi sebanyak ∆𝐼
𝑌 = 𝘢 + 𝑏𝑌𝑑 + 𝐼 + 𝐺 akan menaikkan pendapatan nasional
𝑌 =𝘢+𝑏 1−𝑡 𝑌+𝐼+𝐺
𝑌 = 𝘢 + 𝑏𝑌 − 𝑏𝑡𝑌 + 𝐼 + 𝐺 𝑌 = 1−𝑏1+𝑏 𝑡 (𝘢 + 𝐼 + 𝐺)
𝑌 − 𝑏𝑌 + 𝑏𝑡𝑌 = 𝘢 + 𝐼 + 𝐺 Menjadi
𝑌 1 − 𝑏 + 𝑏𝑡 = 𝑎 + 𝐼 + 𝐺
1
1 𝑌1 =
𝑌= 𝘢+𝐼+𝐺
1 − 𝑏 + 𝑏𝑡 (𝘢 + 𝐼 + ∆𝐼
+ 𝐺) 1 − 𝑏 + 𝑏𝑡

Pertambahan investasi sebanyak Yaitu suatu kenaikan pendapatan nasional (∆𝑌)


∆𝐼 (𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐼 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝐼1) menyebabkan sebanyak :
1
pendapatan nasional meningkat menjadi ∆𝑌 = 𝑌1 − 𝑌 = 𝐼∆
1 − 𝑏 + 𝑏𝑡
𝑌1 dan nilainya dapat dihitung dengan Dengan demikian pertambahan (∆𝑌) yang akan terwujud
menggunakan persamaan berikut : dalam perekonomian tiga sektor dengan sistem pajak
1
𝑌1 = 𝘢 + 𝑏𝑌𝑑 + 𝐼 + ∆𝐼 + 𝐺 proporsional adalah kali lipat dari pertambahan
1−𝑏 +𝑏 𝑡
𝑌1 = 𝘢 + 𝑏𝑌1 − 𝑏𝑌1 + ∆𝐼 + 𝐺 investasi (∆𝐼) yang berlaku. Berarti nilai multiplier adalah
𝑌1 1 − 𝑏 + 𝑏𝑡 = 𝘢 + 𝐼 + ∆𝐼 + 𝐺
𝑌1 = 1 (𝘢 + 𝐼 + ∆𝐼 + 𝐺)
𝟏
𝑴𝒖𝒍𝒕𝒊𝒑𝒍𝒊𝒆𝒓 𝒊𝒏𝒗𝒆𝒔𝒕𝒂𝒔𝒊 𝒑𝒂𝒋𝒂𝒌 𝒑𝒓𝒐𝒑𝒐𝒓𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍 =
1 − 𝑏 + 𝑏𝑡 𝟏 − 𝒃 + 𝒃𝒕
𝟏
=
𝟏 − 𝒃 (𝟏 − 𝒕)
Contoh Menghitung Multiplier Investasi

Dalam contoh yang digambarkan pada tabel sebelumnya dimisalkan


1. 𝑀𝑃𝐶 = 𝑏 = 0,75.
2. 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑝𝑟𝑜𝑝𝑜𝑟𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑇 = 0,20𝑌
3. 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑝 20 𝑡𝑟𝑖𝑙𝑖𝑢𝑛 Dalam sistem pajak proporsional
Formula multiplier pajak proposional
Dalam sistem pajak tetap Multiplier dalam (Mpp) dan hasil perhitungan multiplier
sistem pajak tetap, atau Mpt, adalah : ditunjukkan di bawah ini :
1
𝑀𝑝𝑡 = 1 − 𝑏
1 1 1
𝑀𝑝𝑡 = = 𝑀𝑝𝑝 =
1 − 0,75 1 − 𝑏1+ 𝑏𝑡
0,25
𝑀𝑝𝑡 = 4 𝑀𝑝𝑝 =
1 − 0,75 +10,75 0,20
𝑀𝑝𝑝 =
1 − 0,75 + 0,15
1
𝑀𝑝𝑝 = 0,4 = 2,5
Sesuai dengan perhitungan dalam tabel sebelumnya,
perhitungan denga formula multiplier di atas juga
menunjukkan bahwa multiplier adalah 2,5.
Pertambahan dalam pendapatan nasional adalah
:
∆𝑌 = 2,5 20 = 50 triliun rupiah.
Multiplier Pengeluaran Pemerintah
Investasi perusahaan dan pengeluaran pemerintah adalah komponen dari pengeluaran agregat.
Kenaikan investasi secara langsung akan mengakibatkan kenaikan pengeluaran agregat. Maka
pada tahap pertama dari proses multiplier, pertambahan investasi akan menaikkan pendapatan
nasional yang sama besarnya. Pengeluaran pemerintah juga akan mengakibatkan pertambahan
seperti itu, yaitu pada tahap pertama dari proses multiplier pertambahan pengeluaran pemerintah
akan menaikkan pendapatan nasional yang sama besarnya.

Sistem pajak tetap dalam perekonomian yang Sistem pajak proporsional dalam
menggunakan sistem pajak tetap, nilai multiplier perekonomian yang menggunakan sistem pajak
1
pengeluaran pemerintah adalah 1−𝑏 dan proporsional, nilai multiplier pengeluaran
1
kenaikan pendapatan nasioanl pemerintah adalah 1−𝑏+𝑏𝑡 dan kenaikan
(∆𝑌) dapat pendapatan nasional (∆𝑌) dapat dihitung
dihitung denga persamaan : dengan
∆𝑌 =1 menggunkan persamaan :
∆𝐺 ∆𝑌 =
1−𝑏 1 ∆𝐺
1 − 𝑏 + 𝑏𝑡
MULTIPLIER PAJAK

Apabila dimisalkan pajak mengalami kenaikan sebesar ∆𝑇 maka pendapatan disposebel


akan turun sebanyak ∆𝑌𝑑 = ∆𝑇. Seterusnya konsumsi (dan pengeluaran agregat) akan turun
sebanyak :
∆𝑪 = ∆𝑨𝑬 = 𝑴𝑷𝑪 × ∆𝑻
Oleh karena itu 𝑀𝑃𝐶 < 1, maka 𝑀𝑃𝐶 × ∆𝑇 adalah lebih kecil dari ∆𝑇. Dengan demikian, dari
persamaan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa nilai multiplier pajak adalah lebih kecil
dari multiplier yang diakibatkan oleh perubahan investasi atau pengeluaran pemerintah.
Uraian di bawah akan menerangkan nilai multiplier dari perubahan pajak.
SISTEM PAJAK TETAP
Dalam perekonomian yang bersistem pajak tetap, seperti telah ditunjukkan dalam uraian mengenai multiplier
investasi, pendapatan nasional yang asal dapat dihitung dengan menggunakan formula berikut :
𝟏
𝒀= 𝙖 − 𝒃𝑻 + 𝑰 + 𝑮
𝟏−𝒃
Apabila pajak diturunkan sebanyak ∆𝑇 maka konsumsi dan perbelanjaan agregat akan bertambah sebanyak :
∆𝑪 = ∆𝑨𝑬 = ∆𝒃𝑇
Dengan demikian pendapatan nasional yang baru dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
𝟏
𝒀𝟏 = 𝙖 − 𝒃𝑻 + 𝒃∆𝑻 + 𝑰 + 𝑮
𝟏−𝒃
Apabila pendapatan nasional yang baru (𝑌1) dikurangi dengan pendapatan nasional yang asal (𝑌), tambahan
pendapatan nasional yang wujud (∆𝑌 = 𝑌1 − 𝑌) adalah :
𝟏
∆𝒀 = 𝒃∆𝑻
𝟏−𝒃
𝒃
∆𝒀 = ∆𝑻
𝟏−𝒃
Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa pengurangan pajak sebanyak ∆𝑇 akan menambah pendapatan
𝑏
nasional (∆𝑌) sebanyak 1−𝑏
dikali dengan pengurangan pajak yang dilakukan. Dalam pajak tetap nilai multiplier
perubahan pajak (𝑀𝑡) adalah :
𝒃
𝒕 ∆𝒀
𝑴 = ∆𝑻 = 𝟏 − 𝒃
Sistem pajak proporsional sekali lagi dimisalkan bahwa dalam perekonomian pajak yang dipungut dikurangi
sebanyak ∆𝑇. Maka fungsi konsumsi dan pengeluaran agregat akan mengalami pertambahan sebanyak :
∆𝑪 = ∆𝑨𝑬 = 𝒃∆𝑻
Sebelum dilakukan pengurangan pajak, pendapatan nasional dalam perekonomian tiga sektor adalah (lihat
uraian mengenai multiplier investasi) :
𝟏
𝒀= 𝙖+𝑰+𝑮
𝟏 − 𝒃 + 𝒃𝒕
Pengurangan pajak sebanyak ∆𝑇 menaikkan konsumsi sebanyak 𝑏∆𝑇 dan menyebabkan kenaikan pendapatan
nasional menjadi 𝑌1 yang nilainya dapat dihitung dengan menggunakan formula berikut :
𝟏
𝒀𝟏 = 𝙖 + 𝒃∆𝑻 + 𝑰 + 𝑮
𝟏 − 𝒃 + 𝒃𝒕
Dengan demikian pertambahan dalam pendapatan nasional (∆𝑌 = 𝑌1 − 𝑌) dapat ditentukan dengan
menggunakan formula :
𝟏
∆𝒀 = 𝒃∆𝑻
𝟏 − 𝒃 + 𝒃𝒕
Atau
𝟏
∆𝒀 = ∆𝑻
𝟏 − 𝒃 + 𝒃𝒕
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa pengurangan pajak sebanyak ∆𝑇 akan menaikkan pendapatan
1
nasional sebanyak dikali dengan pengurangan pajak yang berlaku.
1−𝑏 +𝑏 𝑡
TERIMAKASIH

Templated by.

Anda mungkin juga menyukai